tag:blogger.com,1999:blog-7357019821673193112024-03-05T11:52:10.532-08:00BlogKaryaYudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.comBlogger150125tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-68570652058565048252014-02-02T03:46:00.000-08:002019-04-20T20:25:58.244-07:00REVIEW : COMIC 8<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirrFWtKVVVw8oVSrlQkJ_l0tp9Q83mhoxG9p_Aq5OhgjkWXHad9FdeaM40HzWO3LT8wKPFKryRkMivMmvMExVg3aN_ol_ml9y1xcKRiA-gsJMBG8UDArDNDYOT074a4P5jmbh1ROtlINgi/s1600/Comic8.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirrFWtKVVVw8oVSrlQkJ_l0tp9Q83mhoxG9p_Aq5OhgjkWXHad9FdeaM40HzWO3LT8wKPFKryRkMivMmvMExVg3aN_ol_ml9y1xcKRiA-gsJMBG8UDArDNDYOT074a4P5jmbh1ROtlINgi/s1600/Comic8.jpg" height="320" width="210" /></a></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><br /></i></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>"Kita suruh dia ngelawak, kalau nggak lucu kita tembak."</i> - Ernest</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Setidaknya ada empat alasan utama yang mendasari mengapa saya bersemangat untuk melangkahkan kaki ke bioskop demi menyaksikan <i>Comic 8</i>; Pertama, <i>trailer</i> yang menimbulkan ketertarikan di dalam diri untuk mengetahui sejauh mana kombinasi dari aksi komedi ini akan bekerja. Kedua, desain poster yang terbilang cantik (dan niat!) untuk ukuran film Indonesia, tentu saja. Ketiga, premis seputar perampokan bank yang membangkitkan rasa penasaran. Terakhir, jajaran pemainnya yang diisi oleh serombongan <i>comic</i> (pelaku <i>stand up comedy</i>) tersohor di Indonesia. Apabila kesemua alasan yang juga merupakan bagian dari formula temuan Anggy Umbara untuk menggaet khalayak ramai ini digoreskan di atas kertas, <i>Comic 8</i> terdengar bagai hidangan lezat yang sulit ditampik siapapun. Namun bagaimana jadinya apabila diterapkan ke dalam bentuk film? Akankah sajian yang menjanjikan gelaran penuh hingar bingar dengan campuran canda tawa ini mampu memantik kehebohan penuh kesenangan dari penonton di bioskop? <i>Let’s see</i>. </span><br /><a name='more'></a><br /><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Upaya dari tiga pelaku tindak kriminal amatir; Bintang, Babe, dan Fico, untuk merengkuh Rupiah sebanyak mungkin dengan membobol bank tidak berjalan mulus tatkala mereka memilih hari yang salah untuk ‘berwisata’ ke Bank INI. Segala perencanaan (yang di dalam bayangan mereka) terasa telah matang, mendadak hancur berantakan lantaran di saat yang bersamaan hadir pula trio perampok bank yang (paling tidak) lebih profesional; Ernest, Kemal, dan Arie, yang tengah melancarkan aksi. Kalah saing, maka Bintang dan tim pun terpaksa mengurungkan niat untuk mengisi penuh tangki uang dan beralih menjadi sandera... setidaknya untuk sementara. Belum juga kelar peristiwa perampokan yang amburadul ini, duo aneh bin ajaib; Mongol dan Mudy, hadir untuk memeriahkan suasana yang seiring dengan berjalannya film, menjadi semakin kacau, aneh, dan absurd. </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">In a good way</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ya, <i>in a good way</i>. Anggy Umbara (<i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2012/09/review-mama-cake.html">Mama Cake</a></i>, <i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/06/review-coboy-junior-movie.html">Coboy Junior the Movie</a></i>) memenuhi segala ekspektasi saya yang terpasang cukup tinggi terhadap <i>Comic 8</i>. Ini adalah sebuah sajian yang sungguh menghibur dengan kombinasi yang dirangkai dengan tepat guna antara aksi seru penuh kejutan dan humor-humor segar nyeleneh yang mampu memicu ledakan tawa. Meluncur dengan begitu cepat tanpa berlama-lama menuju ke inti penceritaan, si pembuat film melalui kendaraan bernama <i>Comic 8</i> mengajak Anda untuk menikmati sebuah perjalanan yang kacau, terkesan sepele, namun mengasyikkan. Memang, beberapa lontaran humor serta adegan aksi tembak menembak (sedikit bubuhan ledakan) telah terpapar sebagian dalam trailer, namun ternyata masih ada cukup amunisi yang disimpan oleh Anggy Umbara sehingga Anda tak perlu risau film akan kekurangan bahan untuk membuat Anda betah duduk manis di kursi bioskop hingga <i>credit title</i> berhenti merayap. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bahkan, demi menambah daya tarik terhadap film, Fajar Umbara selaku penulis skrip menciptakan <i>twist</i> berlapis di dalam penceritaan. Tidak bisa dipungkiri ada kesan dipaksakan di sini, namun langkah yang ditempuh oleh Fajar dengan membelokkan jalinan pengisahan berulang kali ini cukup berhasil, terbilang berani dan memberi semacam penyegaran khususnya di perfilman Indonesia yang umumnya memilih bermain aman kala menawarkan konklusi. Ini membawa kesenangan tersendiri di menit-menit terakhir dari <i>Comic 8</i> karena para penonton dibiarkan untuk senantiasa menebak-nebak kemana film akan bermuara di tengah-tengah desingan peluru dan dentuman granat yang tak henti-hentinya menggelegar demi memeroleh jawaban atas pertanyaan, “apa yang sesungguhnya terjadi di balik peristiwa perampokan yang kacau balau ini?”. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dengan tampilan visual yang dipoles menyesuaikan apa-yang-tampaknya telah menjadi <i>signature</i> milik Anggy Umbara – yang sedikit banyak mengingatkan pada <i>style</i> dari Guy Ritchie – film pun kian terasa bergigi. Menariknya lagi, sekalipun departemen akting penuh sesak dengan cameo yang berlalu lalang, kedelapan <i>comic</i> yang menempati posisi di garda depan dalam <i>Comic 8</i> memeroleh kesempatan unjuk gigi yang berimbang antara satu dan lain. Tidak ada yang benar-benar mendominasi layar atau tenggelam karena dicaplok porsi tampilnya. Setiap tokoh dibekali dengan karakteristik yang kuat menonjol sehingga masing-masing memiliki kesempatan untuk bersinar meski mungkin (pada akhirnya) tokoh milik Mudy, Mongol, Ernest, atau Fico, memiliki peluang lebih besar untuk dikenang oleh mayoritas penonton. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Note : Salah satu momen terbaik di <i>Comic 8</i> terletak bersamaan dengan bergulirnya <i>credit title</i>. Maka dari itu, sebaiknya Anda tidak tergesa-gesa meninggalkan gedung bioskop.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Exceeds Expectations</i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1DUwH1DhjhssArGKdPkPL1f707A1YQ9ucSLxyODXhtmdoKZiSLRU4bB4DcFt7j3V5JMqSL1xfwbQvuHpK-K4uilFq7t69Drkev2FgNQ8BKdlJ4QuOw6XhxUX1tzBXbACvLdF56zQDYjzg/s1600/Comic81.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1DUwH1DhjhssArGKdPkPL1f707A1YQ9ucSLxyODXhtmdoKZiSLRU4bB4DcFt7j3V5JMqSL1xfwbQvuHpK-K4uilFq7t69Drkev2FgNQ8BKdlJ4QuOw6XhxUX1tzBXbACvLdF56zQDYjzg/s1600/Comic81.jpg" height="193" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfYhBx45lM7ghgaLMKIKRbPuFJROYkG3jxQePkd3tH7oy1wwYhcUtDpo67EPcTHooGGwSYkQPgQV2Pgqsc9R20Q_ZVzPWe1qabXiRAMP3VB2olZYfEAC_TzJuAt8J10lQb6O4KHfUBOBN_/s1600/Comic82.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfYhBx45lM7ghgaLMKIKRbPuFJROYkG3jxQePkd3tH7oy1wwYhcUtDpo67EPcTHooGGwSYkQPgQV2Pgqsc9R20Q_ZVzPWe1qabXiRAMP3VB2olZYfEAC_TzJuAt8J10lQb6O4KHfUBOBN_/s1600/Comic82.jpg" height="193" width="320" /></a></div></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-81208508411588552602014-01-31T04:58:00.000-08:002019-04-20T20:25:58.878-07:00REVIEW : THE WOLF OF WALL STREET<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn9bJ4ldUViKoL0BuNCZIRsdGaMnEekIeVXhMVHgq4QWYBuDb-4_2jzY0Gp4LMMbwXlcxu4FEspcSZZfNWFM27E8Kjvp7FInhcYLnUkWARfB4YbywhqbSTM153vW02_uC9-YGwGuR4QH0E/s1600/WOWS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn9bJ4ldUViKoL0BuNCZIRsdGaMnEekIeVXhMVHgq4QWYBuDb-4_2jzY0Gp4LMMbwXlcxu4FEspcSZZfNWFM27E8Kjvp7FInhcYLnUkWARfB4YbywhqbSTM153vW02_uC9-YGwGuR4QH0E/s1600/WOWS.jpg" height="320" width="215" /></a></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><br /></i></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>“Let me tell you something. There's no nobility in poverty. I've been a poor man, and I've been a rich man. And I choose rich every fucking time.”</i> – Jordan Belfort </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mengharapkan untuk menyaksikan Leonardo DiCaprio beraksi untuk memerangi segerombolan serigala yang memorakporandakan Wall Street atau malah justru melihatnya bertransformasi menjadi manusia serigala yang senantiasa meraung raung dalam <i>The Wolf of Wall Street</i>? Hempaskan segera jauh-jauh pengharapan itu karena jelas bukan itu yang akan diperbincangkan oleh Martin Scorsese sepanjang 3 jam (Ya, Anda tidak salah baca) dalam film teranyarnya yang dinominasikan di 5 kategori dalam Academy Awards ini. Ketimbang melenakan penonton dengan gelaran aksi bertabur fantasi, sutradara penggenggam Oscar berkat <i>The Departed</i> ini justru mengajak kita untuk menelusuri lebih dalam dari Wall Street yang rupanya menyimpan setumpuk ‘kotoran’ dan kebusukan di balik penampilan luarnya yang serba indah-megah-mewah serta mengisyaratkan bahwa ini adalah salah satu tempat terbaik di Amerika Serikat untuk mewujudkan <i>American Dream</i>. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Wall Street + bursa saham + para pialang saham yang berpakaian rapi necis + sederet istilah ekonomi yang memusingkan. Terdengar seperti sebuah kombinasi yang sempurna untuk mengeritingkan otak dan obat mujarab bagi para pengidap insomnia? Jika itu berada di tangan sineas yang salah. Tenang saja, Scorsese tidak mencoba untuk mengalienasi para penonton yang awam dengan dunia persahaman di sini. Bahkan, ketimbang memilih jalur penceritaan yang dinaungi <i>tone</i> serius, sutradara penghasil <i>Taxi Driver</i> ini malah membawanya ke ranah yang ringan cerah ceria. Tentunya ini menyesuaikan dengan gaya hidup yang dijalani oleh Jordan Belfort (Leonardo DiCaprio) yang tak pernah lepas dari keglamoran; pesta penuh hura-hura, seks bebas yang liar, hingga obat-obatan terlarang dengan efek samping yang tidak akan bisa Anda bayangkan sebelumnya. Intinya, kehidupan dari pialang saham ambisius, Jordan, ini dipenuhi dengan kegilaan dan kekacauan... <i>every</i>. <i>single</i>. <i>f**king</i>. <i>day</i>. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Apa bahasa saya terdengar terlalu kasar? Tunggu hingga Anda menyaksikan sendiri <i>The Wolf of Wall Street</i>. Nyaris tiada ampun, Scorsese menebar kata-kata kotor tak senonoh yang dipenuhi ranjau dengan ‘<i>f*ck</i>’ meluncur dari mulut para tokoh setidaknya hingga 569 kali. Ini masih berpadu dengan ketelanjangan yang diobral gila-gilaan hingga Anda bisa melihat dada, pantat, sampai kemaluan manusia dimana-mana. Si pembuat film jelas mengondisikan nuansa filmnya selaras dengan kehidupan Jordan dan konco-konconya – para pialang saham yang buas, licik, ambisius, dan oportunis – yang betul-betul sinting tanpa mengenal aturan. Disusun dalam jalinan penceritaan yang terbangun dari naskah padat berisi penuh dialog dan humor cerdas rekaan Terence Winter – yang diadaptasi dari buku karya Jordan Belfort – beserta editing mengagumkan, maka segala kegilaan dalam <i>The Wolf of Wall Street</i> ini pun tidak berakhir menjadi sebuah hiburan kosong yang memertontonkan hedonisme semata. Tidak. Scorsese tidak akan mengizinkan hal itu terjadi terhadap filmnya. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Di tengah-tengah hingar bingar dan ledakan kekacauan yang penuh kesenangan – tak jarang pula mengundang gelak tawa renyah – <i>The Wolf of Wall Street</i> disusupi oleh hati dan pembangkit semangat. Dengan kemampuan bersilat lidah dan mensugesti orang lain yang mumpuni bak seorang motivator kelas kakap, Jordan mengondisikan suasana rapat di Stratton Oakmont layaknya sebuah seminar. Untuk sesaat, Anda serasa tengah mengikuti sebuah kelas motivasi di bawah komando Leonardo DiCaprio (dalam salah satu penampilan terbaiknya!) alih-alih menonton sebuah film di bioskop. Bagusnya, berkat penanganan yang tepat, sesi motivasi ini tak pernah terperosok menjadi menjengkelkan, dipaksakan atau cerewet menceramahi, malahan justru berhasil menggugah emosi dan mengobarkan api semangat kepada penonton manapun yang memiliki mimpi untuk merengkuh kesuksesan tinggi-tinggi dalam dunia kerja. <i>The Wolf of Wall Street</i> pun tak pernah menjadi suguhan yang menjemukan sekalipun durasi merentang panjang mencapai 3 jam – meski tidak bisa dihindari, sesekali ada momen yang terkesan berpanjang-panjang dan repetitif. Kecermatan si pembuat film dalam mengawinkan kesenangan penuh foya-foya dengan sisi drama yang mempermainkan emosi menjadi salah satu faktor penentu di samping performa cemerlang dari setiap jajaran pemainnya. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Outstanding</i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijxxLoTGHmRMqQH9wJc9EZZ54ioxHgoCwNC7CWUZBSkoPLVKSs7_T5rew_RzJmqN2uOlUW8FU4tZ29T1AWolp0jgEA68W_WB3gxRNbBdTImoMvG9mYZyfHidGVvv5wa7Wo9s3KRevzxvqp/s1600/WOWS2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijxxLoTGHmRMqQH9wJc9EZZ54ioxHgoCwNC7CWUZBSkoPLVKSs7_T5rew_RzJmqN2uOlUW8FU4tZ29T1AWolp0jgEA68W_WB3gxRNbBdTImoMvG9mYZyfHidGVvv5wa7Wo9s3KRevzxvqp/s1600/WOWS2.jpg" height="213" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLdoynMStI2u2J9wl9ajpdPreA4IExdQaE2pXPt7bmtjYh4wxcvPdqGePtHVelSD2i8TE6IBkbg-9YfugPKwAtkzIELSx4DtoVQbkmlZQzNCJ3b84zdvEzLFcAJGCsgjMdr_RcrqjhnfxM/s1600/WOWS1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLdoynMStI2u2J9wl9ajpdPreA4IExdQaE2pXPt7bmtjYh4wxcvPdqGePtHVelSD2i8TE6IBkbg-9YfugPKwAtkzIELSx4DtoVQbkmlZQzNCJ3b84zdvEzLFcAJGCsgjMdr_RcrqjhnfxM/s1600/WOWS1.jpg" height="213" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-42298405026519077532014-01-25T02:53:00.000-08:002019-04-20T20:25:56.718-07:0013 FILM INDONESIA TERBAIK 2013 VERSI CINETARIZ<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheyQCTyAIPKzeqMNcZmx9xjujzJhzl4iBoNzIv9gRRirMJO5Hxn6HW6cOAX-Uv38WmlQRDJfZRUZlmWOaCpevuvF6nKzzlv1nCM3-he8PlHrg8We82pI0LtkX4cmWVzF5XK4oDZ-D8SG3S/s1600/FILM+TERBAIK+2013+fix.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheyQCTyAIPKzeqMNcZmx9xjujzJhzl4iBoNzIv9gRRirMJO5Hxn6HW6cOAX-Uv38WmlQRDJfZRUZlmWOaCpevuvF6nKzzlv1nCM3-he8PlHrg8We82pI0LtkX4cmWVzF5XK4oDZ-D8SG3S/s1600/FILM+TERBAIK+2013+fix.jpg" height="200" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tidak terasa sudah saatnya bagi saya untuk menyusun daftar <b>Film Indonesia Terbaik 2013 Versi Cinetariz</b>. Seperti baru kemarin saya meluangkan waktu untuk mengetik deretan film-film nasional yang hendak mengunjungi khalayak ramai sepanjang kuartal awal 2013, seperti baru kemarin saya berlari tiada henti kesana kemari mengejar dosen pembimbing demi masa depan, seperti baru kemarin saya resah tiada berkesudahan melihat nasib film Indonesia yang dihimpit habis oleh <i>summer movies</i> keluaran raksasa Hollywood, dan seperti baru kemarin saya menciptakan guyonan bersama kawan-kawan dekat perihal <i>Habibie & Ainun</i> yang fenomenal. Waktu berlalu dengan begitu cepatnya, bukan? </span></div><div style="text-align: justify;"><br /><a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Memasuki minggu ketiga menghembuskan nafas di tahun anyar ini, saya pun kembali meluangkan waktu untuk membuka kembali kenangan-kenangan manis yang telah ditorehkan oleh perfilman Indonesia di hati saya. Dari setidaknya 100 judul film yang memeroleh kesempatan emas untuk menghiasi jaringan bioskop nasional, tak sampai separuhnya yang meninggalkan kesan mendalam bagi saya. Bahkan tatkala saya kudu memilahnya demi mencukupi kuota 20 film, tiada kesulitan berarti yang dihadapi. Secara keseluruhan, tidak banyak kemajuan berarti di sektor perfilman nasional sepanjang kurun waktu 2013. Para sineas masih berlomba-lomba menelurkan film biopik serta adaptasi novel laris dengan harapan mampu dibanjiri penonton, lalu film yang tidak jelas asal muasalnya dengan kualitas penggarapan yang sangat memprihatinkan pun masih banyak ditemukan (beberapa diantaranya malah tidak layak dipertontonkan di bioskop. Duh!). </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tapi apakah ini berarti tahun 2013 adalah tahun yang suram? Ah, tidak juga. Masih ada sejumlah sineas yang berani untuk melawan arus, mengeluarkan ide-ide kreatif yang penuh kesegaran, dan menggarap karya-karya mereka secara serius penuh perhatian. Dengan tidak terlalu banyaknya film buatan dalam negeri yang benar-benar kuat ditilik dari berbagai segi, maka mudah bagi saya untuk memilih deretan film Indonesia terbaik dari tahun 2013. Dari setidaknya 25 film yang memberi presentasi mengagumkan, saya memutuskan untuk meloloskan 18 film dengan perincian 5 film untuk <i>Honorable Mentions </i>(atau katakanlah, semifinalis) dan 13 film di daftar utama. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><br /><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Honorable Mentions:</b> </span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC8Xb_11xxuwbWitxrLmbdTefJJ-non4i5GYTrrTDteei6KZ9x-v0NVj4NkImfzRuF1233zNITIY3TujQJDUGiRnV-2r-jitvbbFW_kLO-NsGSITpzUmXT22hvDwrt91sjHWkqGAgI4zHZ/s1600/soekarno2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC8Xb_11xxuwbWitxrLmbdTefJJ-non4i5GYTrrTDteei6KZ9x-v0NVj4NkImfzRuF1233zNITIY3TujQJDUGiRnV-2r-jitvbbFW_kLO-NsGSITpzUmXT22hvDwrt91sjHWkqGAgI4zHZ/s1600/soekarno2.jpg" height="213" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><b>- <a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/12/review-soekarno.html">Soekarno</a> </b></i></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><b><br /></b></i></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCVdHdhA479Twf190EQV_sKFObBQE6h8j-y2aE93swXCp59pDhxVwt_Du-4vmZ5m1vom0DUIgeYNUpzRHxJ1jolH6mLp6mjjiYFL3bR70dAsxWA9gka4IMGze8m1XKufNfvPJ2Zx3A4PZv/s1600/LauraMarsha.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCVdHdhA479Twf190EQV_sKFObBQE6h8j-y2aE93swXCp59pDhxVwt_Du-4vmZ5m1vom0DUIgeYNUpzRHxJ1jolH6mLp6mjjiYFL3bR70dAsxWA9gka4IMGze8m1XKufNfvPJ2Zx3A4PZv/s1600/LauraMarsha.jpg" height="184" width="320" /></a></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><b><br /></b></i></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><b>- <a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/06/review-laura-marsha.html">Laura & Marsha</a> </b></i></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><b><br /></b></i></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4FiLF2uicm7rOx7UdA7hfu2fnD6gAwL6BhxHA_mHWJ_aD01icJaG3MGCHRUQ031IG-N2YyVBcGMKD9bBJRWN8nxNul-9ARZUTfY6Jd0TkUTjt95C8-jtdOZIWoa439hRXO54heXlGgYOK/s1600/GS1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4FiLF2uicm7rOx7UdA7hfu2fnD6gAwL6BhxHA_mHWJ_aD01icJaG3MGCHRUQ031IG-N2YyVBcGMKD9bBJRWN8nxNul-9ARZUTfY6Jd0TkUTjt95C8-jtdOZIWoa439hRXO54heXlGgYOK/s1600/GS1.jpg" height="190" width="320" /></a></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><b><br /></b></i></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><b>- <a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/01/review-gending-sriwijaya.html">Gending Sriwijaya</a> </b></i></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><b><br /></b></i></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipPtFc4l0s-QvgGpPv1iMKITT2OtnSX6Ir5baAoEYnDrC2KlrqFoooTuw4_t2TQiHsXWAuBZccfLYrEW_byO6CDU0S-zKCohpB_4ej-rPaIeHxPsYrIq7B7eJFt6Y47ktyiyJDskhps48o/s1600/Kisah3Titik1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipPtFc4l0s-QvgGpPv1iMKITT2OtnSX6Ir5baAoEYnDrC2KlrqFoooTuw4_t2TQiHsXWAuBZccfLYrEW_byO6CDU0S-zKCohpB_4ej-rPaIeHxPsYrIq7B7eJFt6Y47ktyiyJDskhps48o/s1600/Kisah3Titik1.jpg" height="213" width="320" /></a></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><b><br /></b></i></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><b>- <a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/05/review-kisah-3-titik.html">Kisah 3 Titik</a> </b></i></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><b><br /></b></i></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihidZ_rdyzlr0C9pTg1v2wmA4-VoCQhplIctRsX9pmGzFrE849WLqshpz5NMf1A3CqLrWntjFCwfGbjTQcBf9ze3JXwkjZwSvWhgsgAoEd__ue4n0OIo_1mjDAfewBpoKngF_AoBIQaNDi/s1600/Noah5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihidZ_rdyzlr0C9pTg1v2wmA4-VoCQhplIctRsX9pmGzFrE849WLqshpz5NMf1A3CqLrWntjFCwfGbjTQcBf9ze3JXwkjZwSvWhgsgAoEd__ue4n0OIo_1mjDAfewBpoKngF_AoBIQaNDi/s1600/Noah5.jpg" height="160" width="320" /></a></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><b><br /></b></i></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><b>- <a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/11/review-noah-awal-semula.html">NOAH: Awal Semula </a></b></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Berikut ini adalah ke-13 Film Indonesia yang meninggalkan kesan mendalam untuk saya di sepanjang tahun 2013: </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFUXpkiLdWo02cTHDZHItP7mzUFBqnT6gaBYTfnke52WQm0zBuVwlCBD12Jfk0CmDqgbGF7cZM65fBQ25-XZ5HxIq2VZUh3IxcmOSh9_ZP6Xvs543odmYtaGVrqiN7tRp02IXBwwDwXh5c/s1600/KemasukanSetan2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFUXpkiLdWo02cTHDZHItP7mzUFBqnT6gaBYTfnke52WQm0zBuVwlCBD12Jfk0CmDqgbGF7cZM65fBQ25-XZ5HxIq2VZUh3IxcmOSh9_ZP6Xvs543odmYtaGVrqiN7tRp02IXBwwDwXh5c/s1600/KemasukanSetan2.jpg" height="179" width="320" /></a></span></div><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>#13 <a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/09/review-kemasukan-setan.html">Kemasukan Setan </a></b></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Saya sama sekali tidak menduga akan dapat menikmati <i>Kemasukan Setan</i> tatkala melangkahkan kaki ke bioskop. Film ini mampu mengobati kerinduan saya akan tontonan seram murni tanpa bumbu komedi garing dan eksploitasi tubuh perempuan dari Indonesia. Dalam menghadirkan teror, alih-alih menggeber penampakan dengan scoring yang berdentum nyaris setiap menit layaknya film horor Indonesia kebanyakan, Muhammad Yusuf justru memilih untuk menyembunyikan para memedi. Kapan mereka akan muncul? Dimana mereka akan muncul? Itu menjadi misteri yang lantas membuat penonton senantiasa menerka-nerka dan bersiap-siap. Kemunculan mereka dimaksudkan untuk menimbulkan efek kejut dan takut secara bersamaan. Dan ya, saya akui itu terbilang berhasil. Ketika akhirnya yang ditunggu-tunggu menampakkan sosoknya... bulu kudu seketika berdiri. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAaasoo19yZcCoiuibFdNWYQ8Nq5UjN0UaonjVTvJWkE6Lc3i_WCnhyszi1UhpYCwHKQuWhyphenhyphen6rpsGTD_OIk_kss79Cb8yrcCGYVWqOiJjDT9IlorOGrl013D961CMYIMzFQio_BmDANdAH/s1600/Belenggu3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAaasoo19yZcCoiuibFdNWYQ8Nq5UjN0UaonjVTvJWkE6Lc3i_WCnhyszi1UhpYCwHKQuWhyphenhyphen6rpsGTD_OIk_kss79Cb8yrcCGYVWqOiJjDT9IlorOGrl013D961CMYIMzFQio_BmDANdAH/s1600/Belenggu3.jpg" height="160" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>#12 <a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/03/review-belenggu.html">Belenggu</a> </b></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Teka teki rumit selayaknya kepingan-kepingan <i>puzzle</i> yang tersebar acak di lantai, visual a la <i>film noir</i> yang senantiasa suram muram kelam, dan Imelda Therinne yang berbisa. Ketika ketiganya ditemukan untuk kemudian dipersatukan, maka yang terlahir adalah sebuah karya terbaik sepanjang karir Upi, <i>Belenggu</i>. Menjelajahi area yang selama ini dikuasai oleh Joko Anwar, Upi tampak bersenang-senang dan begitu bersemangat. Menghiasinya dengan tata produksi yang sungguh mengagumkan, si pembuat film lantas mengajak penonton untuk mengikuti permainan tebak menebak ‘ada kegilaan apa di sini’ yang dikreasinya melalui cara yang mengasyikkan. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHyPulAA7eiZmAO1unm9quf_JSSct12aPUQiRoB41XpMhvdQSuyuUnGQqoymtg1svsCjSbznZfTUWtO72xLsde7bEaHhLMJK2R50C7Cex1IiWztgkjhcMZzaNnI1DCaPJpXUFThIEOG_dj/s1600/PintuHarmonika1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHyPulAA7eiZmAO1unm9quf_JSSct12aPUQiRoB41XpMhvdQSuyuUnGQqoymtg1svsCjSbznZfTUWtO72xLsde7bEaHhLMJK2R50C7Cex1IiWztgkjhcMZzaNnI1DCaPJpXUFThIEOG_dj/s1600/PintuHarmonika1.jpg" height="200" width="320" /></a></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><br /><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>#11 <a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/05/review-pintu-harmonika.html">Pintu Harmonika </a></b></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Pintu Harmonika </i>adalah sebuah film omnibus yang merangkai kisah tentang cinta, keluarga, dan kehidupan menjadi satu kesatuan dengan apik. Tiga sutradara wanita pendatang baru; Ilya Sigma, Luna Maya, dan Sigi Wimala, ini berhasil menghantarkan ide yang sejatinya sederhana ke dalam bahasa gambar yang penuh kepekaan, emosional, mengena, menyentuh, menyenangkan, sekaligus manis. Tatkala konflik utama yang lantas dikedepankan berwujud <i>everybody’s story</i>, maka film lantas pula menjadi personal. Didukung deretan pemain yang memainkan peran dengan mengagumkan, ditambah pula dengan sinematografi cantik serta musik skoring dan soundtrack yang menyatu dengan film, <i>Pintu Harmonika</i> menjadi sebuah permulaan yang sangat baik untuk karir penyutradaraan ketiga sutradara wanita ini. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlBTGVSafAPZIkujNVvbFlwaqqiWEzxoDeqcywI6kOMiIg_h8mZ6CWCxttwbBpqXk5XhQuqu8lubNSpP0HGmMBlGWZAO84GdSdUT7UNKdRl-nB0Zykx7qcx5QEEaLm1GL476HGQ55rfveq/s1600/DemiUcok1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlBTGVSafAPZIkujNVvbFlwaqqiWEzxoDeqcywI6kOMiIg_h8mZ6CWCxttwbBpqXk5XhQuqu8lubNSpP0HGmMBlGWZAO84GdSdUT7UNKdRl-nB0Zykx7qcx5QEEaLm1GL476HGQ55rfveq/s1600/DemiUcok1.jpg" height="205" width="320" /></a></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><br /><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>#10 <a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/01/review-demi-ucok.html">Demi Ucok </a></b></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tidak menjadi persoalan apakah Anda memiliki darah Batak atau tidak. <i>Demi Ucok</i> sekalipun kerap bermain-main dalam humor yang cakupannya terbilang <i>segmented</i> (baca: Batak banget), tetap bisa dinikmati oleh kalangan luas. Naskah bernas buatan Sammaria Simanjuntak tersampaikan dengan apik berkat pengarahannya yang lincah, akting serta <i>chemistry</i> manis dari para pemain, serta departemen teknis (mulai dari tata artistik, musik, hingga sinematografi) dimanfaatkan secara tepat guna. Jarang sekali saya bisa tertawa puas menyaksikan sebuah film Indonesia di layar lebar. Saya bahkan tidak bisa mengingat kapan terakhir kali mengalaminya. Ini benar-benar sebuah pengalaman yang menggembirakan. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYSK3Ydts7PcJDyNNxPOPOtLZX4bZjqZxDrQRf1fF5lEm6t1jmMp2L_Zrhyphenhyphenf5zobyiOUU1sm_YbsKk9GoNVmodszbmMg41jLTS3oeY6oDUycgEvnjwai-6sns6Fk6EoY1A2H3uwbo7_R1A/s1600/Tampan2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYSK3Ydts7PcJDyNNxPOPOtLZX4bZjqZxDrQRf1fF5lEm6t1jmMp2L_Zrhyphenhyphenf5zobyiOUU1sm_YbsKk9GoNVmodszbmMg41jLTS3oeY6oDUycgEvnjwai-6sns6Fk6EoY1A2H3uwbo7_R1A/s1600/Tampan2.jpg" height="213" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>#9 <a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/04/review-tampan-tailor.html">Tampan Tailor</a></b> </span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Apakah Anda ingin mengetahui seperti apa upaya dari Maxima Pictures untuk bertobat dan penampilan terbaik dari Vino G Bastian? <i>Tampan Tailor</i> akan menjawab rasa penasaran Anda. Dibangun dari premis yang seolah mengisyaratkan <i>Tampan Tailor</i> akan menjadi tontonan penguras air mata yang begitu mendayu-dayu, pada kenyataannya Guntur Soeharjanto malah menghantarkannya dengan ringan dan dipenuhi kejenakaan. Ketimbang memandang segala sesuatu dengan pesimis yang umumnya digambarkan melalui air mata yang senantiasa tumpah setiap detik, si pembuat film justru memilih untuk mengumandangkan rasa optimis tinggi dalam penceritaan yang mana terasa lebih efektif dalam menyentuh lubuk hati yang terdalam. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyRkJ0yMRhdeRc_P8dWUhv812g0JH0oXpG69XP0c5ScFNH1vnKlmMIxEGP0paoTK2apup-yJgAVeYCZTWYXTx0eS4uf_92-EL-S3G0WFj5wtaQxCv2M-BqyY9yIuJ7XAHkw-IMs4jgfjqs/s1600/Finding5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyRkJ0yMRhdeRc_P8dWUhv812g0JH0oXpG69XP0c5ScFNH1vnKlmMIxEGP0paoTK2apup-yJgAVeYCZTWYXTx0eS4uf_92-EL-S3G0WFj5wtaQxCv2M-BqyY9yIuJ7XAHkw-IMs4jgfjqs/s1600/Finding5.jpg" height="180" width="320" /></a></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><br /><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>#8 <a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/04/review-finding-srimulat.html">Finding Srimulat </a></b></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Finding Srimulat</i> adalah sebuah ungkapan rasa cinta yang sangat tulus dan penuh makna dari seorang pecinta Srimulat. Ini adalah kado tawa yang istimewa, tidak hanya untuk para penggemar Srimulat tetapi seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Digarap dengan menggunakan hati dan secara hati-hati, Charles Gozali sanggup menghantarkan sebuah sajian yang luar biasa cantik dengan kadar hiburan tinggi. Dalam film ini, Anda dapat tertawa terpingkal-pingkal dan menyeka air mata di waktu yang bersamaan, atau setidaknya berurutan. Penuh sesak dengan momen-momen mengesankan yang patut untuk dikenang. Sungguh sebuah film yang sangat ‘MenSepona’..., eh salah, mempesona maksud saya. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhs4zYZXvNypp06kynGD9JL8W-l0DhyphenhyphenByI9OzeX2bxF3p9IfCtUtv6Dg1XQpbegRL6nFn9FWtdZYhOrB3qV1dejdnqBVP1cNBOBdCTWmuJawGgPnh-do5SYd_T7_y1oKAtrKOONm600EMVf/s1600/Recto.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhs4zYZXvNypp06kynGD9JL8W-l0DhyphenhyphenByI9OzeX2bxF3p9IfCtUtv6Dg1XQpbegRL6nFn9FWtdZYhOrB3qV1dejdnqBVP1cNBOBdCTWmuJawGgPnh-do5SYd_T7_y1oKAtrKOONm600EMVf/s1600/Recto.jpg" height="213" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>#7 <a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/02/review-rectoverso.html">Rectoverso</a> </b></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Rectoverso</i> adalah sebuah film yang memiliki ragam rasa dan warna di dalamnya, <i>but mostly</i>, cantik, manis, pahit, serta menyentuh. Sebuah tontonan yang indah, tapi di saat bersamaan, merobek hati. Kelima sutradara pendatang baru di sini telah memberikan sebuah langkah awal yang sangat menjanjikan, khususnya Marcella Zalianty dan Olga Lidya dengan segmen ‘Malaikat Juga Tahu’ dan ‘Curhat buat Sahabat’ yang luar biasa menawan. Kecakapan mereka dalam mengarahkan mendapat dukungan yang solid dari Yadi Sugandi dengan sinematografinya yang teramat sangat cantik, editing hebat dari Cesa David Lukmansyah dan Ryan Purwoko sehingga kontinuitas perpindahan setiap segmen terjaga dengan rapi, skoring indah dari Ricky Lionardi, serta tentunya jajaran pemainnya yang rata-rata bermain dengan sangat cemerlang.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC3K9XMknPY5TaXtumz48jkrvSXOj2zEBL7H_0IuzcBfZotPUy9irz8pou-aXwVGd05stXajrydxH3Qxa-mjg_OzqIMKs1cNwPz74uOQXHCJNsXHZUc84TaS74YzUT1m5nAauK1i4k3qhM/s1600/Tenggelamnya3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC3K9XMknPY5TaXtumz48jkrvSXOj2zEBL7H_0IuzcBfZotPUy9irz8pou-aXwVGd05stXajrydxH3Qxa-mjg_OzqIMKs1cNwPz74uOQXHCJNsXHZUc84TaS74YzUT1m5nAauK1i4k3qhM/s1600/Tenggelamnya3.jpg" height="180" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>#6 <a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/12/review-tenggelamnya-kapal-van-der-wijck.html">Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck </a></b></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Yang pertama terlontar dari mulut usai melahap <i>Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck</i> di layar lebar adalah ‘amboi... betapa eloknya film ini!’. Sunil Soraya yang sebelumnya mengomandoi <i>Apa Artinya Cinta?</i> berhasil membungkam siapapun yang memertanyakan kapabilitasnya dalam mengkreasi ulang karya sastra penting di Indonesia buah karya Hamka ini ke medium layar lebar. Si pembuat film tak sekadar membuat penonton berlinangan air mata secara beramai-ramai akibat jalinan kisah yang mengharu biru serta mengoyak emosi, tetapi juga menyuarakan kembali kritikan sosial, sentilan sentilun, dan pesan bernada reliji dari Hamka yang termasuk dalam poin penting di dalam novel. Inilah yang lantas menjadikan film menjadi kaya pula padat berisi karena tak melulu berujar soal cinta terlarang, namun juga berbincang perihal kondisi sosial, adat dan tradisi di sekitar – dalam hal ini, Minang – yang tersampaikan dengan begitu mengena.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCqNVRgAa0_kfbXzyxuOD12VNIJev4dN4IE6LCrgnc_YecKo5VyqkZ3gM3MdVbFyXEtiO-diibBWj26xVh2H3uQaSZN0nab-7ypU9O8CXlv765k2M3hGvSDaPJ6hM4Ps23U2or8zuOWM6S/s1600/SokolaRimba2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCqNVRgAa0_kfbXzyxuOD12VNIJev4dN4IE6LCrgnc_YecKo5VyqkZ3gM3MdVbFyXEtiO-diibBWj26xVh2H3uQaSZN0nab-7ypU9O8CXlv765k2M3hGvSDaPJ6hM4Ps23U2or8zuOWM6S/s1600/SokolaRimba2.jpg" height="134" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>#5 <a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/11/review-sokola-rimba.html">Sokola Rimba</a> </b></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sulit untuk tidak jatuh hati kepada <i>Sokola Rimba</i>. Jelas, ini adalah salah satu film terbaik tahun lalu. Bagi Anda yang bertanya-tanya, “kapankah Indonesia bisa memiliki sebuah film yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik?”, maka ini adalah jawabannya. Ketika film sejenis mencoba menginspirasi para penonton dengan iming-iming yang menggiurkan, maka Riri Riza memertahankan film untuk tetap berceloteh di jalur yang realistis. Bahkan, film yang dihiasi dengan gambar-gambar, musik-musik, dan performa akting yang serba natural (namun cantik) ini tidak sekadar menjadi tontonan yang edukatif dan inspiratif melainkan juga informatif. <i>Sokola Rimba</i> memberikan pandangan baru, wawasan, serta membuka hati dan mata, kepada para penonton. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxn8cnGqzPW7aaaEOXNjuR0k-ek3qWolfqwBfgrpe4p4XwnWO5rjFnQvy6d-DJHk83MP3NadwU1T-h6B6ArGqAK1TZTKXr6g87a_z8tZSaF0fJhrgcKcmMC49IvmKOowyWy3K652mdijNJ/s1600/HIPM.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxn8cnGqzPW7aaaEOXNjuR0k-ek3qWolfqwBfgrpe4p4XwnWO5rjFnQvy6d-DJHk83MP3NadwU1T-h6B6ArGqAK1TZTKXr6g87a_z8tZSaF0fJhrgcKcmMC49IvmKOowyWy3K652mdijNJ/s1600/HIPM.jpg" height="213" width="320" /></a></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><br /><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>#4<a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/04/review-hari-ini-pasti-menang.html">Hari Ini Pasti Menang</a> </b></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Jika Anda mengira <i>Hari Ini Pasti Menang</i> adalah sebuah film tentang sepakbola biasa yang menjual mimpi-mimpi besar, maka Anda salah besar. Andibachtiar Yusuf dan Swastika Nohara mengajak penonton untuk menelusuri lebih jauh dengan menilik sisi gelap dari olahraga terpopuler di Indonesia ini. <i>Hari Ini Pasti Menang</i> bukanlah sebuah hiburan kosong yang dapat menguap begitu saja seiring berjalannya waktu kala film-film sepakbola dengan penggarapan apik lainnya bermunculan. Penonton dihadapkan pada setumpuk konflik yang rumit namun mengikat dan memikat yang merupakan refleksi dari apa yang sesungguhnya terjadi dalam dunia persepakbolaan. Beberapa fakta mencengangkan dihamparkan. Betapa olahraga pun dapat dijadikan sebagai ladang untuk ‘bermain kotor’. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQbGeeXa3RlL9S0LMcnXS6HeySVv09skpL6dlSFdw6K-1-7roTJsubLb0eALwzKeEqROr6202C5HO-dMcwMA8OjNEcUr67JQyjypr8m08vgzgHqY1Rl6zWZYCD6Q9F8WCKKVa1qrBO-iH7/s1600/CDK1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQbGeeXa3RlL9S0LMcnXS6HeySVv09skpL6dlSFdw6K-1-7roTJsubLb0eALwzKeEqROr6202C5HO-dMcwMA8OjNEcUr67JQyjypr8m08vgzgHqY1Rl6zWZYCD6Q9F8WCKKVa1qrBO-iH7/s1600/CDK1.jpg" height="184" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>#3 <a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/06/review-cinta-dalam-kardus.html">Cinta Dalam Kardus</a></b> </span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Meski <i>Cinta Dalam Kardus</i> mengais jumlah penonton paling rendah di antara ketiga film yang menampilkan Raditya Dika tahun lalu, namun justru inilah karya terbaik dari seorang Raditya Dika. Salman Aristo berhasil menghidangkan <i>Cinta Dalam Kardus</i> sebagai sebuah sajian yang tidak hanya unik secara konsep dan kemasan, namun juga mengandung humor yang begitu segar, menghibur, manis, serta menghangatkan hati. Ditilik dari sisi penceritaan, Raditya Dika jelas terlihat lebih matang di sini. Menyenangkan sekali melihat bagaimana Dika dengan santainya melalui tokoh Miko menyentil kesana kemari, bermain-main, khususnya (tentu saja) mengenai <i>relationship</i>. Perspektifnya terhadap hubungan asmara memang terkadang terkesan nyeleneh, tapi seringkali jika direnungkan lebih mendalam, ada benarnya. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ7Onzn0uhEPOdAAz5_Bnc7R1xzwUxDpDAdiFO-8J57r7jx1WJHrr9qXysvnAiyn6OW90Fhue5t8pTlGUEQVBwJBROxSYh3BUx6rTG384XKjNrdO4lBCgFE1miTCXRp-y5S-PofLA1W5G2/s1600/TidakBicaraCinta.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ7Onzn0uhEPOdAAz5_Bnc7R1xzwUxDpDAdiFO-8J57r7jx1WJHrr9qXysvnAiyn6OW90Fhue5t8pTlGUEQVBwJBROxSYh3BUx6rTG384XKjNrdO4lBCgFE1miTCXRp-y5S-PofLA1W5G2/s1600/TidakBicaraCinta.jpg" height="160" width="320" /></a></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><br /><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>#2 What They Don’t Talk About When They Talk About Love </b></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Siapa bilang film yang menempatkan tokoh-tokoh penyandang disabilitas di posisi sentral harus selalu diisi derai mata untuk meminta belas kasih penonton? Siapa bilang kisah cinta remaja harus selalu identik dengan sesuatu yang menye-menye dan serba klise? Dan... siapa bilang <i>arthouse movie</i> harus selalu berat untuk dilahap? Tengoklah apa yang telah diperbuat oleh Mouly Surya dalam film panjang keduanya yang begitu memesona, <i>What They Don’t Talk About When They Talk About Love</i>. Tak ada permohonan belas kasihan dari para penyandang disabilitas, tak ada kisah cinta remaja yang begitu-begitu saja, dan tak ada sekalipun menit yang begitu berat untuk dilalui. Sebaliknya, dia mampu menyulap premis seputar cinta monyet yang telah karatan menjadi sesuatu yang begitu unik, cerdas, jenaka, liar, manis, pedih, namun tetap ringan dan menyenangkan untuk disimak. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoE_UgEch7RY6UU3CVE8ufo1_P9ALePsYjhaRepdnfJCgjx-MlZsISsQTdo7x1eUbZPXJrG4LAHZvQtoias7t_DXkQ_sCQ6EoKTZQl4kt9Llu5d-E5piGO_doZqWWTbd0rRQpYeKiMDayg/s1600/9Summers2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoE_UgEch7RY6UU3CVE8ufo1_P9ALePsYjhaRepdnfJCgjx-MlZsISsQTdo7x1eUbZPXJrG4LAHZvQtoias7t_DXkQ_sCQ6EoKTZQl4kt9Llu5d-E5piGO_doZqWWTbd0rRQpYeKiMDayg/s1600/9Summers2.jpg" height="152" width="320" /></a></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><br /><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>#1 <a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/04/review-9-summers-10-autumns.html">9 Summers 10 Autumns</a> </b></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>9 Summers 10 Autumns</i> menjadi sebuah film yang sangat personal bagi saya, dan saya yakin, bagi kebanyakan penonton lain. Saya seperti tengah melihat kilasan balik dari kehidupan saya semasa kecil, serta sedikit kehidupan saat ini. Bukan sekadar sebuah kisah tentang <i>from zero to hero</i>, tapi ini adalah <i>everybody’s story</i>. Tidak hanya terenyuh dan merasa pedih, tetapi sesekali juga tertampar. Ifa Isfansyah berhasil menyuguhkan sebuah sajian yang bersahaja, penuh kehangatan, dan luar biasa cantik. Ini adalah sebuah tontonan yang akan dengan mudah mempermainkan emosi Anda sepanjang film terutama jika Anda adalah seseorang yang mencintai keluarga lebih dari apapun. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-67517847762994237412014-01-19T07:43:00.000-08:002019-04-20T20:25:58.139-07:00REVIEW : POLICE STORY 2013<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXYWVuqKTKFpjjiW9qmjAVu5k_THsWIhskLVFg_PJUDYVLFWYGr2tVkw5baQ38RoBAsGzLP0qYcdhD1qC1hnfv0LUCcub-sw4bpQDMOyuUo-CiklwsREDZCvY-IHQPPettfoPX_CONeldx/s1600/PoliceStory2013-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXYWVuqKTKFpjjiW9qmjAVu5k_THsWIhskLVFg_PJUDYVLFWYGr2tVkw5baQ38RoBAsGzLP0qYcdhD1qC1hnfv0LUCcub-sw4bpQDMOyuUo-CiklwsREDZCvY-IHQPPettfoPX_CONeldx/s1600/PoliceStory2013-2.jpg" height="320" width="228" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Franchise laris asal Hong Kong yang berjasa dalam melambungkan nama Jackie Chan ke berbagai belahan dunia, <i>Police Story</i>, telah kembali! Ya, setelah cukup mengistirahatkan diri selama kurang lebih 9 tahun, jilid teranyar yang dilabeli <i>Police Story 2013</i> ini hadir. Namun sebelum Anda bersuka cita dan keburu membangun ekspektasi setinggi mungkin untuk melihat sepak terjang Jackie Chan menghantam habis lawan-lawannya seraya meluncurkan guyonan-guyonan khasnya, satu hal yang perlu diketahui adalah <i>Police Story 2013</i> mengikuti formula anyar yang ditanamkan oleh <i>New Police Story</i>. Ini berarti, selain menjadi instalmen yang berdiri tanpa memiliki keterkaitan dengan 5 seri awal, film pun dibawa ke ranah penceritaan yang cenderung gelap, suram, dan muram. Bukan keputusan yang mudah dan jelas akan memecah belah resepsi dari penonton, namun saya harus mengatakan upaya yang dilakukan oleh Jackie Chan terbilang berhasil: <i>It’s much better than I expected</i>. <i>Police Story 2013</i> memang tidak yang terbaik, tetapi jelas salah satu yang terunggul kala disandingkan dengan keenam seri <i>Police Story</i>. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tidak lagi memerankan anggota kepolisian di Hong Kong, untuk sekali ini Jackie Chan adalah detektif di kepolisian Cina Daratan bernama Zhong Wen yang hubungan dengan putri semata wayangnya, Miao Miao (Jing Tian), memburuk sepeninggal sang istri. Dalam usaha untuk menyatukan kembali ikatan di antara mereka, Zhong Wen pun menghampiri sang putri pada suatu malam di Wu Bar. Belakangan diketahui, Miao Miao menjalin hubungan dengan sang pemilik bar, Wu Jiang (Liu Ye). Menilik sekilas berdasar penampilan serta latar belakang, Zhong Wen tak memberi restu atas hubungan ini yang lantas memantik konflik di antara ayah dan anak ini. Belum juga Zhong menuntaskan permasalahan dengan putrinya, datang permasalahan lain yang lebih besar yang menjadi inti dari film ini: sebuah aksi balas dendam yang berkenaan dengan kesalahan di masa lalu yang melibatkan sejumlah tamu di bar milik Wu Jiang. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mengendurkan sisi komedi (atau malah nyaris melenyapkannya) dan menguatkan sisi drama yang lantas dipadukan dengan sisi aksi, <i>Police Story 2013</i> hadir lebih kelam ketimbang sang predesesor yang juga mengambil jalur yang serupa. Sang nahkoda, Ding Sheng, yang sebelumnya telah bekerja sama dengan Jackie Chan melalui <i>Little Big Soldier</i>, telah membawa film ini ke area yang muram suram sejak adegan pembuka. Lalu, setelah sedikit celotah celoteh di sana sini yang berfungsi untuk membangun latar belakang yang nantinya memiliki peran penting pada penghujung film, Ding Sheng pun memulai inti permasalahan dari film. Pertanyaan yang coba dia tanamkan ke dalam pikiran setiap penonton adalah, “apa yang sebenarnya terjadi di sini?.” Berkat pengolahan yang tepat dimana takaran untuk jalinan kisah rumit penuh intrik, sekuens aksi mendebarkan, serta drama penggugah emosi, terbagi secara merata, pertanyaan ini pun timbul menyeruak. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvg6QPmdbNA_rolgxzP-NxBYOvt_NT0pcjrTsbe6-2_oNJtv-ORdCgbJ_0JNKEQmDt9hvK0ZZ1SPp2TKpIQlMSIvH-Bo-7dXPfRqT5AivsN6VTLuMrYWbqaiI7y0okpZmFQ4aMuazQ8tsl/s1600/PoliceStory2013-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvg6QPmdbNA_rolgxzP-NxBYOvt_NT0pcjrTsbe6-2_oNJtv-ORdCgbJ_0JNKEQmDt9hvK0ZZ1SPp2TKpIQlMSIvH-Bo-7dXPfRqT5AivsN6VTLuMrYWbqaiI7y0okpZmFQ4aMuazQ8tsl/s1600/PoliceStory2013-1.jpg" height="189" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijrt2-iYHofFdP77K6CTtHMN35xAtQe0hs9zRLrjq189LUV3u_K4RqZSMqPWEzYLU5iWSqtcKJhdSDCvBheE0aNZjPS7IotwcKTP3lwCe6Hvr9Cpsky2y1XiKZZEDyelDPY3hI4Fw8hlS2/s1600/PoliceStory2013.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijrt2-iYHofFdP77K6CTtHMN35xAtQe0hs9zRLrjq189LUV3u_K4RqZSMqPWEzYLU5iWSqtcKJhdSDCvBheE0aNZjPS7IotwcKTP3lwCe6Hvr9Cpsky2y1XiKZZEDyelDPY3hI4Fw8hlS2/s1600/PoliceStory2013.jpg" height="201" width="320" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ada rasa penasaran untuk mengetahui kebenaran sesungguhnya yang disembunyikan rapat-rapat oleh si pembuat film nyaris sepanjang durasi. Dengan begini, penonton pun enggan untuk beranjak dari kursi bioskop atau mengalihkan pandangan berulang kali dari layar terlebih departemen akting pun memberi performa mengesankan – Jackie Chan dengan karisma memancar kuat, Liu Ye yang kejam misterius, Jing Tian dengan kerapuhannya – yang mampu membuat emosi penonton lebih terlibat. Petunjuk dalam pengungkapan kebenaran ditebar sedikit demi sedikit yang kemudian menuntun penonton pada adegan klimaks yang menjadi bagian terbaik dari <i>Police Story 2013</i>. Terdapat pengungkapan besar di penghujung film yang dirajut oleh Ding Sheng dengan sederetan <i>twist</i> yang mengejutkan, suasana yang dramatis, dan adegan pengejaran yang tergolong seru – lengkap dengan ledakan-ledakan. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Exceeds Expectations</i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Soundtrack dari <i>Police Story 2013</i>, "Zheng Jiu (Rescue)", yang dibawakan oleh Jackie Chan dan Sun Nan. <i>It's so good!</i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><br /></i></span></div><iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="//www.youtube.com/embed/-P1L6TB-hrw" width="480"></iframe>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-3884812767349874702014-01-16T21:53:00.000-08:002019-04-20T20:25:56.191-07:00THE 86th ACADEMY AWARDS NOMINATIONS LIST<div class="MsoNormal"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFGlYUHlrpPONIS4aY46IzqyCYge3EJtmq6yBvYnGOyYTnlH3Bgl3V_-DbBGKauRR9vqzJnP86DnDtA60ykL35wvlXwk4C5wx8oaUfctvABBUzDR0dOpZ9iDeSCMXpn3RWHOhYhlLBIQmH/s1600/Oscars2014'.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFGlYUHlrpPONIS4aY46IzqyCYge3EJtmq6yBvYnGOyYTnlH3Bgl3V_-DbBGKauRR9vqzJnP86DnDtA60ykL35wvlXwk4C5wx8oaUfctvABBUzDR0dOpZ9iDeSCMXpn3RWHOhYhlLBIQmH/s1600/Oscars2014'.jpg" height="147" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Segala keriuhan dari <i>awards season</i> tahun ini segera mencapai puncaknya dengan telah diumumkannya deretan penghuni nominasi <b>Academy Award</b> yang ke-86 oleh bintang utama dari <i>Rush</i> dan <i>Thor: The Dark World</i>, Chris Hemsworth, yang mendampingi ketua anyar dari <b>Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS)</b>, Cheryl Boone Isaacs pada 16 Januari 2014. Seperti yang telah banyak diprediksi oleh berbagai kalangan sebelumnya, <i>American Hustle</i> garapan David O. Russell memborong nominasi terbanyak dengan menghiasi 10 kategori, termasuk menempati seluruh kategori di departemen akting, seperti yang dilakukan oleh <i>Silver Linings Playbook</i> tahun lalu. Bersaing ketat dengan <i>American Hustle</i> adalah <i>Gravity</i> yang sama-sama menorehkan 10 nominasi, meliputi beberapa kategori utama seperti Best Picture, Best Director, Best Actress, Best Original Score dan Best Editing. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sementara itu, kontender kuat dari kedua film tersebut pada musim penghargaan ini, <i>12 Years a Slave</i>, menguntit tepat di belakang dengan 9 nominasi. Turut memanaskan persaingan dengan pengumpulan nominasi yang tak kalah banyaknya (6 nominasi) adalah <i>Captain Phillips</i>, <i>Nebraska</i>, dan <i>Dallas Buyers Club</i>. Namun, tentu saja, seperti yang sudah-sudah, Oscars pun memberi kehebohan di kalangan penikmat dan pengamat film dengan melakukan ‘<i>snubs</i>’ kepada beberapa nama yang banyak diunggulkan semacam Daniel Bruhl (<i>Rush</i>), Tom Hanks (<i>Captain Phillips</i>), Emma Thompson (<i>Saving Mr. Banks</i>), Robert Redford (<i>All is Lost</i>), The Coen Brothers (<i>Inside Llewyn Lewis</i>), dan Paul Greengrass (<i>Captain Phillips</i>). Turut menghilang dari daftar adalah film-film seperti <i>Blackfish</i>, <i>Pacific Rim</i>, dan <i>Rush</i>. Yang mengejutkan, AMPAS rupanya masih memberi cinta untuk <i>Jackass Presents: Bad Grandpa</i>, <i>The Lone Ranger</i>, dan film-yang-nyaris-tak-seorang-pun-pernah-mendengarnya, <i>Alone, Yet Not Alone</i>. <i>The Grandmaster</i> milik Wong Kar-wai meski gagal menembus Best Foreign Language mewakili Hong Kong, masih memeroleh kehormatan dengan 2 nominasi. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Berikut ini adalah nominasi lengkap dari Academy Awards ke-86 yang malam puncaknya akan dihelat pada 2 Maret 2014 di Dolby Theater, Los Angeles, dengan Ellen DeGeneres bertindak selaku host: </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Picture</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>12 Years a Slave</i> – Brad Pitt, Dede Gardner, Jeremy Kleiner, Steve McQueen and Anthony Katagas<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>American Hustle</i> – Charles Roven, Richard Suckle, Megan Ellison and Jonathan Gordon<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Captain Phillips</i> – Scott Rudin, Dana Brunetti and Michael De Luca<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Dallas Buyers Club</i> – Robbie Brenner and Rachel Winter<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Gravity</i> – Alfonso Cuarón and David Heyman<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Her</i> – Megan Ellison, Spike Jonze and Vincent Landay<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Nebraska</i> – Albert Berger and Ron Yerxa<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Philomena</i> – Gabrielle Tana, Steve Coogan and Tracey Seaward<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Wolf of Wall Street</i> – Nominees to be determined</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Director</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Alfonso Cuarón – <i>Gravity</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Steve McQueen – <i>12 Years a Slave</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Alexander Payne – <i>Nebraska</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">David O. Russell – <i>American Hustle</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Martin Scorsese – <i>The Wolf of Wall Street</i></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Actor</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Christian Bale – <i>American Hustle</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bruce Dern – <i>Nebraska</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Leonardo DiCaprio – <i>The Wolf of Wall Street</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Chiwetel Ejiofor – <i>12 Years a Slave</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Matthew McConaughey – <i>Dallas Buyers Club</i></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Actress</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Amy Adams – <i>American Hustle</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Cate Blanchett – <i>Blue Jasmine</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sandra Bullock – <i>Gravity</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Judi Dench – <i>Philomena</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Meryl Streep – <i>August: Osage County</i></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Supporting Actor</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Barkhad Abdi – <i>Captain Phillips</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bradley Cooper – <i>American Hustle</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Michael Fassbender – <i>12 Years a Slave</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Jonah Hill – <i>The Wolf of Wall Street</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Jared Leto – <i>Dallas Buyers Club</i></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Supporting Actress</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sally Hawkins – <i>Blue Jasmine</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Jennifer Lawrence – <i>American Hustle</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Lupita Nyong’o – <i>12 Years a Slave</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Julia Roberts – <i>August: Osage County</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">June Squibb – <i>Nebraska</i></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Writing – Original Screenplay</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>American Hustle</i> – Eric Warren Singer and David O. Russell<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Blue Jasmine</i> – Woody Allen<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Dallas Buyers Club</i> – Craig Borten and Melisa Wallack<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Her</i> – Spike Jonze<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Nebraska</i> – Bob Nelson</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Writing – Adapted Screenplay</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>12 Years a Slave</i> – John Ridley<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Before Midnight</i> – Richard Linklater, Julie Delpy, Ethan Hawke<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Captain Phillips</i> – Billy Ray<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Philomena</i> – Steve Coogan and Jeff Pope<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Wolf of Wall Street</i> – Terence Winter</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Animated Feature</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Croods</i> – Kirk DeMicco and Chris Sanders<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Despicable Me 2</i> – Pierre Coffin and Chris Renaud<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Ernest & Celestine</i> – Stéphane Aubier, Vincent Patar and Benjamin Renner<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Frozen</i> – Chris Buck and Jennifer Lee<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Wind Rises</i> – Hayao Miyazaki</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Foreign Language Film</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Broken Circle Breakdown</i> (Belgium) in Dutch – Felix Van Groeningen<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Missing Picture</i> (Cambodia) in French – Rithy Panh<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Hunt</i> (Denmark) in Danish – Thomas Vinterberg<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Great Beauty</i> (Italy) in Italian – Paolo Sorrentino<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Omar </i>(Palestine) in Arabic – Hany Abu-Assad</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Documentary – Feature</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Act of Killing</i> – Joshua Oppenheimer and Signe Byrge Sørensen<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Cutie and the Boxer</i> – Zachary Heinzerling and Lydia Dean Pilcher<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Dirty Wars</i> – Richard Rowley and Jeremy Scahill<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Square </i>– Jehane Noujaim and Karim Amer<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>20 Feet from Stardom</i> – Nominees to be determined</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Documentary – Short Subject</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>CaveDigger</i> – Jeffrey Karoff<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Facing Fear</i> – Jason Cohen<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Karama Has No Walls</i> – Sara Ishaq<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Lady in Number 6: Music Saved My Life</i> – Malcolm Clarke and Nicholas Reed<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Prison Terminal: The Last Days of Private Jack Hall</i> – Edgar Barens</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Live Action Short Film</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Aquel No Era Yo (That Wasn’t Me)</i> – Esteban Crespo<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Avant Que De Tout Perdre (Just Before Losing Everything)</i> – Xavier Legrand<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Helium</i> – Anders Walter and Kim Magnusson<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Pitääkö Mun Kaikki Hoitaa? (Do I Have to Take Care of Everything?)</i> – Selma Vilhunen and Kirsikka Saari<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Voorman Problem</i> – Mark Gill and Baldwin Li</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Animated Short Film</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Feral<o:p></o:p></i></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Get a Horse!<o:p></o:p></i></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Mr. Hublot<o:p></o:p></i></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Possessions<o:p></o:p></i></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Room on the Broom</i></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Original Score</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">John Williams – <i>The Book Thief</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Steven Price – <i>Gravity</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">William Butler and Owen Pallett – <i>Her</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Alexandre Desplat – <i>Philomena</i><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Thomas Newman – <i>Saving Mr. Banks</i><o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><br /></i></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Original Song</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Alone, Yet Not Alone” from <i>Alone Yet Not Alone</i> – Bruce Broughton and Dennis Spiegel<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Happy” from <i>Despicable Me 2</i> – Pharrell Williams<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Let It Go” from <i>Frozen</i> – Idina Menzel, Kristen Anderson-Lopez and Robert Lopez<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“The Moon Song” from <i>Her</i> – Karen Lee Orzolek and Spike Jonze<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“Ordinary Love” from <i>Mandela: Long Walk to Freedom</i> – U2</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Sound Editing</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>All Is Lost</i> – Steve Boeddeker and Richard Hymns<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Captain Phillips</i> – Oliver Tarney<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Gravity </i>– Glenn Freemantle<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Hobbit: The Desolation of Smaug</i> – Brent Burge<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Lone Survivor</i> – Wylie Stateman</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Sound Mixing</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Captain Phillips</i> – Chris Burdon, Mark Taylor, Mike Prestwood Smith and Chris Munro<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Gravity</i> – Skip Lievsay, Niv Adiri, Christopher Benstead and Chris Munro<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Hobbit: The Desolation of Smaug</i> – Christopher Boyes, Michael Hedges, Michael Semanick and Tony Johnson<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Inside Llewyn Davis</i> – Skip Lievsay, Greg Orloff and Peter F. Kurland<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Lone Survivor</i> – Andy Koyama, Beau Borders and David Brownlow</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Production Design</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>12 Years a Slave</i> – Adam Stockhausen (Production Design); Alice Baker (Set Decoration)<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>American Hustle</i> – Judy Becker (Production Design); Heather Loeffler (Set Decoration)<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Gravity</i> – Andy Nicholson (Production Design); Rosie Goodwin and Joanne Woollard (Set Decoration)<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Great Gatsby</i> – Catherine Martin (Production Design); Beverley Dunn (Set Decoration)<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Her</i> – K. K. Barrett (Production Design); Gene Serdena (Set Decoration)<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Cinematography</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Grandmaster</i> – Philippe Le Sourd<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Gravity</i> – Emmanuel Lubezki<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Inside Llewyn Davis </i>– Bruno Delbonnel<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Nebraska</i> – Phedon Papamichael<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Prisoners</i> – Roger Deakins</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Makeup and Hairstyling</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Dallas Buyers Club</i> – Adruitha Lee and Robin Mathews<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Jackass Presents: Bad Grandpa</i> – Stephen Prouty<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Lone Ranger</i> – Joel Harlow and Gloria Pasqua-Casny</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Costume Design</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>12 Years a Slave</i> – Patricia Norris<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>American Hustle</i> – Michael Wilkinson<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Grandmaster </i>– William Chang Suk Ping<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Great Gatsby</i> – Catherine Martin<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Invisible Woman</i> – Michael O’Connor</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Film Editing</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>12 Years a Slave</i> – Joe Walker<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>American Hustle</i> – Jay Cassidy, Crispin Struthers and Alan Baumgarten<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Captain Phillips</i> – Christopher Rouse<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Dallas Buyers Club</i> – John Mac McMurphy and Martin Pensa<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Gravity </i>– Alfonso Cuarón and Mark Sanger</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Visual Effect</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Gravity</i> – Tim Webber, Chris Lawrence, Dave Shirk and Neil Corbould<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Hobbit: The Desolation of Smaug</i> – Joe Letteri, Eric Saindon, David Clayton and Eric Reynolds<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Iron Man 3</i> – Christopher Townsend, Guy Williams, Erik Nash and Dan Sudick<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Lone Ranger</i> – Tim Alexander, Gary Brozenich, Edson Williams and John Frazier<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Star Trek Into Darkness</i> – Roger Guyett, Patrick Tubach, Ben Grossmann and Burt Dalton</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Academy Honorary Award</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Angela Lansbury<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Steve Martin<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Piero Tosi</span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Jean Hersholt Humanitarian Award</b><o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Angelina Jolie</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div></div><span class="fullpost"> </span>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-28254976834789533012014-01-15T17:53:00.000-08:002019-04-20T20:25:55.506-07:00REVIEW : PRINCESS, BAJAK LAUT & ALIEN<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaA1q9JuH0fvOVkLkcv8tUokLyOndPD7Et7-0iIr1wCpWLnFv5Y5MTw6ZNAtgMomDHHTCAwA2m94n00rdbP83Fkr3OGmRZu-ra9Xh4ywBu3LLmdudxmoDZbGg4HlHxPggcjeBRUCKgGzRN/s1600/PBA1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaA1q9JuH0fvOVkLkcv8tUokLyOndPD7Et7-0iIr1wCpWLnFv5Y5MTw6ZNAtgMomDHHTCAwA2m94n00rdbP83Fkr3OGmRZu-ra9Xh4ywBu3LLmdudxmoDZbGg4HlHxPggcjeBRUCKgGzRN/s1600/PBA1.jpg" height="320" width="225" /></a></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><br /></i></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><span id="goog_2032746064"></span><span id="goog_2032746065"></span>"Hidup harus seimbang, bukan? Ya sedikit bersenang-senang tidak akan membunuhku."</i></span></div><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Menemukan sebuah film Indonesia yang menyasar pangsa pasar anak-anak (atau katakanlah, keluarga) dengan kualitas penggarapan di atas rata-rata itu tidak lebih mudah daripada mengobrak-abrik jerami demi menemukan sebuah jarum. Menengok kembali ke tahun 2013, adakah film anak yang mampu dengan mudahnya merebut hati Anda? Jika pertanyaan itu diajukan kepada saya, maka jawabannya sudah teramat sangat jelas: tidak ada. Menyadari betapa anak-anak di Indonesia terlalu dimanjakan dengan produk asing lantaran perfilman negeri ini kelewat menganaktirikan target pasar yang satu ini, empat sahabat lama yang terdiri atas Upi, Rizal Mantovani, Eko Kristianto, dan Alfani Wiryawan memutuskan untuk berkolaborasi menciptakan sebuah film omnibus untuk anak-anak. Dilabeli dengan judul <i>Princess, Bajak Laut & Alien</i>, film memertemukan empat cita rasa berbeda yang diolah sesuai dengan gaya khas dari masing-masing koki. </span><br /><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span><br /><a name='more'></a><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglWrf2dFVBMcNAYTYeNZe50-dqWPWy1iQ-3qg_V27SRCfPOY7OtHGf_Iwh4bJTIwiqT7-tEhU25bXwtgTGdsDWnGCpQ1SzfnJPb8NVRFLUeuUbLmOyfMfNpn1ta01ohqkR5fIVPwGJlgxa/s1600/PBA4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglWrf2dFVBMcNAYTYeNZe50-dqWPWy1iQ-3qg_V27SRCfPOY7OtHGf_Iwh4bJTIwiqT7-tEhU25bXwtgTGdsDWnGCpQ1SzfnJPb8NVRFLUeuUbLmOyfMfNpn1ta01ohqkR5fIVPwGJlgxa/s1600/PBA4.jpg" height="213" width="320" /></a></div><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Terbagi ke dalam empat segmen, </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Princess, Bajak Laut & Alien</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> dibuka oleh Eko Kristianto yang mencoba untuk membaluri segmen miliknya, </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Misteri Rumah Nenek</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">, dengan nuansa mencekam melalui petualangan yang dihadapi oleh dua kakak beradik, Iqbal (Risjad Aden) dan Salsa (Kayla Kristianto), kala melewatkan liburan di rumah sang Nenek (Ade Irawan). Meski didasarkan dari premis klise yang telah beberapa kali melewati proses daur ulang untuk ditampilkan dalam kemasan anyar di sejumlah film anak, segmen pembuka ini masih memiliki kandungan hiburan yang mencukupi berkat perpaduan yang tepat antara humor dengan ketegangan. Hanya saja, setelah paruh awal yang menimbulkan rasa semangat untuk mengetahui apa yang akan terjadi berikutnya, film dihadapkan pada permasalahan klasik yang kerap terjadi di sinema Indonesia: penggampangan masalah sebagai solusi untuk mengakhiri kisah. Sungguh sayang beribu sayang. </span><br /><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtpQ99tZ_IdLfXWyDSBrnFVp6yc82DQtn7thKqYDTnxifN63tgCnNOQ_brGuhyDg4jSpeGfJphlMbyAGOgmYpIFisBGMsa7LxCQwHweGL6bad9kFrzTuYlzmQyPrLmgqdKXGHMTjb_TFfW/s1600/PBA2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtpQ99tZ_IdLfXWyDSBrnFVp6yc82DQtn7thKqYDTnxifN63tgCnNOQ_brGuhyDg4jSpeGfJphlMbyAGOgmYpIFisBGMsa7LxCQwHweGL6bad9kFrzTuYlzmQyPrLmgqdKXGHMTjb_TFfW/s1600/PBA2.jpg" height="213" width="320" /></a></div><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Meluncur ke segmen kedua, Alfani Wiryawan membawa kita ke dalam suasana yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya. Melalui <i>Babeh Oh Babeh</i>, penonton diajak untuk menelusuri gang-gang sempit ibukota, memasuki area pemukiman warga kelas menengah ke bawah dan menjumpai Jupri (Raza Super 7) dan ayahnya, Rojali (Tora Sudiro). Hubungan diantara ayah-anak ini tengah mengalami krisis lantaran Jupri enggan menerima kenyataan bahwa pekerjaan yang dilakoni sang ayah untuk menyambung hidup adalah penyanyi dangdut kampung. Dengan materi seperti ini – mengupas hubungan ayah dan anak – segmen milik Alfani dengan mudahnya membetot perhatian saya sejak awal. Kehangatan, kelembutan dan hati di dalam penceritaan begitu terasa yang didukung oleh performa menawan jajaran pemainnya sehingga saat melihat kebohongan Rojali demi membahagiakan putra semata wayangnya terbongkar, emosi pun berhasil dilibatkan. Inilah segmen favorit saya secara personal di film ini. </span><br /><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8r8rlf-Qh3Dvt_-Ern4z_H1wSy-ajVC_quBtk_NCxQx5nK8U_67zLPYCjTkdpAokzM57P1NoQNFIgYAmXr01jq2nmKUiBWhb1fXBD1K6vUVEBvV6H34HM9FZZ1F1Qzmx4VJB44bycN4Cp/s1600/PBA3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8r8rlf-Qh3Dvt_-Ern4z_H1wSy-ajVC_quBtk_NCxQx5nK8U_67zLPYCjTkdpAokzM57P1NoQNFIgYAmXr01jq2nmKUiBWhb1fXBD1K6vUVEBvV6H34HM9FZZ1F1Qzmx4VJB44bycN4Cp/s1600/PBA3.jpg" height="213" width="320" /></a></div><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Lalu, setelah emosi sedikit banyak dikuras, Rizal Mantovani mencoba untuk menyeimbangkannya melalui <i>Kamu Bully, Aku B-Boy</i>. Yang dikupas di sini adalah upaya dari seorang bocah SD korban perundungan, Mikal (Viriya Rici), untuk bangkit dan ‘membalas dendam’ kepada si perundung dengan cara mempelajari tarian <i>breakdance</i>. Meski membawa isu <i>bullying</i> ke dalam pengisahan, si pembuat film tak menuturkan film dengan cara yang suram melainkan penuh kegembiraan. Ada banyak tari, musik hip hop yang membuat Anda menghentak-hentakkan kaki, humor, dan (yah) pemain cilik yang imut. Segmen ini begitu memikat saat Rizal membawanya ke atas ‘panggung’ dimana sorak sorai penuh semangat mengiringi Viriya Rici yang unjuk kebolehan dengan meliuk-liukan tubuhnya yang lentur, namun kekuatannya cukup banyak berkurang saat Mikal turun dari panggung dan menjalani kehidupannya sebagai siswa SD biasa. </span><br /><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxuWU8XI32S0KZwSGJIy7GXYHSAJ3sAlp-cxzsMxOmuDxLeHR_av0VrMwNobaanbgOl8uvKk38hOLvkPHXIVqjPSuw6kCGqy94FmdYhm4w81qw50-Ij4in0m7niQDqN3x4gcismCbalEfR/s1600/PBA.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxuWU8XI32S0KZwSGJIy7GXYHSAJ3sAlp-cxzsMxOmuDxLeHR_av0VrMwNobaanbgOl8uvKk38hOLvkPHXIVqjPSuw6kCGqy94FmdYhm4w81qw50-Ij4in0m7niQDqN3x4gcismCbalEfR/s1600/PBA.jpg" height="203" width="320" /></a></div><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ditempatkan sebagai segmen penutup adalah <i>Princess, Bajak Laut & Alien</i> garapan Upi. Segmen ini memosisikan Troy (Bima Azriel), bocah kutu buku yang kesulitan dalam bersosialisasi, sebagai tokoh utama. Dalam perayaan ulang tahun ke-9 yang serba canggung lantaran dihadiri oleh sejumlah tamu yang sebetulnya berharap berada di tempat lain, Troy berkenalan dengan Gwen (Lauren Zetira) yang menjembataninya untuk membuka diri dengan dunia luar. Bisa dipahami mengapa <i>Princess, Bajak Laut & Alien</i> memeroleh kehormatan untuk mengakhiri film (sekaligus dipilih sebagai judul film). Ada sentuhan <i>quirky</i> dalam balutan gaya retro yang dipilih oleh Upi, menjadikan segmen ini pun tampak berbeda, unik, dan menonjol dibanding ketiga segmen pendahulunya. Namun ini tidak lantas berakhir sebagai sebuah segmen yang ‘<i>style over substance</i>’ karena jalinan pengisahan beserta penampilan dari departemen akting pun sama mengesankannya. Sebuah karya yang cantik dari Upi. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kesimpulan: Meski bukan sebuah tontonan yang akan membuat Anda memberi tepukan tangan keras-keras atau menyebabkan candu sehingga kita rela mengunjunginya kembali berulang kali, <i>Princess, Bajak Laut & Alien</i> tetaplah sebuah film anak-anak dengan kualitas presentasi di atas rata-rata yang semakin jarang ditemukan di perfilman Indonesia. Menawarkan hiburan yang menyenangkan dengan banyak canda tawa di dalamnya, namun tidak melupakan hati, kehangatan, dan (tentunya) pesan moral. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Exceeds Expectations</i></b></span></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-48739880663071609692014-01-13T06:51:00.000-08:002019-04-20T20:25:57.191-07:00REVIEW : PARANORMAL ACTIVITY: THE MARKED ONES<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQv81P4r5hA_IuTs_rfkWG5JI-EOYD1VPWpUdg4odNcdqdW1QDsDQ92TWsqcw-eLt3VFiHhGJ7xOfXqC00CCqaDOJfx8B0TBI1NJTCe9g3Rx_P5e0jJCnkZpUk0j6-TMktzHOhXFRK6Y_F/s1600/PATMO2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQv81P4r5hA_IuTs_rfkWG5JI-EOYD1VPWpUdg4odNcdqdW1QDsDQ92TWsqcw-eLt3VFiHhGJ7xOfXqC00CCqaDOJfx8B0TBI1NJTCe9g3Rx_P5e0jJCnkZpUk0j6-TMktzHOhXFRK6Y_F/s320/PATMO2.jpg" width="215" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Di penghujung film <i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2012/11/review-paranormal-activity-4.html">Paranormal Activity 4</a></i>, sebuah <i>post-credits scene</i> yang mengindikasikan adanya semacam ‘pecahan’ untuk franchise <i>Paranormal Activity</i> disisipkan. Meninggalkan kompleks perumahan warga kelas menengah ke atas dan menuju ke area pemukiman warga Hispanik, ada rasa ketertarikan dalam diri saya untuk menyimak apa yang akan diperbuat oleh Oren Peli dan tim di jilid teranyar. Dengan nuansa yang segar (atau katakanlah, berbeda dari sebelumnya), maka saya tentu mengharapkan <i>Paranormal Activity: The Marked Ones </i>akan mengobati rasa kecewa terhadap franchise yang di dua seri terakhir mengalami penurunan kualitas yang terbilang signifikan. Terlebih, jilid ini tidak dimaksudkan sebagai sebuah kelanjutan melainkan <i>spin-off</i> (atau ‘saudara sepupu’) dengan kabarnya beberapa serpihan penceritaan yang meninggalkan tanda tanya besar di empat seri sebelumnya akan disatukan di sini. Akan tetapi, setelah saya merasakan sendiri pengalaman menonton <i>Paranormal Activity: The Marked Ones</i> di bioskop, sebuah kesimpulan penting yang berhasil saya tarik justru: jangan pernah lagi menaruh ekspektasi terhadap franchise ini, meski kecil sekalipun. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam P<i>aranormal Activity: The Marked Ones</i> – selanjutnya akan saya sebut dengan <i>The Marked Ones</i> atau Anda boleh menyingkatnya dengan <i>PATMO</i> – yang menjadi sorotan utama adalah Jesse (Andrew Jacobs) dan sahabatnya, Hector (Jorge Diaz), dua pemuda yang baru saja menuntaskan pendidikan di SMA. Dalam rangka merayakan hari-hari pertama kebebasan, kedua sahabat ini berkeliaran kesana kemari seraya menenteng kamera genggam untuk mendokumentasikan aktivitas tak tentu arah dari mereka. Setelah serangkaian rekaman yang bersifat acak, Jesse dan Hector mulai menaruh minat terhadap tetangga Jesse yang aneh, Anna (Gloria Sandoval). Kematian Anna yang mendadak dan misterius mengusik kedua sahabat ini untuk menelusuri lebih jauh ‘sejarah hidup’ dari wanita yang mereka sebut sebagai penyihir ini. Menyelinap ke apartemen Anna secara sembunyi-sembunyi di malam hari, Jesse dan Hector mendapati kenyataan yang mencengangkan. Kelancangan mereka dalam melanggar batasan-batasan pun, pada akhirnya, kudu dibayar mahal. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Let me ask you a question</i>. Apakah Anda masih menanti-nanti kehadiran jilid teranyar dari franchise <i>Paranormal Activity</i> atau sudah tak lagi menaruh minat terhadapnya lantaran jenuh tak ketulungan? Jika baris pertama mewakili dari jawaban Anda, maka mencicipi <i>The Marked Ones</i> tidak ada salahnya. Namun jika Anda termasuk dalam barisan yang telah mendekati bosan (atau malah sudah sangat bosan), sebisa mungkin hindari film ini... kecuali bujet sedang berlebih, waktu kelewat senggang, dan sama sekali tidak ada pilihan film lain yang mengundang minat di bioskop. Percayalah, <i>The Marked Ones</i> hanya akan menyita waktu dan uang Anda secara percuma tanpa memberi timbal balik yang sepadan. Christopher B. Landon yang menempati kursi penyutradaraan dan pengolahan naskah, nyatanya hanya sekadar meniru resep yang telah dijajal oleh para pencetus ide di jilid-jilid sebelumnya untuk dituangkan ke dalam wadah baru tanpa menghiasinya dengan konsep anyar yang menyegarkan. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Hasilnya, <i>The Marked Ones</i> tidak lebih dari sekadar pengulangan. Kejutan demi kejutan yang coba dihidangkan oleh Landon dalam upayanya menggedor jantung penonton memang beberapa kali cukup berhasil – utamanya yang memiliki keterkaitan dengan jilid terdahulu – namun lainnya telah berulang kali kita saksikan sebelumnya. Trik yang dipersiapkan perlahan mulai basi dan ketegangan pun tidak terjaga secara konsisten. Dalam tujuannya untuk menakuti-nakuti penonton, <i>The Marked Ones</i> gagal melakukannya. Selain 10 menit terakhir yang lumayan membuat penonton seisi studio jerit-jerit manis, tidak ada yang benar-benar membuat penonton mencengkram kuat kursi bioskop atau mengintip dari balik jari-jari tangan yang menutupi. Bahkan, yang terasa ironis, paruh awal film yang memerlihatkan Jesse dan Hector melakukan serangkaian keisengan malah membuat film lebih menyerupai <i>spin-off</i> dari <i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2012/02/review-chronicle.html">Chronicle</a></i> ketimbang <i>Paranormal Activity</i>. Duh. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Poor</i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiR-38nSdGmwedfa333lU2P8rDRZqI9L4sXVIuGwLmfLVHh0QmacIiPzQjna5ODywvHh8H4jjplG9uXYuWtT51EvExtUr4gyNt8I3xz8Z0h26ZvK2rEyWsCMpIwdvtNJ_MeBbPaRanBZHVO/s1600/PATMO1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="182" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiR-38nSdGmwedfa333lU2P8rDRZqI9L4sXVIuGwLmfLVHh0QmacIiPzQjna5ODywvHh8H4jjplG9uXYuWtT51EvExtUr4gyNt8I3xz8Z0h26ZvK2rEyWsCMpIwdvtNJ_MeBbPaRanBZHVO/s320/PATMO1.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtCOVRc-4JYBUSTt4el4dcRkN84LJ7_C2YpqWZktjDzwwdh0ZO-CVK5akOVvlduPqLbtuM-Tpd4ubb2uTdSbgQKLDsgmRnZG4a-u73yz7n-cmVI_fjc6rLMiTP9TC10CcTsExsOwMMll9M/s1600/PATMO.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="169" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtCOVRc-4JYBUSTt4el4dcRkN84LJ7_C2YpqWZktjDzwwdh0ZO-CVK5akOVvlduPqLbtuM-Tpd4ubb2uTdSbgQKLDsgmRnZG4a-u73yz7n-cmVI_fjc6rLMiTP9TC10CcTsExsOwMMll9M/s320/PATMO.jpg" width="320" /></a></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-32934282691001194472014-01-12T21:32:00.000-08:002019-04-20T20:25:55.926-07:00THE 71st GOLDEN GLOBE AWARDS WINNERS LIST<div class="MsoNormal"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6s3cs1vivjJEwz7y-KtHqYEFPfd5kMLm0mJjVqPY1-yNMJLBMHv5ZjNInnUkaRFHUCVz-Wvbgg5U1ObU9qPFmPbmNmOvrIf1xKuodF8fjSajavJf0_bV8RjjQBYj0S1Omsp_3TTEjNJbP/s1600/GG.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6s3cs1vivjJEwz7y-KtHqYEFPfd5kMLm0mJjVqPY1-yNMJLBMHv5ZjNInnUkaRFHUCVz-Wvbgg5U1ObU9qPFmPbmNmOvrIf1xKuodF8fjSajavJf0_bV8RjjQBYj0S1Omsp_3TTEjNJbP/s320/GG.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Siapa yang berjaya di perhelatan ke-71 dari <i>Golden Globe Awards</i>? <i>Well</i>... Persaingan ketat <i>12 Years a Slave</i> dan <i>American Hustle</i> yang sama-sama diganjar nominasi terbanyak dengan 7 kategori, pada akhirnya dimenangkan oleh <i>American Hustle</i> yang menggenggam 3 piala meliputi Best Motion Picture dan Best Actress untuk Amy Adams (Akhirnya!) di wilayah Comedy or Musical serta Best Supporting Actress untuk Jennifer Lawrence. Sementara <i>12 Years of Slave</i> nyaris saja tidak memeroleh cinta dari Hollywood Foreign Press Association andaikan film garapan Steve McQueen tersebut tak diganjar Best Motion Picture in Drama. <i>Phewww</i>... </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kejutan dari acara penghargaan yang digelar di Beverly Hilton Hotel, California, tersebut datang dari <i>Dallas Buyers Club</i> yang tidak disangka-sangka mampu menghadang unggulan lain sebagai peraih piala terbanyak kedua setelah <i>American Hustle</i>. Merebut piala untuk Matthew McConaughey di Best Actor (Drama) dan Jared Leto di Best Supporting Actor, <i>Dallas Buyers Club</i> hanya menyisakan masing-masing 1 piala bagi <i>Gravity</i>, <i>Blue Jasmine</i>, <i>Her</i>, T<i>he Wolf of Wall Street</i>, <i>Frozen</i>, <i>All is Lost</i>, dan <i>Mandela: Long Walk to Freedom</i>. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Berikut ini adalah deretan pemenang di <i>71st Golden Globe Awards</i> untuk film (pemenang dicetak tebal): <b><br /></b></span></div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Motion Picture – Drama</b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>12 Years A Slave</i></b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/10/review-captain-phillips_5173.html">Captain Phillips</a><o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/10/review-gravity.html">Gravity</a><o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Philomena<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/10/review-rush.html">Rush</a></i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Motion Picture – Comedy or Musical</b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>American Hustle</i></b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Her<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Inside Llewyn Davis<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Nebraska<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Wolf Of Wall Street</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Director</b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Alfonso Cuaron – Gravity</i></b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Paul Greengrass – <i>Captain Phillips</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Steve McQueen – <i>12 Years A Slave</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Alexander Payne – <i>Nebraska</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">David O. Russell – <i>American Hustle</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Actor – Drama</b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Chiwetel Ejiofor – <i>12 Years A Slave</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Idris Elba – <i>Mandela: Long Walk To Freedom</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tom Hanks – <i>Captain Phillips</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Matthew McConaughey – Dallas Buyers Club</i></b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Robert Redford – <i>All Is Lost</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Actress – Drama</b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Cate Blanchett – Blue Jasmine</i></b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sandra Bullock – <i>Gravity</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Judi Dench – <i>Philomena</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Emma Thompson – <i>Saving Mr. Banks</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kate Winslet – <i>Labor Day</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Actor – Comedy or Musical</b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Christian Bale – <i>American Hustle</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bruce Dern – <i>Nebraska</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Leonardo DiCaprio – The Wolf Of Wall Street</i></b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Oscar Isaac – <i>Inside Llewyn Davis</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Joaquin Phoenix – <i>Her</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Actress – Comedy</b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Amy Adams – American Hustle</i></b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Julie Delpy – <i>Before Midnight</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Greta Gerwig – <i>Frances Ha</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Julia Louis-Dreyfus – <i>Enough Said</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Meryl Streep – <i>August: Osage County</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Supporting Actor</b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Barkhad Abdi – <i>Captain Phillips</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Daniel Bruhl – <i>Rush</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bradley Cooper – <i>American Hustle</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Michael Fassbender – <i>12 Years A Slave</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Jared Leto – Dallas Buyers Club</i></b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Supporting Actress</b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sally Hawkins – <i>Blue Jasmine</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Jennifer Lawrence – American Hustle</i></b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Lupita N’yongo – <i>12 Years A Slave</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Julia Roberts – <i>August: Osage County</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">June Squibb – <i>Nebraska</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Screenplay</b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Spike Jonze – Her</i></b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bob Nelson – <i>Nebraska</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Jeff Pope & Steve Coogan – <i>Philomena</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">John Ridley – <i>12 Years A Slave</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Eric Warren Singer & David O. Russell – <i>American Hustle</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Foreign Film</b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Blue Is The Warmest Color<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><b>The Great Beauty</b><o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Hunt<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Past<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Wind Rises</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Animated Feature</b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Croods<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/07/review-despicable-me-2.html">Despicable Me 2</a><o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/12/review-frozen.html">Frozen</a></i></b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Original Score – Motion Picture</b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Alex Ebert – All Is Lost</i></b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Alex Heffes – <i>Mandela: Long Walk To Freedom</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Steven Price – <i>Gravity</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">John Williams – <i>The Book Thief</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Hans Zimmer – <i>12 Years A Slave</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Best Original Song – Motion Picture</b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">"Atlas" by Coldplay – <i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/11/review-hunger-games-catching-fire.html">The Hunger Games: Catching Fire</a></i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">"Let It Go" by Idina Menzel – <i>Frozen</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>"Ordinary Love" by U2 – Mandela: Long Walk To Freedom</i></b><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">"Please Mr. Kennedy" by Justin Timberlake & co. – <i>Inside Llewyn Davis</i><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">"Sweeter Than Fiction" by Taylor Swift – <i>One Chance</i></span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><br /></i></span></div><span class="fullpost"> </span>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-17795528188405304192014-01-10T02:23:00.000-08:002019-04-20T20:25:54.615-07:00REVIEW : THE SECRET LIFE OF WALTER MITTY<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh07SeDKm7OHxVeWjsHiwlCqwOHHQyAI-PL1vdwEAVQDeZcb9D9lkLIw37lZEd1-XcKJwThEYhZUk_8iTaxcYmrzyk16Kq5SH383D4jpUK8lQGkOdxURUlnxuHdYNnhi2gHwg_BIRm7U-E2/s1600/WalterMitty.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh07SeDKm7OHxVeWjsHiwlCqwOHHQyAI-PL1vdwEAVQDeZcb9D9lkLIw37lZEd1-XcKJwThEYhZUk_8iTaxcYmrzyk16Kq5SH383D4jpUK8lQGkOdxURUlnxuHdYNnhi2gHwg_BIRm7U-E2/s1600/WalterMitty.jpg" height="320" width="216" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: center;"><i>"Beautiful things don't ask for attention."</i></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Begitu banyak harapan, begitu banyak impian, namun begitu kecil keberanian untuk mewujudkannya. Beberapa orang bahkan rela mengubur impian besar mereka dalam-dalam demi terwujudnya kehidupan yang aman, teratur, dan nyaman. Tetapi yang lantas menjadi pertanyaan, apakah dengan dihempaskannya segala mimpi-mimpi itu lantaran kelewat enggan untuk menghadapi tantangan hidup yang penuh lika liku dapat menjamin kebahagiaan hidup? Walter Mitty (Ben Stiller) telah memiliki jawabannya dan itu adalah tidak. Konsekuensi yang kudu ditanggungnya kala memilih untuk tetap bernafas di zona nyamannya adalah hidup yang monoton. Dia mencoba menekan segala keinginannya yang menggebu-nggebu yang lantas terproyeksikan ke dalam bentuk lamunan. Membayangkan memiliki kehidupan yang besar, penuh warna, dan penuh tantangan, akan tetapi pada kenyataannya dia tidak lebih dari sekadar manusia yang terjebak di dalam sebuah kotak kecil yang tidak menyisakan banyak ruang gerak. </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Yang lebih ironis, untuk seseorang yang bekerja di sebuah majalah bernama <i>Life Magazine</i> yang setiap edisinya merangkum gelaran foto yang memotret peristiwa (atau sesuatu) yang akbar, Walter Mitty nyaris tidak memiliki kehidupan serta menjalani rutinitasnya dengan cara yang yah... membosankan. Selama 16 tahun berprofesi sebagai <i>negative assets manager </i>dengan setiap harinya memandangi ribuan hasil jepretan kamera yang ‘penuh cerita’, Walter tak sekalipun berpikiran menantang dirinya sendiri untuk membuat cerita kehidupannya lebih kaya dengan menjajal sesuatu yang baru. Mungkin, dia hanya terlalu takut. Tapi, ketika segalanya sudah tampak mustahil untuk dijalani – terlebih mengingat usia Walter tak lagi muda – sesuatu yang besar menghampiri Walter; petualangan penuh kejutan sekali seumur hidup. Berawal dari hilangnya foto maha penting yang bisa mengancam karirnya serta hadirnya Cheryl Melhoff (Kristen Wiig), rekan kerja yang ditaksirnya, yang memberi secercah semangat kepada dirinya, Walter pun memberanikan diri menembus dinginnya dan ganasnya alam Greenland, Islandia, hingga Himalaya. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Adanya kedekatan secara personal terhadap Walter Mitty yang akan dengan mudah membuat banyak penonton terkoneksi dengannya, menaruh simpati, dan memberi dukungan tulus adalah yang membuat <i>The Secret Life of Walter Mitty</i> terasa begitu istimewa. Belum lagi, di samping sisi humor gila-gilaan yang menjadi ciri khas Stiller (lihat saja di film garapannya yang lain; <i>Tropic Thunder</i>, <i>Zoolander</i>, dan <i>The Cable Guy</i>) masih dipertahankan meski untuk sekali ini kadarnya sedikit diturunkan, gelaran aksi petualangan mendebarkan yang akan membawa kita mengikuti petualangan fantastis dari Walter Mitty – bertarung dengan hiu ganas, menghindari amukan gunung berapi, terjun dari helikopter, menjelma sebagai Benjamin Button, menuruni bukit di Islandia menggunakan <i>skateboard</i>, hingga mengacaukan lalu lintas padat di New York City – ada hati, kehangatan, dan ketulusan yang tertuang ke dalam penceritaan sehingga saat film telah menemui penghujungnya tanpa disadari kita akan memeluk erat-erat orang terkasih yang menonton bersama kita atau justru menyeka air mata lantaran kombinasi tepat antara penuturan yang menggugah emosi dan adegan penutup yang begitu indah. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>It’s everybody's story</i>. Atau setidaknya... cerita milik nyaris semua orang. Melalui <i>The Secret Life of Walter Mitty</i>, kita seperti melihat perwujudan dari diri kita sendiri atau seseorang di kehidupan sehari-hari yang kita kenal dengan baik. Ben Stiller mencoba untuk mewakili curahan hati dari jutaan orang di dunia yang terlalu malas (atau takut?) untuk mengambil jalur kehidupan yang penuh resiko dan memilih untuk berdiam diri, melayangkan lamunan, di ‘kursi malas’ namun sesungguhnya masih menyimpan mimpi menjulang tinggi yang ingin dicapai. Skrip lezat padat berisi racikan Steve Conrad membagi pesan-pesan inspiratif penuh motivasi yang mengobarkan semangat berkenaan dengan keberanian serta kesediaan menjalani tantangan kehidupan tanpa pernah menjadi cerewet dan sok puitis yang lantas dikembangkan menjadi sebuah sajian visual yang membahagiakan mata berkat sinematografi dari Stuart Dryburgh yang elok ditambah polesan CGI menawan (sehingga akhirnya saya mengerti mengapa kucuran dana film ini mencapai $90 juta!), isian tembang dan musik pengiring yang menyatu dengan manisnya ke dalam setiap adegan, dan performa yang mengagumkan dari jajaran pemainnya – terutama untuk Adam Scott yang sangat menjengkelkan sebagai atasan baru Walter. Dua jempol saya acungkan untuk <i>The Secret Life of Walter Mitty</i>. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Outstanding</i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNk9OCjCEE_VdG3leSL4t05p7ziyL-UmPiLqZQ8uc1eyzBEGaY92IYd0l_mpksLoClT69qlh6R2adwPa6cg6KQSThrFycMYI9ByrDpVh4K9Ormm5Bp4kbYN4yy_cXbFogFLYctSNMxrPks/s1600/WalterMitty1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNk9OCjCEE_VdG3leSL4t05p7ziyL-UmPiLqZQ8uc1eyzBEGaY92IYd0l_mpksLoClT69qlh6R2adwPa6cg6KQSThrFycMYI9ByrDpVh4K9Ormm5Bp4kbYN4yy_cXbFogFLYctSNMxrPks/s1600/WalterMitty1.jpg" height="211" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq40CX3KZ5iVt9XciOmjtoMjtMxNVzzne_vHvj68Samnx4gDA5lfRbeBbnz-kEo_MfK6raHm52EXrk_afgGAkaMgjlg6zxjIsWai407sq8qCJEaghc8JStfMRvMagnyd40CTdmsUlfQajb/s1600/WalterMitty2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq40CX3KZ5iVt9XciOmjtoMjtMxNVzzne_vHvj68Samnx4gDA5lfRbeBbnz-kEo_MfK6raHm52EXrk_afgGAkaMgjlg6zxjIsWai407sq8qCJEaghc8JStfMRvMagnyd40CTdmsUlfQajb/s1600/WalterMitty2.jpg" height="199" width="320" /></a></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-57551139700671212722014-01-07T07:40:00.000-08:002019-04-20T20:25:57.610-07:00REVIEW : LASKAR PELANGI SEKUEL 2: EDENSOR<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIKcj8NtN4FCCN-ytZ7iv-fhsW8iMcJ4TXJXpRjdfIUdn4ZWK3Cjtwtra6HzKg9ReOtVcZtvPHZnwNF9lhvg8FW07V1Xq8f0Vv2DYKhDmgM2IRRkGaWYX4j7A6wBCVXKkJGuP4kfsDkvW_/s1600/Edensor.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIKcj8NtN4FCCN-ytZ7iv-fhsW8iMcJ4TXJXpRjdfIUdn4ZWK3Cjtwtra6HzKg9ReOtVcZtvPHZnwNF9lhvg8FW07V1Xq8f0Vv2DYKhDmgM2IRRkGaWYX4j7A6wBCVXKkJGuP4kfsDkvW_/s1600/Edensor.jpg" height="320" width="223" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>"Gantungkan mimpi-mimpimu setinggi langit biar Tuhan yang mememuk mimpimu agar menjadi kenyataan."</i></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Saya tidak ingin ulasan ini terdengar sebagai sesuatu yang kejam, tidak berperasaan, sinis, menyakitkan, dan menjengkelkan, tetapi maaf beribu maaf, saya harus mengatakan dengan jujur kepada Anda bahwa <i>Laskar Pelangi Sekuel 2: Edensor</i> adalah salah satu film yang paling membosankan yang saya tonton sepanjang tahun 2013. Tidak seperti Riri Riza dan Mira Lesmana yang mentransfigurasi dua novel rekaan Andrea Hirata, <i>Laskar Pelangi</i> dan <i>Sang Pemimpi</i>, dengan begitu lancar ke dalam bahasa gambar dimana mereka mampu menyulap ribuan kata perihal perjuangan dalam menggapai mimpi yang sejatinya sederhana menjadi sebuah tontonan yang padat berisi, menggugah emosi, dan inspiratif namun tak pernah menjadi kelewat ceriwis, maka Benni Setiawan yang menggantikan tugas duo maut tersebut seolah begitu kesulitan untuk menerjemahkan apa yang coba untuk disampaikan oleh Andrea Hirata melalui tulisan-tulisannya dalam <i>Laskar Pelangi Sekuel 2: Edensor</i>. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Di dalam <i>Laskar Pelangi Sekuel 2: Edensor</i> – <i>Ugh,</i> saya begitu membenci judul ini maka untuk selanjutnya saya hapus saja kata ‘sekuel’ – perjuangan dari dua tokoh utama di tetralogi <i>Laskar Pelangi</i>, Ikal (Lukman Sardi) dan Arai (Abimana Aryasatya), memasuki babak baru. Beasiswa menempuh pendidikan S2 di Universitas Sorbonne, Paris, Prancis, memang dengan sukses mereka genggam, namun ini tidak berarti mereka akan melewati hari demi hari di Prancis dengan mulus. Berasal dari keluarga tidak mampu yang kondisi finansial berada di ujung tanduk lantaran Ayah Ikal (Mathias Muchus) kehilangan pekerjaan, maka baik Ikal dan Arai pun kudu mencari pekerjaan sampingan untuk menyambung hidup. Belum lagi adanya tantangan dalam menguasai Bahasa Prancis yang memiliki struktur rumit dan beradaptasi dengan gaya hidup yang tentunya bertolak belakang dari apa yang mereka jalani selama di Indonesia. Hubungan antara Ikal dan Arai pun didera ujian di sini tatkala Ikal kehilangan fokusnya terhadap pendidikan karena kedekatannya dengan Katya (Astrid Roos) dan obsesinya untuk menemukan cinta pertamanya, A Ling (Shalvynne Chang). </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam menjabarkan <i>Laskar Pelangi 2: Edensor</i>, Benni Setiawan mencoba mengambil pendekatan yang berbeda dari apa yang ditempuh oleh Riri Riza dengan lebih mengedepankan sisi komedi dalam penceritaan. Bukan sesuatu yang salah, sebenarnya. Bahkan jika ditangani secara tepat, ini mampu memberi warna tersendiri dalam trilogi film <i>Laskar Pelangi</i>. Hanya saja, permasalahan yang dihadapi oleh si pembuat film (yang turut menulis skripnya) adalah kelewat fokus dalam menguliti sesuatu yang sejatinya kurang penting dan menghempaskan begitu saja gagasan dari Andrea Hirata seputar perjuangan dalam mengejar mimpi di negeri orang. Humor yang ditonjolkan di sini beberapa kali memang bekerja dan cukup menyegarkan, namun saking seringnya bercanda, Benni malah lupa tujuan awal: bercerita. Lupa pula untuk memberikan kedalaman emosi dalam penceritaan. Hasilnya, film tak lebih dari sekadar senda gurau belaka. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Selama menyaksikan film ini saya bertanya-tanya, “apakah yang ingin disampaikan oleh film ini?.” Perjuangan dan lika liku kehidupan Ikal dan Arai untuk mewujudkan mimpi hampir tak tampak, nyaris tergerus habis oleh porsi kisah asmara penuh dilema dari Ikal – yang sejatinya merupakan persoalan yang remeh. Sayangnya, persoalan remeh ini pun tak diberi suntikkan nyawa dan emosi oleh si pembuat film sehingga yah... apakah ada yang membawa selimut dan bantal ke bioskop? Saya butuh tidur. Film berceloteh kelewat ringan, terlalu santai, tak ada letupan-letupan yang memberi semangat untuk menonton, tidak fokus dalam memilih pijakan penceritaan, dan anti klimaks. Jangan tanyakan kepada saya perihal klimaks karena saya sama sekali tidak menemukannya di sini. Diselesaikan begitu saja sehingga tanpa seorang pun menyadari dimana letak klimaks dan resolusi yang sebetulnya dari film ini. Terasa sungguh datar, hambar, dan dingin. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Jika ada yang membuat <i>Laskar Pelangi 2: Edensor</i> terhindar dari predikat ‘terburuk’ atau tingkatan sedikit lebih terhormat, buruk, maka itu adalah performa dari departemen akting dan deretan tembang yang mengiringi berlalunya durasi. Di tengah terpaan badai naskah dan pengarahan yang berpotensi menghancurkan, Lukman Sardi (meski tak dapat disangkal, dia sudah terlihat berumur untuk memerankan Ikal) dan Abimana Aryasatya masih mampu memberi permainan yang manis melalui penyelaman terhadap karakter dengan baik dan ikatan yang dapat dipercaya. Para pemain pendukung pun tak mengecewakan, khususnya Astrid Roos yang senantiasa mencuri perhatian dalam setiap kemunculannya. Lalu, film pun memiliki isian musik dari Andhika Triyadi yang cantik serta alunan tembang "Negeri Laskar Pelangi" bernuansa Melayu yang mudah untuk membuat penonton ikut bergoyang yang ditempatkan dalam posisi yang sempurna. Kombinasi dari keduanya ini, setidaknya membuat <i>Laskar Pelangi 2: Edensor</i> masih layak untuk disimak di layar lebar meski untuk bisa menikmatinya hingga <i>credit title</i> merayap Anda harus dalam keadaan benar-benar segar bugar atau jika tidak, yah... (maaf) tertidur manis. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Poor</i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXrMrVLAz5ZoB9ZHbDtYMggfjFPFl2Um45IqnObghn8OQcalWwsQmidpucaXwIcm_sAdO641usXkJz21RW9R_PPZkAPO1SHUFD9JxUf6oXFNXCEOyrbL7OLYlBCDTM7DFFyPPOGJScKf3F/s1600/Edensor2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXrMrVLAz5ZoB9ZHbDtYMggfjFPFl2Um45IqnObghn8OQcalWwsQmidpucaXwIcm_sAdO641usXkJz21RW9R_PPZkAPO1SHUFD9JxUf6oXFNXCEOyrbL7OLYlBCDTM7DFFyPPOGJScKf3F/s1600/Edensor2.jpg" height="213" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjx0qVPoa3t97SjXDC_HMGAUvhA7m9PCUUIPJrkfQS6ZtH-eidw34SXXnRcL32sNdj-W8pjfhc6PA_9n0VkyIcN-mX2cV83HwUQ4Dt8c2ssgEfsFcr5KP6r7H-HvyDMbYxoPlTxXy9VfMqT/s1600/Edensor3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjx0qVPoa3t97SjXDC_HMGAUvhA7m9PCUUIPJrkfQS6ZtH-eidw34SXXnRcL32sNdj-W8pjfhc6PA_9n0VkyIcN-mX2cV83HwUQ4Dt8c2ssgEfsFcr5KP6r7H-HvyDMbYxoPlTxXy9VfMqT/s1600/Edensor3.jpg" height="192" width="320" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-17807500330083671642014-01-04T00:58:00.000-08:002019-04-20T20:25:54.667-07:00[Preview] DAFTAR FILM INDONESIA SIAP RILIS JANUARI 2014<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibkeLl0Jj-pS5yV92RdYY6WM5vXJ95f6q8MdquCOMpB5y2EUYBu_kk-6OnmJuazID0GclOgSpz2Ak9r9M11SqsGozdPv_lks1MvRLLuXAf3GLTj7hAREgvuzbp9aTumkkS2vhA6TqtYVn9/s1600/Comic8-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="202" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibkeLl0Jj-pS5yV92RdYY6WM5vXJ95f6q8MdquCOMpB5y2EUYBu_kk-6OnmJuazID0GclOgSpz2Ak9r9M11SqsGozdPv_lks1MvRLLuXAf3GLTj7hAREgvuzbp9aTumkkS2vhA6TqtYVn9/s320/Comic8-2.jpg" width="320" /></a></div><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mari kita ucapkan selamat tinggal ke 2013 dan ucapkan selamat datang ke 2014. Harapan akan adanya kebahagiaan yang melingkupi perfilman Indonesia terlahir kembali. Di bulan pertama tahun 2014 ini, Anda akan disambut oleh kehadiran 9 film (salah satunya adalah rilis ulang) dengan variasi genre. Ada film omnibus anak pertama di Indonesia, film mengenai marching band, horor yang didasarkan pada urban legend, pemenang FFI 2013 untuk Film Terbaik, hingga film perampokan bercampur komedi yang dibintangi oleh comic ternama Indonesia. Terdengar menjanjikan untuk sebuah permulaan? </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Untuk lebih lengkapnya, inilah film-film Indonesia yang dirilis pada Januari 2014: </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="line-height: 18.1875px;"><a href="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/PBA1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img _mce_src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/PBA1.jpg" _mce_style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" alt="PBA" border="0" height="320" src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/PBA1.jpg" style="border: 0px; display: block; text-align: justify;" width="225" /></a></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">1. Princess, Bajak Laut & Alien</span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sinopsis :</strong> Sebuah film omnibus anak pertama di Indonesia yang mengangkat empat cerita tentang pertemanan, keluarga, dan keberanian. Keempat cerita tersebut terbagi ke dalam empat segmen, yang terdiri atas <em>Misteri Rumah Nenek</em>(digarap oleh Eko Kristianto), <em>Babeh Oh Babeh</em> (disutradarai oleh Alfani Wiryawan),<em>Kamu Bully, Aku B-Boy</em> (dibesut oleh Rizal Mantovani), dan <em>Princess, Bajak Laut & Alien</em> (dinahkodai oleh Upi). </span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sutradara :</strong> Eko Kristianto, Alfani Wiryawan, Rizal Mantovani, Upi</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Produser : </strong>Alfani Wiryawan, Eko Kristianto</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Pemain :</strong> Risjad Aden, Kayla Kristianto, Raza Super 7, Luna Maya, Tora Sudiro, Igor Saykoji, Bima Azriel</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Tanggal rilis :</strong> 9 Januari 2014</span></div><div style="line-height: 18.1875px;"></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><a href="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/PukulanMaut.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img _mce_src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/PukulanMaut.jpg" _mce_style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" alt="PM" border="0" height="320" src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/PukulanMaut.jpg" style="border: 0px; display: block; text-align: justify;" width="224" /></a></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">2. Pukulan Maut</span></strong></div><br /><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sinopsis : </strong>Tiga remaja dengan latar belakang yang berbeda; Kay, Aldo, dan Joe, menjalin persahabatan semenjak mereka menjadi pasien rawat inap di sebuah rumah sakit jiwa. Diprakarsai oleh Kay yang merasa tidak gila, ketiganya memutuskan untuk melarikan diri dari rumah sakit jiwa. Dalam pelarian, tiga sahabat ini menemukan tas koper berisi uang di samping mayat seorang perempuan. Mereka pun mengambil koper tersebut yang lantas membuat mereka kudu berhadapan dengan sekelompok orang yang berniat merampas koper uang tersebut. </span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sutradara : </strong>Nayato Fio Nuala</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Penulis Skrip : </strong>Alexander Harry</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Pemain : </strong>Maxime Boutier, Kaemita, Monique Henry, Munajat Raditya, Sunny Pang</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Tanggal rilis :</strong> 9 Januari 2014</span></div><div style="line-height: 18.1875px;"></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><a href="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/SangKiai1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img _mce_src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/SangKiai1.jpg" _mce_style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" alt="SK" border="0" height="320" src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/SangKiai1.jpg" style="border: 0px; display: block; text-align: justify;" width="221" /></a><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">3. Sang Kiai</span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sinopsis :</strong><strong> </strong><em>Sang Kiai</em> bertutur mengenai kehidupan, peran dan perjuangan pahlawan nasional yang sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari, serta orang-orang terdekatnya dalam memperjuangkan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan dengan Resolusi Jihad yang menyulut perjuangan laskar santri dalam perang 10 November di Surabaya</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sutradara :</strong> Rako Prijanto</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Penulis naskah :</strong> Anggoro Saronto</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Pemain :</strong> Ikranegara, Christine Hakim, Agus Kuncoro, Adipati Dolken, Dayat Simbaia</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Tanggal rilis : </strong>9 Januari 2014</span></div><div style="line-height: 18.1875px;"></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><a href="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/MalamSuro.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img _mce_src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/MalamSuro.jpg" _mce_style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" alt="MS" border="0" height="320" src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/MalamSuro.jpg" style="border: 0px; display: block; text-align: justify;" width="224" /></a><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">4. Malam Suro di Rumah Darmo</span></strong></div><br /><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sinopsis : </strong>Diangkat dari salah satu urban legend tersohor di Indonesia, Rumah Hantu Darmo. Konon kabarnya, rumah ini merupakan hasil pesugihan sebuah keluarga dengan memberikan tumbal dan sesajen hingga mereka mengakhirinya setelah uang berlimpah ruah. Akibatnya, para makhluk gaib pun murka yang berujung pada pembunuhan keluarga tersebut serta sejumlah orang yang berani untuk mendiami rumah tersebut. Pembunuhan tersebut digelar pada malam Satu Suro.</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sutradara :</strong> Eka Katili</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Produser :</strong> KK Dheeraj</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Pemain :</strong> Diah Permatasari, Oppie Kumis, Mpok Nori, Zahra Jasmine, Fauzi Imam</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Tanggal rilis :</strong> 16 Januari 2014</span></div><div style="line-height: 18.1875px;"></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><br /></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><br /></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">5. Kau & Aku Cinta Indonesia</span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><a href="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/KauAku.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img _mce_src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/KauAku.jpg" _mce_style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" alt="Kau" border="0" height="320" src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/KauAku.jpg" style="border: 0px; display: block; text-align: justify;" width="223" /></a><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sinopsis : </strong>Sekelompok anak SMP yang saling berbeda dipertemukan. Tetapi sebentuk nyanyian akan mempersatukan mereka, sembari mereka mengenal diri mereka sendiri, lingkungan mereka, serta tanah pusaka dimana mereka dilahirkan dan dibesarkan: Indonesia.</span></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sutradara :</strong> Dirmawan Hatta</span></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Penulis Naskah :</strong> Husein M Atmojo, Rusjdy S Arifin</span></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Pemain :</strong> Zulfa Maharani Putri, Amel Carla, Monica Setiawan, Elang El Gibran, Syihab Imam</span></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Tanggal rilis :</strong> 16 Januari 2014</span></div><div style="line-height: 18.1875px;"></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">6. Drakula Cinta</span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><a href="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/DrakulaCinta.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img _mce_src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/DrakulaCinta.jpg" _mce_style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" alt="DC" border="0" height="320" src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/DrakulaCinta.jpg" style="border: 0px; display: block; text-align: justify;" width="228" /></a><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sinopsis : </strong>Cinta terlarang antara drakula dan seorang manusia kandas setelah sejumlah orang yang menentang hubungan ini berhasil membinasakan sang drakula dengan mencabut taringnya dalam sebuah pertarungan yang sengit. Taring ini lantas disimpan di sebuah museum di Rumania. Beratus tahun kemudian, seorang kolektor memerintahkan beberapa orang untuk mencuri peti kuno di Rumania. Setelah berhasil dan akan dikirim, peti yang konon berisi drakula tersebut tertukar dengan peti jenazah begitu sampai di Indonesia.</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sutradara : </strong>Ki Kusumo</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Penulis Naskah :</strong> Wudha ANH, Ki Kusumo</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Pemain :</strong> Axel Putra Kusuma, Nikita Mirzani, Five Vi, Ki Kusumo, Torro Margens, Rony Dozer</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong _mce_style="line-height: 1.3em;" style="line-height: 1.3em;">Tanggal rilis :</strong><span _mce_style="line-height: 1.3em;" style="line-height: 1.3em;"> 23 Januari 2014</span></span></div><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 18.1875px; margin-left: auto; margin-right: auto;"></span></span></strong><br /><div style="text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 18.1875px;"><br /></span></span></strong></div><br /><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><br /></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">7. Sayap Kecil Garuda</span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><a href="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/SayapKecilGaruda.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img _mce_src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/SayapKecilGaruda.jpg" _mce_style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" alt="Sayap" border="0" height="320" src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/SayapKecilGaruda.jpg" style="border: 0px; display: block; text-align: justify;" width="225" /></a><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sinopsis : </strong>Meski memiliki daya ingat yang lemah hingga kesulitan menghafal Pancasila dan makna lambangnya, Pulung, sangat kuat di bidang visual. Dia pintar menggambar yang menghantarkannya menjuarai lomba menggambar. Tak hanya itu, sikap Pulung yang tanpa pamrih, penolong, dan mudah bergaul membuat dia dicalonkan jadi ketua Osis bersaing dengan Asih dan Fandi, murid yang pintar dan diunggulkan di sekolah mereka.</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sutradara :</strong> Aditya Gumay</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Penulis Naskah :</strong> Aditya Gumay, Melia 'Mex' Artophoria, Adenin Adlan</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Pemain :</strong> Rizky Black, Gatot Brajamusti, Baby Mameza Brajamusti, Diza Refengga, Adam Syachrizal, Aaliyah Massaid</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Tanggal rilis :</strong> 23 Januari 2014</span></div><div style="line-height: 18.1875px;"></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">8. 12 Menit: Kemenangan Untuk Selamanya</span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><a href="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/12Menit.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img _mce_src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/12Menit.jpg" _mce_style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" alt="12Menit" border="0" height="320" src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/12Menit.jpg" style="border: 0px; display: block; text-align: justify;" width="216" /></a><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sinopsis : </strong>Tiga remaja dengan permasalahan hidup pelik masing-masing; Elaine, Tara, dan Lahang, <span _mce_style="line-height: 1.3em;" style="line-height: 1.3em;">dipertemukan dalam sebuah Marching Band. Rene, pelatih Marching Band profesional, dipilih untuk membawa Marching Band Bontang ke kancah nasional. Dan bagi Rene ini adalah tantangan besar memimpin seratus duapuluh anak dari kota kecil. </span><span _mce_style="line-height: 1.3em;" style="line-height: 1.3em;">Mereka datang dari berbagai latar belakang. Jadwal latihan Marching Band itu padat, berat dan keras. Elaine, Tara, dan Lahang berusaha meraih mimpi mereka sambil mengatasi rumitnya masalah kehidupannya masing-masing.</span></span></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sutradara :</strong> Hanny R Saputra</span></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Penulis Naskah :</strong> Oka Aurora</span></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Pemain :</strong> Titi Rajobintang, Amanda Sutanto, Hudri, Arum Sekarwangi, Verdi Solaiman, Niniek L Karim, Didi Petet</span></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Tanggal rilis :</strong> 29 Januari 2014</span></div><div style="line-height: 18.1875px;"></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">9. Comic 8</span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><a href="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/Comic8-2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img _mce_src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/Comic8-2.jpg" _mce_style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" alt="Comic8" border="0" height="320" src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/Comic8-2.jpg" style="border: 0px; display: block; text-align: justify;" width="210" /></a><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sinopsis : </strong><span _mce_style="line-height: 1.3em;" style="line-height: 1.3em;">Delapan anak muda dari berbagai latar belakang secara kebetulan merampok sebuah bank dalam waktu bersamaan. Masing-masing mempunyai alasan dan motif berbeda. </span><span _mce_style="line-height: 1.3em;" style="line-height: 1.3em;">Kedelapan perampok tersebut terbagi menjadi tiga regu dengan kemampuan dan jam terbang berbeda. Perampokan yang awalnya seperti kebetulan, terkepung oleh pasukan polisi. Akhirnya mereka harus bekerja sama dan menemukan jawaban dari teka teki yang ada serta mencari jalan keluar terbaik untuk semua.</span></span></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sutradara :</strong> Anggy Umbara</span></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Penulis Naskah :</strong> Fajar Umbara</span></div><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Pemain :</strong> Mongol Stres, Mudy Taylor, Ernest Prakasa, Kemal Palevi, Bintang Timur, Bebe Cabiita, Fico Fachriza, Arie Kriting, Nirina Zubir, Indro Warkop</span></div><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span><br /><div style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Tanggal rilis :</strong> 29 Januari 2014</span></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-88297217723660057452014-01-03T22:09:00.000-08:002019-04-20T20:25:59.194-07:00REVIEW : THE HOBBIT: THE DESOLATION OF SMAUG<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOn3We1mfa8s37dom0D3cUNX9wPH160nFWfRMnNLk5Nt1ywxio16MHPuWpN-_qazvfjqSWZ6CpVKdF2dAKc91e9EBo71_mb2I8aEXwCTaBdDDyJSb3ADdqrrgSPDnmYcku0OXmDEylHfOQ/s1600/Hobbit2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOn3We1mfa8s37dom0D3cUNX9wPH160nFWfRMnNLk5Nt1ywxio16MHPuWpN-_qazvfjqSWZ6CpVKdF2dAKc91e9EBo71_mb2I8aEXwCTaBdDDyJSb3ADdqrrgSPDnmYcku0OXmDEylHfOQ/s1600/Hobbit2.jpg" height="320" width="216" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><br /></i></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>"There is something about you. Something you carry, something made of gold... but far more precious."</i> - Smaug</span><b><o:p></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Hobbit is back!</i> Sang Hobbit, Bilbo Baggins (Martin Freeman), melanjutkan perjalanannya bersama serombongan dwarves dan penyihir tua bijaksana mengarungi Middle-earth yang sempat tertunda di <i>The Hobbit: An Unexpected Journey</i> lantaran durasi film yang tidak mencukupi untuk merebut kembali kerajaan Dwarf. Selayaknya sebuah sekuel, maka Anda bisa mengharapkan jalinan kisah yang lebih rumit penuh friksi (dan juga, kelam!), aksi yang bertaburan, dan tentunya efek khusus yang dirakit dengan lebih megah mencengangkan. Peter Jackson menyadari bahwa jilid sebelumnya terlalu banyak cakap, bertele-tele, serta agak terlalu aman, maka di <i>The Hobbit: The Desolation of Smaug</i> ini dia mencoba untuk sedikit menebus kesalahan yang telah membuat sebagian penggemar mengeluh penuh kekecewaan. Upaya ‘penebusan dosa’ dari Jackson boleh dikatakan membuahkan hasil. Terdapat peningkatan dalam <i>The Desolation of Smaug</i> dimana film terasa lebih menyenangkan, lebih menggelitik, lebih bersemangat, lebih mengikat, dan lebih mendebarkan, ketimbang apa yang telah dicapai oleh <i>An Unexpected Journey</i>. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Lantas, apa yang paling dinanti-nanti dalam </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">The Desolation of Smaug</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">? Sesuai dengan judul, maka tentu saja itu adalah penampakan dari sang naga yang menjadi musuh utama dalam The Hobbit, Smaug (Benedict Cumberbatch). Namun sebelum rombongan Bilbo dan Dwarves yang dipimpin oleh Thorin (Richard Armitage) bertamu ke sarang sang naga jahat, mengerikan, serakah, sekaligus licik, di Lonely Mountain, mereka kudu berhadapan terlebih dahulu dengan sekelompok laba-laba raksasa yang maha ganas, para Orc yang tidak kenal lelah dalam melakukan pengejaran, hingga bangsa peri pimpinan Thranduil (Lee Pace) dengan putranya, Legolas (Orlando Bloom). Dengan perjalanan yang masih panjang ditambah absennya Gandalf (Ian McKellen) lantaran misi penting lain yang berbahaya di Dol Guldur, maka pasukan kecil ini pun kudu memutar otak demi mencapai tujuan. Beruntung, di tengah-tengah upaya melarikan diri dari kejaran para Elves, Bilbo dan konco-konco berjumpa dengan Bard the Bowman (Luke Evans) yang sukses menyelundupkan mereka ke Lake-town. Ini artinya, hanya tinggal beberapa langkah lagi bagi Bilbo dan ke-13 dwarf untuk mencapai Lonely Mountain. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Didasarkan pada novel <i>The Hobbit</i> rekaan J.R.R. Tolkien dengan ketebalan yang hanya mencapai sekitar 310 halaman serta menyasar pangsa pasar anak-anak, dapat dimaklumi apabila deretan film dalam seri <i>The Hobbit</i> ini tak mampu mengungguli pencapaian dari sang saudara, <i>The Lord of the Rings</i>. Terlebih lagi, materi dasar yang begitu ringan itu dipaksa untuk dipecah menjadi 3 bagian yang masing-masing merentang panjang hingga melampaui 160 menit. Peter Jackson dan tim telah menjalankan tugasnya dengan apik menerjemahkan tulisan yang sejatinya berada di zona aman, menjadi sebuah bahasa gambar yang memukau. Ketika <i>An Unexpected Journey</i> masih membawa suasana kanak-kanak ke dalam penceritaan, maka <i>The Desolation of Smaug</i> ini cenderung lebih berani. Dengan jalinan penceritaan yang mulai memasuki area yang kelam, dewasa, dan kompleks – walau terkadang masih bertele-tele – membuat jilid ini terasa lebih menggugah. Seiring dengan telah berlalunya proses pengenalan karakter, Jackson pun dapat membawa ritme film menjadi cepat tanpa kudu berlama-lama melakukan pemanasan. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Inilah yang coba si pembuat film tawarkan di instalmen kedua ini: gelaran aksi yang lebih intens dengan ritme penceritaan yang lebih gesit, teracik dengan megahnya, dan tak ragu untuk menampilkan kesadisan – sesuatu yangs sepertinya dihindari di film sebelumnya. Memang, dalam penghantarannya tidak tanpa henti layaknya jilid awal melainkan cenderung terbagi, namun Anda tidak perlu khawatir akan terserang rasa kantuk lantaran jenuh. Jackson telah menyiapkan sederetan sekuens aksi yang bergigi, menggigit, <i>memorable</i>, dan (tentunya) penuh kesenangan. Setidaknya ada dua yang meninggalkan kenangan manis di ingatan kala meninggalkan gedung bioskop; adegan kejar-kejaran seru nan kocak dengan para Elves memanfaatkan tong-tong anggur melewati sungai yang mengalir deras dan ‘jamuan penuh kehangatan’ oleh Smaug di sarangnya. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tatkala <i>An Unexpected Journey</i> mempunyai <i>Gollum’s Riddle</i> sebagai andalan, maka <i>The Desolation of Smaug</i> mengandalkan percakapan Bilbo dan Smaug yang banyak mulut sebagai sajian pamungkas. Berkat olahan efek khusus yang mencengangkan dari studio perancang efek pemenang Oscar, Weta (Anda yang telah mengikuti sejak trilogi <i>The Lord of the Rings</i> tentu tak lagi terkejut, meski tentunya akan tetap dibuat terpukau olehnya), dalam mendesain Smaug yang tergambar begitu nyata serta performa yang jitu dari Benedict Cumberbatch yang menyumbangkan suara penuh emosi dan penjiwaan untuk tokoh Smaug yang garang sekaligus gerakan meyakinkan yang terekam lewat proses <i>motion capture</i>, membuat <i>action climax</i> ini istimewa. Pada akhirnya, meski masih terbentur oleh problematika yang sama berkenaan dengan tatanan penceritaan yang seringkali dipaksa untuk memanjang, <i>The Desolation of Smaug</i> mampu membangkitkan kembali semangat terhadap kisah dunia Middle-earth yang sempat mengendur di jilid awal. Kombinasi antara rangkaian gelaran aksi yang mendebarkan, efek khusus yang fantastis, serta editing, sinematografi, hingga tata produksi yang apik dijahit dengan rapi. Peter Jackson serta tim telah menyadari kesalahan yang mereka perbuat dan <i>The Desolation of Smaug</i> menebusnya dengan memuaskan. Siap untuk menantikan <i>There and Back Again</i>?</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Exceeds Expectations</i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjBeP3KcLx_KxAprYBZ-xdNHriGyIoMKlsbBqq-zuzgTN6NDPqv6zPaq-7hfDRzoCxGsighDvuL1TaYdQQC-TXEyz7xvhpVyTnavsQp9HE-LwISV97n_9JnA29hI2sG9VQRW_4sbz5oLjG/s1600/Hobbit1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjBeP3KcLx_KxAprYBZ-xdNHriGyIoMKlsbBqq-zuzgTN6NDPqv6zPaq-7hfDRzoCxGsighDvuL1TaYdQQC-TXEyz7xvhpVyTnavsQp9HE-LwISV97n_9JnA29hI2sG9VQRW_4sbz5oLjG/s1600/Hobbit1.jpg" height="213" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZOfkGXdbinrXLKQ_eTdUwj_x4GdclzM_JZgcuZfFKyYn29P7TN0E3CZRWJHejO1B5xRtYw35Rop96HVrBuyFEnXZH7IygAQAylStrg83IAbwk_d_TGRHXmqLsA7dKRLz_dIVkcCCRH0Hi/s1600/Hobbit3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZOfkGXdbinrXLKQ_eTdUwj_x4GdclzM_JZgcuZfFKyYn29P7TN0E3CZRWJHejO1B5xRtYw35Rop96HVrBuyFEnXZH7IygAQAylStrg83IAbwk_d_TGRHXmqLsA7dKRLz_dIVkcCCRH0Hi/s1600/Hobbit3.jpg" height="213" width="320" /></a></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-63484195170801922782013-12-30T09:00:00.000-08:002019-04-20T20:25:57.872-07:00REVIEW : TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipzhDhfkvpYCBsCDMN1m8dnqc7um6Vmgm7l_JNMb2JbrjaqBL76b9oHQEh8fzJoKpOZs6yCWCNHao8mzR_OvwT7P6UxPEVBI_cS6FqVDOqj0kforZ6yMLOaC6L2uDvszgTxcIR13d83z9q/s1600/Tenggelamnya-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipzhDhfkvpYCBsCDMN1m8dnqc7um6Vmgm7l_JNMb2JbrjaqBL76b9oHQEh8fzJoKpOZs6yCWCNHao8mzR_OvwT7P6UxPEVBI_cS6FqVDOqj0kforZ6yMLOaC6L2uDvszgTxcIR13d83z9q/s320/Tenggelamnya-1.jpg" width="217" /></a></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="background-color: white; color: #333333; text-align: start;"><i><br /></i></span></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="background-color: white; color: #333333; text-align: start;"><i>"Cinta bukan melemahkan hati atau memutus pengharapan tetapi cinta memberikan kekuatan hati dan menumbuhkan pengharapan."</i></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; text-align: start;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Let’s be honest</i>. Saat pertama kali saya mendengar gagasan diangkatnya sastra klasik Indonesia, <i>Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck</i>, hasil buah karya sastrawan mahsyur Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau Hamka ke layar lebar oleh rumah produksi penelur <i>Eiffel I’m in Love</i>, Soraya Intercine Films, rasa skeptis dalam diri membumbung begitu tinggi. Ketakutan pula keraguan ini bukannya tanpa alasan, masih segar dalam ingatan bagaimana kejinya MD Pictures dalam menodai kesucian <i>Di Bawah Lindungan Ka’bah</i> tempo hari. Dengan deretan pemain utama yang belum pula teruji kehebatannya – pengecualian untuk Reza Rahadian, tentu saja – maka saya pun kudu menekan ekspektasi hingga ke titik terendah kala menguji cita rasa dari versi film <i>Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck</i>. Dengan tiada sedikit pun pengharapan untuk film, secara mengejutkan, saya justru terlena kala menyaksikannya. Saya sama sekali tidak menduga akan mengacungkan jempol kepada Sunil Soraya atas upayanya dalam mengejawantahkan karya Hamka ke bahasa gambar dengan begitu memikat hati, terlebih setelah dalam beberapa bulan terakhir tak henti-hentinya saya mencibir. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Sekalipun berhiaskan judul </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">, Anda jangan keburu membubuhkan harapan ini akan menjadi film roman akbar selayaknya </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Titanic</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">. Jangan pula berharap ini akan menjadi semacam </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">The Great Gatsby</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> dengan visual yang meriah memanjakan mata – menilai dari trailer yang sedikit banyak mirip. Sebagai sebuah kisah percintaan klasik, tatanan penceritaan pun tak jauh-jauh dari hubungan asmara terlarang dari dua muda mudi yang disebabkan oleh berbagai perbedaan; semacam </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Romeo & Juliet</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> atau </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Sitti Nurbaya</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">, dalam versi lokal. Dalam </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">, jalinan asmara yang mengaitkan Zainuddin (Herjunot Ali) dan Hayati (Pevita Pearce) menghadapi jalan buntu lantaran terbentur oleh perbedaan adat dan latar belakang sosial. Nyaris mustahil dua anak manusia ini dipertautkan tali pernikahan, terlebih di tengah-tengah usaha Zainuddin memerjuangkan kehidupan asmaranya, muncul seorang pemuda kaya berdarah Minang, Aziz (Reza Rahadian), yang turut meramaikan bursa dengan meminang Hayati. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Yang pertama terlontar dari mulut usai melahap <i>Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck</i> di layar lebar adalah ‘amboi... betapa eloknya film ini!’. Sunil Soraya yang sebelumnya mengomandoi <i>Apa Artinya Cinta?</i> berhasil membungkam siapapun yang memertanyakan kapabilitasnya dalam mengkreasi ulang karya sastra penting di Indonesia buah karya Hamka ini ke medium layar lebar. Si pembuat film tak sekadar membuat penonton berlinangan air mata secara beramai-ramai akibat jalinan kisah yang mengharu biru serta mengoyak emosi, tetapi juga menyuarakan kembali kritikan sosial, sentilan sentilun, dan pesan bernada reliji dari Hamka yang termasuk dalam poin penting di dalam novel. Inilah yang lantas menjadikan film menjadi kaya pula padat berisi karena tak melulu berujar soal cinta terlarang, namun juga berbincang perihal kondisi sosial, adat dan tradisi di sekitar – dalam hal ini, Minang – yang tersampaikan dengan begitu mengena. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Segala puja puji pun patut pula dihaturkan untuk jajaran pemainnya yang mampu berlakon dengan cemerlang. Reza Rahadian seolah tiada menghadapi hambatan berarti kala memerankan sang antagonis yang meredam kebahagiaan Zainuddin dan Hayati. Hanya melalui kehadirannya, nada bicaranya yang menyengat tanpa perlu meletup letup berlebihan, dan sorot mata yang tajam, Aziz terlihat begitu mengintimidasi. Herjunot Ali – yang pada awalnya cenderung disepelekan – memberi performa terbaik dalam karir keaktorannya. Adegan peluapan rasa sakit hati yang menahun dideranya serta perpisahan dengan sang pujaan hati di penghujung film disalurkannya dengan begitu emosional, menyayat hati, dan meyakinkan. Pevita Pearce sebagai Hayati yang lemah tak berdaya dengan pesona kecantikan yang begitu susah untuk ditampik memberi chemistry yang lekat bersama Herjunot dan Reza. Lalu, ada pula kejutan dari Randy, keyboardist Nidji, yang tak dinyana-nyana mampu berolah peran dengan memukau sebagai Muluk, sahabat sejati Zainuddin. Membawakannya secara natural tanpa berlebih-lebihan, Randy dengan mudah mencuri perhatian terlebih tokoh yang dibawakannya sungguh bijak pula humoris. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pun demikian, meski <i>Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck</i> berhasil merebut hati saya dengan mudahnya, bukan berarti tiada yang mengganggu rasa nyaman kala menontonnya. Dalam catatan saya, setidaknya rasa tak nyaman itu bersumber dari pemilihan warna biru untuk Batipuh yang tak sedap untuk dipandang oleh mata, efek visual yang kerapkali masih tampak kasar, dan tembang-tembang dari Nidji yang sekalipun menimbulkan rasa candu namun kemunculan yang kelewat sering (tak jarang pula, bukan pada tempatnya) terkadang mengganggu. Keputusan untuk tak berlama-lama dengan adegan di atas kapal – termasuk menciptakan ketegangan – pun cukup disayangkan, apalagi mengingat bahwa Soraya telah susah payah membangun set kapal. Hanya selewat, tak meninggalkan kesan. Untungnya, ini hanya berada di barisan minor yang tak berpengaruh signifikan kepada kualitas film secara menyeluruh. <i>Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck</i> masih mampu berdiri tegak gagah perkasa berkat kekuatan dari jalinan kisahnya yang terangkai dengan begitu indah, menggugah emosi serta mengharu biru, lakon-lakon yang cantik dari departemen akting, lalu ini pun masih dipadukan dengan sinematografi yang aduhai dan tata produksi yang terbilang megah mewah untuk ukuran film Indonesia. Sungguh mengesankan. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Outstanding</i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_Ho0OUOn8Zz7KP5Ql7Md1dIl8OtAqF9jJ8d8F6MAWipHrl6Wc1T1wsQvCrigT7m07rWCY6yanYw3sRmSJi7p3MZ8PthpliB3hNXQbMBs6rV4Ay3jAJthUqIVshOpKmMtrMTg4qQmVg2sO/s1600/Tenggelamnya-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="171" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_Ho0OUOn8Zz7KP5Ql7Md1dIl8OtAqF9jJ8d8F6MAWipHrl6Wc1T1wsQvCrigT7m07rWCY6yanYw3sRmSJi7p3MZ8PthpliB3hNXQbMBs6rV4Ay3jAJthUqIVshOpKmMtrMTg4qQmVg2sO/s320/Tenggelamnya-2.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIDxsopbY5PUQ0m8ASg2PO76HdchJwVW8zYgsFKWz_Cq2fpa3xq6v3nv4j7jtCDjOEqQzKRlUmvF7VZeUKi7rM4gIMhgZXH87EPuyim4thMr7Qx5LgB387IbqbAOgGbvsTrEuVMh2UxuS0/s1600/Tenggelamnya3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIDxsopbY5PUQ0m8ASg2PO76HdchJwVW8zYgsFKWz_Cq2fpa3xq6v3nv4j7jtCDjOEqQzKRlUmvF7VZeUKi7rM4gIMhgZXH87EPuyim4thMr7Qx5LgB387IbqbAOgGbvsTrEuVMh2UxuS0/s320/Tenggelamnya3.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDQkFpQPoApftPGYBqHimHBZJvlic_QT8AugsrGlY8Yfkft30tYIbBH4VaiaFQurR5ay1-yjyfFu-LAinyhYUMm2AVaUwrMuTAAYKaAhTZPyNAwmw-cAI58OMLIowz3asjTU1dpg-Wo6rN/s1600/Tenggelamnya-3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="156" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDQkFpQPoApftPGYBqHimHBZJvlic_QT8AugsrGlY8Yfkft30tYIbBH4VaiaFQurR5ay1-yjyfFu-LAinyhYUMm2AVaUwrMuTAAYKaAhTZPyNAwmw-cAI58OMLIowz3asjTU1dpg-Wo6rN/s320/Tenggelamnya-3.jpg" width="320" /></a></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-88311311929045868192013-12-25T04:20:00.000-08:002019-04-20T20:25:59.247-07:00DAFTAR PEMENANG PIALA MAYA 2013<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7zMzjfNd4zmJqJdf0sJis9Y4x_qwwsot6IK7uFxc-0lZC0oLfhg1wyiQXNO8bEDY_JqK9klylcIUg1yuDdIEUzGfKVlaWj_1lpQKC-cdO0HucSTTEsCwp1RepdQ6U9toYRNmmmC3GlKQW/s1600/PialaMaya4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7zMzjfNd4zmJqJdf0sJis9Y4x_qwwsot6IK7uFxc-0lZC0oLfhg1wyiQXNO8bEDY_JqK9klylcIUg1yuDdIEUzGfKVlaWj_1lpQKC-cdO0HucSTTEsCwp1RepdQ6U9toYRNmmmC3GlKQW/s1600/PialaMaya4.jpg" height="209" width="320" /></a></div><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span id="goog_1901476577"></span><span id="goog_1901476578"></span><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Malam penganugerahan <b>Piala Maya 2013</b> sukses diselenggarakan pada 21 Desember 2013 di Galeri Seni Umaniara de Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Berdasarkan voting secara tertutup yang dilakukan oleh 158 anggota Komite Pemilih (sebutan untuk juri di Piala Maya), <b>Piala Maya 2013</b> sepakat untuk menobatkan <i>Sokola Rimba</i> sebagai Film Terpilih. Uniknya, sekalipun film garapan Riri Riza tersebut menjadi pemenang utama, <i>Sokola Rimba</i> hanya membawa pulang 2 piala pada malam ini termasuk untuk Kritik Film Terpilih karya Imam Teguh Santoso. </span><br /><a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><br /><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span><br /><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">“<i>Sokola Rimba</i> itu <i>back to basic</i>. Ketika film tentang pendidikan lain menawarkan kekayaan sebagai hasil dari pendidikan, maka <i>Sokola Rimba</i> mengajarkan sesuatu yang sederhana: dari tidak tahu menjadi tahu. Selain itu, Piala Maya juga tidak mematok film terbaik harus menang di kategori lain. <i>Sokola Rimba</i> menang karena kuat secara keseluruhan,” terang dr. Daniel Irawan, Ketua Komite Pemilih <b>Piala Maya 2013</b>, perihal kemenangan <i>Sokola Rimba</i>. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tercatat sebagai pemenang terbesar dari <b>Piala Maya 2013</b> adalah <i>Habibie & Ainun</i> dengan menggenggam 4 piala yang meliputi Aktor Utama Terpilih untuk Reza Rahadian, Lagu Tema Terpilih, Tata Rias Wajah Rambut, dan Tata Kostum, menyusul di belakangnya adalah <i>What They Don’t Talk About When They Talk About Love</i> yang merebut 3 piala untuk Sutradara Terpilih, Aktris Pemeran Pendukung Terpilih, dan Tata Kamera Terpilih. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sementara itu, <i>Rectoverso</i> yang memimpin perolehan nominasi kudu rela hanya memboyong 3 piala namun masih terhitung menang besar di kategori Omnibus dengan perincian Segmen Film Omnibus Terpilih, Aktor Film Omnibus Terpilih, dan Aktris Film Omnibus Terpilih. Di kategori akting, selain memberikan apresiasi akting untuk Reza Rahadian, Komite Pemilih juga menganugerahkannya kepada Julia Perez, Alex Komang, Ayushita, Reza Nangin, Mak Gondut, Jefhan Nathanio, Lukman Sardi, dan Dewi Irawan. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Untuk lebih lengkapnya, inilah daftar pemenang dari <b>Piala Maya 2013</b> : </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Film Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><em><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sokola Rimba</span></em></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Segmen Film Omnibus Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><em>Malaikat Juga Tahu</em> – <em>Rectoverso</em> (Marcella Zalianty)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sutradara Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mouly Surya (<em>What They Don’t Talk About When They Talk About Love</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Aktor Utama Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Reza Rahadian (<em>Habibie & Ainun</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Aktris Utama Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Julia Perez (<em>Gending Sriwijaya</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Aktor Pendukung Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Alex Komang (<em>9 Summers 10 Autumns</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Aktris Pendukung Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ayushita (<em>What They Don’t Talk About When They Talk About Love</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Aktor Pendatang Baru Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Reza Nangin (<em>Cinta Tapi Beda</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Aktris Pendatang Baru Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mak Gondut (<em>Demi Ucok</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pemain Cilik / Remaja Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Jefhan Nathanio (<em>Tampan Tailor</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Aktor Omnibus Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Lukman Sardi (<em>Rectoverso</em> – Segmen <em>‘Malaikat Juga Tahu’</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Aktris Omnibus Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dewi Irawan (<em>Rectoverso</em> – Segmen <em>‘Malaikat Juga Tahu’</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Skenario Asli Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Swastika Nohara (<em>Hari Ini Pasti Menang</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Skenario Adaptasi Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ifa Isfansyah, Fajar Nugros, Iwan Setyawan (<em>9 Summers 10 Autumns</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tata Kamera Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Yunus Pasolang (<em>What They Don’t Talk About When They Talk About Love</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Editing Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Aline Jusria, Cesa David Luckmansyah, Faesal Rizal (<em>NOAH: Awal Semula</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tata Artistik Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Iqbal Marjono (<em>Belenggu</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Efek Khusus Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Adam Howarth (<em>Sang Kiai</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ilustrasi Musik Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Indra Lesmana (<em>Adriana</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Lagu Tema Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Cinta Sejati – Bunga Citra Lestari (<em>Habibie & Ainun</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tata Rias Wajah dan Rambut Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Retno Ratih Damayanti, Joy Revfa, Rezani Ramli (<em>Habibie & Ainun</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tata Kostum Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Retno Ratih Damayanti (<em>Habibie & Ainun</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Desain Poster Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Gamaliel Budiharga (<em>Vakansi Yang Janggal dan Penyakit Lainnya</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kritik Film Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><em>Sokola Rimba</em> – ‘Protes Dari Orang Rimba’ (Imam Teguh Santoso)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Film Pendek Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><em>Dino</em> (Edward Gunawan)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Film Dokumenter Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><em>400Words</em> (Ismail Basbeth)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Film Daerah Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><em>Nagasari</em> – Jawa Tengah / Yogyakarta (Christopher Hanno, E Pradipto)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Film Animasi Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><em>Sang Suporter</em> (W Darmawan)<span _mce_style="line-height: 1.3em;" style="line-height: 1.3em;"> </span></span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Koleksi DVD Film Terpilih</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">EzyMata untuk DVD <em>Catatan Harian Si Boy</em></span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Penghargaan Khusus Film Dokumenter Non-Naratif</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><em><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Epic Java</span></em></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Penghargaan Khusus Legenda Budaya</span></strong></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Srimulat (<em>Finding Srimulat</em>)</span></li></ul><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Iqbal Rais Award</span></strong></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><ul _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.200000762939453px; text-align: justify;"><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Misyatun sebagai Sutradara Muda Berbakat di Film Pendek</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 18.200000762939453px;"><br /></span></span></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-41282139633276506432013-12-18T08:40:00.000-08:002019-04-20T20:25:56.560-07:00REVIEW : SOEKARNO<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitzE9QnMZgYciTBZMEbSChxO7Q2TKO1sF3ljOn8vk8-edckfjZbtOuDk3WMfPg9NqTsPusm0apGOFBDfCSJNmZhyEB9DwcFA81CvvDTXRqvOoICEKO_SstneHOd49c4rOEMeybpldJ83xm/s1600/Soekarno.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitzE9QnMZgYciTBZMEbSChxO7Q2TKO1sF3ljOn8vk8-edckfjZbtOuDk3WMfPg9NqTsPusm0apGOFBDfCSJNmZhyEB9DwcFA81CvvDTXRqvOoICEKO_SstneHOd49c4rOEMeybpldJ83xm/s320/Soekarno.jpg" width="223" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>"Kemerdekaan bukan tujuan. Kemerdekaan adalah awal. Dan kitalah yang mengawali."</i></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sebuah film biopik dari tokoh penting dalam sejarah, menjanjikan setidaknya tiga hal bagi para pembuatnya apabila dihidangkan dengan sepatutnya; pendapatan box office yang membumbung tinggi, puja puji dari kritikus, dan piala yang bergelimangan dari berbagai penghargaan film. <i>Lincoln</i> dan (perwakilan dari lokal) <i>Habibie & Ainun</i> telah membuktikannya tahun lalu. Kini, mengharap mengikuti jejak yang sama, Hanung Bramantyo secara nekat mengambil pertaruhan yang sangat tinggi dengan mengejawantahkan kisah hidup dari Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Ini jelas bukan perkara yang mudah, cenderung terbilang rumit dan belum apa-apa, setiap keputusan yang dipilih oleh Hanung Bramantyo memantik sederetan kontroversi khususnya dari pihak putri ketiga Sang Presiden, Rachmawati Soekarnoputri, yang melayangkan nota protes lantaran si pembuat film tak patuh pada fakta sejarah. Akan tetapi, mengesampingkan segala kericuhan yang melingkupi film di media yang tak juga mereda, apakah <i>Soekarno</i> adalah sebuah mahakarya dari seorang Hanung Bramantyo? <i>Let’s see</i>. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Titik penceritaan dari film dimulai sejak masa paling awal dari Sang Presiden: kelahiran. Lalu, dengan cepat, kita diajak untuk menyimak sepenggal kisah hidup Soekarno tatkala masih bocah dimana dia kerap sakit-sakitan sehingga sang ayah, Soekemi (Sujiwo Tejo), pun mengubah namanya dan menapaki masa remaja saat perlahan demi perlahan sifat kritisnya mulai terbentuk hingga membawa Soekarno dewasa (Ario Bayu) untuk terjun ke dunia politik demi membawa Indonesia menuju ke gerbang kemerdekaan. Di sela-sela perjalanan karirnya menuju kursi kepresidenan, sejumlah peristiwa dan tokoh penting hilir mudik di sekelilingnya. Jika Anda mengira Bung Hatta (Lukman Sardi) dan Sjahrir (Tanta Ginting) memeroleh sorotan besar dari film terkait peran mereka dalam sejarah bangsa, maka Anda keliru. Lantaran ingin menelisik lebih jauh kehidupan pribadi Soekarno demi memberi penggambaran yang membumi, menghindari pengultusan serta (tentu saja) mengikuti pola <i>Habibie & Ainun</i> yang dianggap mampu memikat hati masyarakat, maka si pembuat film pun memberikan fokus penceritaan kepada dua wanita yang dianggap berjasa besar dalam hidup Soekarno, Inggit (Maudy Koesnaedy) dan Fatmawati (Tika Bravani). </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Masalahnya, skrip yang dirajut oleh Ben Sihombing dan Hanung Bramantyo juga tidak lantas benar-benar fokus kepada problematika asmara maha rumit yang menyelimuti Sang Proklamator. Mereka juga masih merasa perlu untuk menyelipkan serangkaian peristiwa penting dalam kehidupan Soekarno karena bagaimanapun juga ini adalah sebuah film biopik yang ide dasarnya mengenai sejarah hidup dari Bung Karno. Dengan demikian, informasi yang kudu dituangkan pun menggunung yang berarti si pembuat film memiliki tugas untuk memilah mana yang sangat penting, kurang penting, dan sama sekali tidak penting dari segudang informasi yang nantinya akan dihidangkan kepada penonton tersebut. Entah karena merasa ‘dibuang sayang’ atau memilih jalur aman demi menghindari protes ‘kok ini nggak ada’, maka sederetan konflik yang pernah menggelayuti Bung pun ditumpahkan ke dalam film. Hanung Bramantyo seolah lupa, durasi film <i>Soekarno</i> tak lebih dari 2,5 jam. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dengan minimnya pemangkasan konflik, maka yang terpaksa menjadi korban adalah kedalaman cerita. Penonton pun tak bisa mengharapkan jawaban atas ‘mengapa begini, mengapa begitu’ – atau katakanlah, latar belakang tak memadai – karena apa yang dikisahkan hanya secukupnya. Penonton diminta untuk membaca buku biografi Bung yang telah banyak beredar untuk memeroleh penjelasan lebih lanjut. Tidak pernah ada penjelasan yang mencukupi tentang konsep di balik pembuatan Sang Saka Merah Putih, hubungan antara Bung Karno dan Bung Hatta, hingga latar belakang dari sejumlah tokoh kunci dalam film – katakanlah, Inggit Garnasih dan Soetan Sjahrir. Sementara Sjahrir dengan penggambaran yang senantiasa meledak-ledak hingga membuatnya lebih tampak sebagai <i>villain</i> dari film (meski kenyataannya sama sekali bukan), maka Inggit nyaris tidak dibekali latar belakang. Kita hanya tahu dia adalah istri kedua dari Soekarno, titik. Si pembuat film mengabaikan sejumlah detail demi tercukupinya kuota 2,5 jam dengan segunung konflik. Akibat yang terjadi adalah naskah menjadi penuh sesak, tumpang tindih, sepintas lalu, dan nyaris tidak memiliki emosi. Ini berbahaya. Dengan durasi yang merentang panjang, nyaris alpanya jalinan konflik yang mampu menggugah emosi penonton berpotensi membuat penonton kelelahan dan... ini terjadi. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pun demikian, sekalipun sektor naskah dalam <i>Soekarno</i> boleh saja meninggalkan catatan-catatan yang tak mengenakkan, kudu diakui, mengesampingkan penceritaan, <i>Soekarno</i> adalah sebuah film yang tergarap dengan sangat baik. Di samping tata artistik yang begitu mengesankan yang ditunjang pula oleh tata kamera dari Faozan Rizal yang cantik dan tata musik dari Tya Subiakto yang cukup megah, hadir sederetan pemain yang menampilkan performa-performa yang memukau. Ini salah satu bukti kehebatan dari seorang Hanung Bramantyo, jeli memilih pemain. Ario Bayu yang kemampuan berolah perannya semakin cemerlang mampu memancarkan pesona dan karismanya sebagai Bung Karno, membuat karir keaktorannya menarik untuk diikuti. Lalu, film pun memiliki Maudy Koesnaedi yang (meski karakternya tak beroleh penggalian karakter yang mendalam) mudah untuk merebut hati penonton dan tangisannya pun... merobek hati, Tika Bravani, Lukman Sardi, Emir Mahira, Sujiwo Tejo, Mathias Muchus, Ferry Salim, dan beberapa pemain pendukung lainnya. Apiknya penampilan dari mereka – dengan beberapa sukses meniupkan nyawa dan menuangkan emosi kepada karakter yang dimaninkan – telah mendongkrak film secara keseluruhan. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mencoba untuk merangkum dari apa yang telah terjabarkan dengan cukup panjang dalam beberapa paragraf sekaligus menjawab pertanyaan yang saya lontarkan di akhir paragraf pembuka, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah <i>Soekarno</i> bukanlah sebuah mahakarya (atau karya terbaik) dari Hanung Bramantyo. Tapi ya, ini adalah film garapannya yang paling ambisius (pula mewah). Dimulai dengan begitu meyakinkan melalui sebuah adegan pembuka yang terbilang berkelas, sayangnya <i>Soekarno</i> tidak berhasil menjaga ritme penceritaan di menit-menit berikutnya – kecuali untuk 15 menit terakhir yang menggetarkan hati – dimana sisi penceritaan begitu melelahkan untuk disimak, ikatan dengan penonton gagal untuk dibangun, dan serba tanggung lantaran konflik yang tak tanggung-tanggung banyaknya yang ingin dikisahkan. Jika diminta untuk menyebutkan apa yang menjadi penyelamat film maka itu meliputi 5 hal; adegan pembuka, akting, tata artistik, sinematografi, dan 15 menit terakhir. Tanpa kelimanya, mungkin penonton telah dibuat tertidur lelap di dalam bioskop. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Acceptable</i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFre3jCO9k_BoQUSRcwEBQ2SHVljh-Zve9RYw4IHhaBTihQvT6LwT1ReILw2j9qNP2tV8UiF8WAeRLGdlvsApzczPnELrBMsVQx08hM1cPQCGDTMHl2I9ka4ZAQDL0rBg5NqG66sWGLsxs/s1600/Soekarno3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="169" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFre3jCO9k_BoQUSRcwEBQ2SHVljh-Zve9RYw4IHhaBTihQvT6LwT1ReILw2j9qNP2tV8UiF8WAeRLGdlvsApzczPnELrBMsVQx08hM1cPQCGDTMHl2I9ka4ZAQDL0rBg5NqG66sWGLsxs/s320/Soekarno3.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2ppDOHFYfv_DBNmtUI1FgSGwPsKMmcGXhJwYInor6ZRdM82C2fLCbBYqIufsWC0GI5XBmDZFKitUn14SK7MoPKRPyH5b83O1u3Tc2C41PJF3JNOsLt3TMq31Vhcg-uwpxuRGDQ-3sVABd/s1600/Soekarno4.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2ppDOHFYfv_DBNmtUI1FgSGwPsKMmcGXhJwYInor6ZRdM82C2fLCbBYqIufsWC0GI5XBmDZFKitUn14SK7MoPKRPyH5b83O1u3Tc2C41PJF3JNOsLt3TMq31Vhcg-uwpxuRGDQ-3sVABd/s320/Soekarno4.JPG" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigHsDXWT9tgAdiAw3-_ZfG4JyZP8VwcnwjAsbJMoDQ55ZbEskawL3610QaNFzP5g-jLuH-MtHLdxupIuvLYO5jJ4ONzWtHf6pIBr1BN8_x6a-NG5S2A2ypGhz88u9YyXz6hFnVnDsuOSAf/s1600/Soekarno5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="174" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigHsDXWT9tgAdiAw3-_ZfG4JyZP8VwcnwjAsbJMoDQ55ZbEskawL3610QaNFzP5g-jLuH-MtHLdxupIuvLYO5jJ4ONzWtHf6pIBr1BN8_x6a-NG5S2A2ypGhz88u9YyXz6hFnVnDsuOSAf/s320/Soekarno5.jpg" width="320" /></a></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-26203432121908035152013-12-10T05:32:00.000-08:002019-04-20T20:25:55.296-07:00REVIEW : 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyBkbB6NE6jOuiwx8aPVGYT70MfKRD9D4SsJsTUO5Tex8ZTO1LR5ARJci40K_ytfPLsjRhd50mNq1GY1uIFaEKo64Js-xi2D_Ovx18_PkwTJouTaYHn_nw3yQJm_nx5FybIWyOnDQ-2L_p/s1600/99Cahaya1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyBkbB6NE6jOuiwx8aPVGYT70MfKRD9D4SsJsTUO5Tex8ZTO1LR5ARJci40K_ytfPLsjRhd50mNq1GY1uIFaEKo64Js-xi2D_Ovx18_PkwTJouTaYHn_nw3yQJm_nx5FybIWyOnDQ-2L_p/s320/99Cahaya1.jpg" width="235" /></a></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><br /></i></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>"Hei, masalah besar. Aku punya Tuhan yang lebih besar!"</i> - Ayse</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Beberapa rekan yang ulasan filmnya menjadi inspirasi saya menulis di akun jejaring sosial pribadi mereka tentang <i>99 Cahaya di Langit Eropa</i> yang bila ditarik sebuah kesimpulan akan berbunyi: “Merentang panjang melampaui 100 menit, <i>99 Cahaya di Langit Eropa</i> terasa begitu sunyi, berjalan nyaris datar, sungguh menjemukan, dan nyaris tidak ada kandungan isinya – alias hampa.” Saya sepakat dengan pernyataan itu, yah... setidaknya untuk dua yang pertama. Tidak bisa dipungkiri, alur penceritaan dari film yang adaptasi dari novel laris bertajuk sama yang direka oleh Hanum Salsabiela Rais ini memang tidak bergerak gesit atau melaju secepat kilat melainkan setapak demi setapak, memungkinkan penonton untuk mengenal setiap tokoh utama lebih personal. Namun jika menyebutnya sebagai menjemukan dan hampa, maaf beribu maaf, saya sama sekali tidak sependapat. <i>99 Cahaya di Langit Eropa</i> adalah satu dari segelintir film reliji yang celotehan ceriwisnya masih bisa saya terima sekaligus mampu merasuk hingga ke dalam kalbu. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam <i>99 Cahaya di Langit Eropa</i>, penonton diperkenalkan kepada sepasang suami istri asal Indonesia, Rangga Almahendra (Abimana Aryasatya) dan Hanum Salsabiela (Acha Septriasa), yang tinggal di Wina, Austria. Rangga tengah menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi untuk mengejar gelar doktor, sementara Hanum... yah, hanya seorang istri berbakti yang menemani sang suami belajar di negeri orang. Selama tiga bulan lamanya hanya menjalani aktifitas yang tidak memiliki arti, Hanum akhirnya memutuskan untuk mengikuti kursus Bahasa Jerman – menguasai Bahasa Jerman adalah syarat mutlak yang kudu dipenuhi apabila ingin bertahan hidup di Austria. Dalam kursus ini, Hanum berkenalan dengan Fatma Pasha (Raline Shah), seorang wanita berhijab asal Turki, yang lantas menjadi sahabatnya. Melalui Fatma dan putrinya, Ayse (Geccha Tawara), Hanum tidak hanya memeroleh informasi berharga seputar jejak-jejak Islam di Eropa, tetapi juga belajar banyak hal yang mampu mengubah hidupnya dan mempertebal imannya. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>99 Cahaya di Langit Eropa</i> memang bukan film reliji terbaik yang pernah dibuat di negeri ini. Bukan pula tontonan paling mencerahkan yang sanggup menggetarkan hati. Dan, bukan pula sebuah hidangan yang akan dengan begitu mudah untuk dicintai serta dipuja oleh banyak orang. Akan tetapi, sebagai sebuah film drama reliji, <i>99 Cahaya di Langit Eropa</i> telah menjalankan fungsinya dengan sangat baik. Kesan ceriwis dan menceramahi memang tak terhindarkan di beberapa bagian, namun itu tidak melampaui segala batasan yang ada sehingga dapat termaafkan. Lagipula, segala penyampaian yang dalam skrip digagas oleh trio Alim Sudio, Hanum Salsabiela Rais, dan Rangga Almahendra, berhasil mengena di hati, menampar dengan lembut, dan mengajak penonton untuk berkontemplasi. Mereka menyajikan deretan konflik yang (sekilas) tampak remeh, ringan, dan tidak berarti, namun sesungguhnya jika dilihat lebih mendalam bukanlah sesuatu yang bisa dilihat dengan sebelah mata. Pergolakan batin yang dilalui oleh Rangga tatkala dihadapkan pada pilihan dilematis, ujian yang maha penting atau Sholat Jumat, jelas tidak main-main. Apabila saya berada di posisi Rangga, akankah saya akan mengikuti pilihan nekat yang dibuat oleh Rangga atau justru sahabat Rangga yang Muslim, Khan (Alex Abbad)? </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Diterjemahkan ke dalam bahasa gambar dengan begitu dramatis oleh Guntur Soeharjanto dan ditingkahi penampilan yang meyakinkan dari Abimana Aryasatya – dimana guratan ekspresi penyesalan, kesedihan, dan ketidakberdayaan tersalurkan dengan apik – menjadikan adegan ini sebagai <i>highlight</i> dalam <i>99 Cahaya di Langit Eropa</i>. Selain ini, letupan konflik dalam film tak pernah benar-benar menghentak sekalipun masih terbilang menggigit. Penyampaiannya cenderung lebih ringan dan santai (kecuali untuk apa yang terhidang menjelang <i>ending</i>) dimana percikannya timbul setiap Hanum berjalan-jalan bersama Fatma, Ayse, dan Marion (Dewi Sandra) – berkaitan dengan penemuan jati diri, diskriminasi kaum minoritas, hingga sejarah Islam – atau saat Rangga bercakap-cakap dengan sahabatnya yang non-Muslim, Stefan (Nino Fernandez), yang menggelontorkan pertanyaan-pertanyaan seputar Islam yang sejatinya begitu mendasar (“kenapa sih Tuhan kamu suka menyiksa umatnya?”, “apa tujuan dari puasa?”, sampai “bagaimana kalau ternyata Tuhan kamu tidak ada?”) namun disadari atau tidak, pertanyaan-pertanyaan ini juga terkadang sering kita tanyakan. Inilah mengapa saya tidak menganggap <i>99 Cahaya di Langit Eropa</i> sebagai sebuah sajian yang menjemukan dan hampa karena masih ada sesuatu yang bisa dipetik, didiskusikan, dan dijadikan sebagai bahan perenungan. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tidak ada yang perlu dipertanyakan lagi mengenai sisi visualnya, pemandangan alam dan sudut-sudut kota di Eropa yang cantik telah terekam dengan semestinya. Yang justru perlu untuk dipertanyakan adalah perihal performa jajaran pemainnya. Memuaskan kah? Harus saya katakan, Ini yang menjadi salah satu letak kekuatan dari film. Kecemerlangan Abimana Aryasatya dalam memerankan Rangga Almahendra telah cukup saya jlentrehkan di paragraf sebelumnya, sementara para pemain lain seperti Acha Septriasa, Nino Fernandez, Alex Abbad, Marissa Nasution, Dewi Sandra, hingga Geccha Tawara pun bermain dengan kuat. Chemistry yang terjalin diantara para tokoh pun terasa meyakinkan. Namun dari sekian banyak pemain yang hilir mudik, saya paling terkesan (sekaligus terkejut!) dengan akting dari Raline Shah. Tidak menemukan letak istimewanya aktris yang satu ini di <i>5 Cm</i> – dan cenderung meremehkannya – performa dari Raline malah justru yang paling mencengkram, membius, dan memesona di sini. Tanpa ada kesan dibuat-buat, sifat keibuannya serta keanggunannya begitu memancar. Di tangannya, sosok Fatma Pasha terlihat sangat mengagumkan yang akan membuat pria manapun terpana, sulit berkata-kata dan pada akhirnya, bertekuk lutut. Betul-betul tipe istri idaman. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Exceeds Expectations</i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK74Xff3PQPnk6O5D4_f5riFbs8Zvf0ZMUVduP_NCENksPwfXCm4z4CjH4AF7GWkNS450WrbRtWR6pgfdcmHnI-ePe0IVOfCo-_dCLDUT68_6pdwnDzqO9DWyHnYJjCvzuD8XB4PXO3_Lv/s1600/99Cahaya2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK74Xff3PQPnk6O5D4_f5riFbs8Zvf0ZMUVduP_NCENksPwfXCm4z4CjH4AF7GWkNS450WrbRtWR6pgfdcmHnI-ePe0IVOfCo-_dCLDUT68_6pdwnDzqO9DWyHnYJjCvzuD8XB4PXO3_Lv/s320/99Cahaya2.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRKyDu4RU9jt3AgasfQt6oGsbyHCQ3Kwds5P5Eq_ZHZs3cnauGA5NoCnaFnpcNTJZgCyJtinDv4wJ3chNbHu2zauZKvyFzSl5t9m_6nxpB0VG66HHwNu-6wJA9Ptwzm5I2CRdLTMuRoYZ3/s1600/99Cahaya3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRKyDu4RU9jt3AgasfQt6oGsbyHCQ3Kwds5P5Eq_ZHZs3cnauGA5NoCnaFnpcNTJZgCyJtinDv4wJ3chNbHu2zauZKvyFzSl5t9m_6nxpB0VG66HHwNu-6wJA9Ptwzm5I2CRdLTMuRoYZ3/s320/99Cahaya3.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUgpy0jYUV_zgAmPY28Q1HECJdCam8ZNwxDeF2b0RlllWEiGAaCqAQDfT_2h3aFlXXUV2ZTQxNWHVZZrDWrKroS_Cegf4fembB2raYkkJG9mPE-hCmqOHRMGHzQZmz1jPvBO2ncBMfNXlp/s1600/99Cahaya4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUgpy0jYUV_zgAmPY28Q1HECJdCam8ZNwxDeF2b0RlllWEiGAaCqAQDfT_2h3aFlXXUV2ZTQxNWHVZZrDWrKroS_Cegf4fembB2raYkkJG9mPE-hCmqOHRMGHzQZmz1jPvBO2ncBMfNXlp/s320/99Cahaya4.jpg" width="320" /></a></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-24918250165831029242013-12-08T02:28:00.000-08:002019-04-20T20:25:55.139-07:00DAFTAR PEMENANG FESTIVAL FILM INDONESIA 2013<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgH_hl7i2p-MbJ6Zr5mNvNGpk-irtB8tiE5ccQItnlW_CyK0sUbgXEOvPz5NWc1Wq3GHe5XchlB-jElFRUSdxMMSaFdtodlBH0ftJYyLgQRxwQa3E0XMl21z0uwr_Q-PfjHSuoLWjegEa0l/s1600/FFI2013-4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgH_hl7i2p-MbJ6Zr5mNvNGpk-irtB8tiE5ccQItnlW_CyK0sUbgXEOvPz5NWc1Wq3GHe5XchlB-jElFRUSdxMMSaFdtodlBH0ftJYyLgQRxwQa3E0XMl21z0uwr_Q-PfjHSuoLWjegEa0l/s400/FFI2013-4.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Siapa yang berjaya di Festival Film Indonesia 2013 (FFI 2013)? Dengan raihan 4 Piala Citra yang meliputi Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Pemeran Pendukung Terbaik, dan Penata Suara Terbaik, <i>Sang Kiai</i> yang dipilih untuk mewakili Indonesia di perhelatan Academy Awards tahun depan menjadi pemenang terbesar dalam Malam Puncak FFI 2013 yang diselenggarakan di Marina Convention Center, Semarang, pada 7 Desember. Menyusul di belakang <i>Sang Kiai</i> adalah <i>Habibie & Ainun</i> yang menggenggam 3 piala, salah satunya untuk Reza Rahadian di kategori Pemeran Utama Pria Terbaik. Ini merupakan ketiga kalinya bagi Reza Rahadian meraih Piala Citra setelah <i>Perempuan Berkalung Sorban</i> dan <i>3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta</i>. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Lantas, bagaimana dengan ketiga film lain yang turut dinominasikan di kategori Film Terbaik? <i>5 cm</i> dan <i>Laura & Marsha</i> masing-masing hanya diganjar 1 piala dengan <i>Laura & Marsha</i> menghantarkan Adinia Wirasti untuk meraih Piala Citra keduanya. Sementara itu, film garapan Upi, <i>Belenggu</i>, yang memeroleh nominasi terbanyak harus puas dianugerahi 2 piala oleh dewan juri di kategori Pengarah Artistik dan Penata Musik Terbaik. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Berikut ini adalah daftar para pemenang Festival Film Indonesia 2013: </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pemeran Pendukung Pria Terbaik : Adipati Dolken (<i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/06/review-sang-kiai.html">Sang Kiai</a></i>)</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pemeran Pendukung Wanita Terbaik : Jajang C. Noer (<i>Cinta Tapi Beda</i>) </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Penata Efek Visual Terbaik : Eltra Studio (<i>Moga Bunda Disayang Allah</i>) </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pengarah Artistik Terbaik : Iqbal Marjono (<i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/03/review-belenggu.html">Belenggu</a></i>) </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Penata Musik Terbaik : Aksan Sjuman (<i>Belenggu</i>) </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Penyunting Gambar Terbaik : Cesa David Luckmansyah (<i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/02/review-rectoverso.html">Rectoverso</a></i>) </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Perancang Busana Terbaik : Retno Ratih Damayanti (<i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2012/12/review-habibie-ainun.html">Habibie & Ainun</a></i>) </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Film Pendek Terbaik : <i>Simanggale</i> (Donni Arlen, FFTV IKJ) </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Film Animasi Pendek Terbaik : <i>Sang Suporter</i> (W. Darmawan)</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Penata Suara Terbaik : Khikmawan Santosa, M. Ikhsan, dan Yusuf A. Pattawari (<i>Sang Kiai</i>)</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pengarah Sinematografi Terbaik : Yudi Datau (<i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2012/12/review-5-cm.html">5 cm</a></i>) </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Penulis Skenario Terbaik : Ginatri S. Noer dan Ifan Ardiansyah (<i>Habibie & Ainun</i>) </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Penulis Cerita Asli Terbaik : Anggoro Saronto (<i>Sang Pialang</i>) </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Film Dokumenter Pendek Terbaik : <i>Split Mind</i> (Andri Sofyansyah) </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Film Dokumenter Panjang Terbaik : <i>Denok & Gareng</i> (Dwi Susanti Nugraheni) </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pemeran Utama Pria Terbaik : Reza Rahadian (<i>Habibie & Ainun</i>) </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pemeran Utama Wanita Terbaik : Adinia Wirasti (<i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/06/review-laura-marsha.html">Laura & Marsha</a></i>) </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sutradara Terbaik : Rako Prijanto (<i>Sang Kiai</i>) </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Film Terbaik : <i>Sang Kiai </i></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><br /></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Well... </i>Bagaimana pendapat Anda mengenai hasil secara keseluruhan? Saya pribadi, tidak terlalu terkejut. Sudah menjadi rahasia umum bahwa selera juri FFI memang cenderung unik dan jalan pemikiran mereka pun begitu sulit untuk ditebak. Kemenangan <i>Sang Kiai</i> - sekalipun mengejutkan karena mampu merobohkan <i>Habibie & Ainun</i> dan <i>Belenggu</i> - bukanlah sesuatu yang mengherankan. Dengan terpilihnya film ini sebagai perwakilan Indonesia untuk kategori Best Foreign Language Film di Academy Awards, maka sudah sewajarnya jika <i>Sang Kiai</i> juga memiliki predikat film terbaik versi FFI, bukan? Yang justru membuat banyak pihak terbengong-bengong hingga 'rahang pun jatuh', adalah dinobatkannya Adipati Dolken sebagai Pemeran Pembantu Terbaik menyingkirkan Alex Komang dan Didi Petet. <i>Seriously, I didn't see that coming!</i></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sementara deretan pemenang rata-rata membuat penonton mengeluarkan ekspresi datar sedatar-datarnya, maka kemasan acara pun tidak jauh berbeda... malah lebih buruk. Dipandu oleh tiga pembawa acara; Gading Marten, Nirina Zubir, dan Andhika Pratama, pada awalnya Malam Puncak FFI 2013 terlihat menjanjikan. Acara dimulai dengan klise, datar, dan monoton, namun masih sangat bertema film sehingga termaafkan. Sisi teknis pun lebih ter-<i>handle</i> dengan baik ketimbang FFI tahun lalu yang semrawutnya nggak ketulungan. Semakin ke dalam, acara semakin bisa dinikmati. Sejumlah bintang tamu membawakan lagu-lagu yang menjadi tema beberapa film dan ada pula penampilan khusus dengan lagu daerah yang sangat mencirikan Semarang. Sampai pada titik ini, semuanya berjalan baik-baik saja. Hingga.... SM*SH dan Cherrybelle naik ke atas panggung, dan dalam sekejap, FFI 2013 berubah menjadi SCTV Music Awards. Menjadi semakin memburuk saat Rossa dan Sammy Simorangkir juga turut membawakan tembang yang entah-datang-dari-film-apa. Sekali lagi, acara penghargaan film berubah menjadi konser musik. Segala puja puji yang diluncurkan pada paruh pertama, langsung ditarik tanpa pikir panjang. Kacau.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-83330557837686824232013-12-04T01:25:00.000-08:002019-04-20T20:25:58.983-07:00REVIEW : FROZEN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSY85s4yHn-FISiT7_1aODyCpjzw_qHrKVNbW9yrzbPeNlG2G4tL5IKIO0PwXrV_Lqvhq4Ln9KkjvO89i_HfGbpd0UxYFTJa0REmGkcdw4luHlnAbKSNVRwBuWk57i5IpJ7k3gtDISlsFH/s1600/Frozen3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSY85s4yHn-FISiT7_1aODyCpjzw_qHrKVNbW9yrzbPeNlG2G4tL5IKIO0PwXrV_Lqvhq4Ln9KkjvO89i_HfGbpd0UxYFTJa0REmGkcdw4luHlnAbKSNVRwBuWk57i5IpJ7k3gtDISlsFH/s320/Frozen3.jpg" width="224" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>"Some people are worth melting for."</i> - Olaf</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Seandainya ulas mengulas sebuah film tidak diizinkan untuk berpanjang-panjang dan saya pun hanya dipersilahkan mendeskripsikan <i>Frozen</i> dalam satu kata saja, maka kata yang saya pilih adalah menakjubkan. Tiada keraguan lagi di dalam diri ini bahwa <i>Frozen</i> adalah film animasi terbaik tahun ini dan salah satu yang berhasil mencuri hati dengan mudah dalam satu dekade terakhir. Bahkan, Anda boleh saja menempatkannya di tingkatan yang sama dengan <i>Beauty and the Beast</i>, <i>Aladdin</i>, atau <i>The Little Mermaid</i>, sebagai karya klasik yang patut dikenang produksi Walt Disney Animation Studios. Sebagus itukah? Ya, setelah masa keemasan dari Walt Disney Animation Studios – biasa disebut sebagai <i>Disney Renaissance</i> – yang berakhir di <i>Tarzan</i> (1999), studio ini seolah kehilangan sentuhan magisnya dan tenggelam di bawah bayang-bayang Pixar yang menjelma sebagai raksasa animasi. Berjuang menghadapi kegagalan demi kegagalan di tahun 2000’an, secercah harapan mulai menampakkan diri dalam wujud <i>The Princess and the Frog</i>, <i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2010/12/review-rapunzel-tangled.html">Tangled</a></i>, dan <i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2012/11/review-wreck-it-ralph.html">Wreck-It-Ralph</a></i> yang begitu menyegarkan. Hanya saja, sekalipun ketiga film tersebut berada di atas rata-rata secara kualitas, namun <i>Frozen</i> adalah yang menandai kebangkitan sesungguhnya dari Disney. </span><br /><a name='more'></a><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Dengan Disney kembali ke akarnya, maka yang bisa Anda temukan dalam </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Frozen</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> mencakup kerajaan di antah berantah, dua putri cantik (karena satu akan terasa kurang), pangeran tampan, sihir menyihir, karakter lucu yang senantiasa menjelma sebagai </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">scene stealer</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">, hingga kutukan yang yah... melibatkan cinta sejati sebagai obat penawar. Formula klasik yang membesarkan nama Disney ini lantas diracik ulang oleh Jennifer Lee untuk Frozen dengan bubuhan beberapa bumbu istimewa disana sini sehingga ketika Anda mengira bahwa film ini tidak lebih dari sebuah replika dari film klasik Disney semacam </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Cinderella</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> atau </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">The Little Mermaid</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">, Anda akan terkecoh dibuatnya. Duo sutradara yang turut memiliki jasa membesarkan </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Wreck-It-Ralph</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">, Chris Buck dan Jennifer Lee, tahu betul bagaimana cara memerlakukan </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Frozen</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">. Kesederhanaan dijadikan sebagai landasan utama untuk membangun film yang lantas dilapisi berbagai elemen yang menggabungkan antara klasik dan kekinian. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Diadaptasi secara bebas dari dongeng karya Hans Christian Andersen, <i>The Snow Queen</i>, <i>Frozen</i> membawa kita ke Arendelle dan memerkenalkan pada dua putri yang mempunyai pertautan darah, Anna (Kristen Bell) dan Elsa (Idina Menzel). Keduanya memiliki hubungan yang begitu dekat seolah tak ada yang bisa memisahkan mereka, tatkala masih anak-anak. Namun semuanya berubah dalam sekejap setelah sebuah kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa Anna. Merasa bertanggung jawab atas peristiwa ini, Elsa menjauhkan diri dari Anna dan mengisolasi dirinya sendiri selama bertahun-tahun lamanya. Apa yang kemudian terjadi – yang sekali lagi, mengikuti tradisi Disney – sang raja dan ratu Arendelle, orang tua Anna dan Elsa, tewas dalam sebuah kecelakaan kapal. Ini berarti, tahta diserahkan kepada Elsa sebagai yang tertua. Penobatan Elsa sebagai ratu menjadi pertama kalinya dua bersaudari ini saling bertemu sejak kecelakaan tersebut. Sayangnya, pertemuan ini tidak berjalan mulus. Keduanya terlibat cekcok yang berujung pada terbongkarnya rahasia besar yang selama ini disimpan rapat oleh Elsa. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Frozen</i> adalah sebuah film animasi yang begitu menakjubkan. Saya sudah mengatakan itu di kalimat pembuka ulasan ini. Dalam penjabaran yang lebih luas, <i>Frozen</i> tidak sekadar menakjubkan, tetapi juga cantik, cemerlang, cerdas, menghibur, menyenangkan, dan menghangatkan hati – meski sejauh mata memandang, nyaris sepanjang durasi film, yang terhampar hanyalah salju dan es. Sebuah hiburan kelas atas dan penuh pesona untuk keluarga. Apabila Anda berpikir ini akan menjelma selayaknya film animasi tentang putri kerajaan kebanyakan yang begitu menjemukan, maka bersiaplah untuk terkejut. Buck dan Lee merangkai gelaran adegan yang merentang hingga 108 menit dengan mengikat, mempunyai laju penceritaan yang melesat cepat (sehingga ada kalanya, terasa terburu-buru), dan memadukan aksi-roman-komedi secara sempurna. Sejak beberap menit pembuka film, saya tahu bahwa <i>Frozen</i> akan menjadi sebuah film istimewa. Dan seiring berjalannya film, ini menjadi semakin membaik, membaik, dan membaik, yang berujung pada sebuah klimaks yang mengharukan nan menghentak. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Skrip yang digagas oleh Lee memang memesona, namun itu bukan satu-satunya daya tarik dari <i>Frozen</i>. Film ini masih mempunyai sejumlah lagu yang didendangkan sepanjang film yang fantastis, <i>powerful</i>, berlirik cerdas, memiliki nuansa Disney klasik, dan mudah sekali nyantol di telinga. Selayaknya sebuah drama Broadway atau <i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/01/review-les-miserables.html">Les Miserables</a></i> (yang baru kita saksikan awal tahun ini), penempatan setiap lagu entah itu dalam bentuk berbalas dialog atau berdiri sendiri terasa begitu pas dan membuat film lebih memiliki nyawa. Dan saya bertanya kepada Anda, kapan terakhir kali Anda menyimak film animasi musikal Disney dengan lagu-lagu yang dengan mudah mengajak Anda berdendang? Untuk saya, itu adalah 14 tahun lalu melalui <i>Tarzan</i>. Dalam <i>Frozen</i>, tidak hanya ‘Let It Go’ – yang menjadi single utama – yang tanpa sadar membuat saya ikut bersenandung, tetapi juga tembang lain macam ‘Do You Want to Build a Snowman?’, ‘For the First Time in Forever’, ‘Love is an Open Door’, sampai ‘Fixer Upper’. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Selain itu, jajaran pengisi suaranya pun menjalankan tugas masing-masing dengan sangat cemerlang; Idina Menzel, Kristen Bell, Josh Gad, Jonathan Groff (pria gunung yang membantu Anna), dan Santino Fontana (pangeran yang jatuh cinta dengan Anna). Mereka memberi kedalaman emosi dalam setiap karakter yang mereka bawakan lewat dialog maupun nyanyian sehingga penonton merasa peduli dan tersambung dengan apa yang mereka alami. Akan tetapi, jika diminta untuk menyebut siapa yang paling menonjol di antara lainnya, maka itu adalah Kristen Bell (<i>surprise, surprise!</i>) dan Josh Gad. Sebagai manusia salju bernama Olaf yang polos dan baik hati, Gad berhasil mencuri perhatian setiap saat. Gad tak pernah menjadi berlebihan atau menjengkelkan dalam membawakan suara untuk Olaf, ada keseimbangan yang tepat antara humor dan hati yang hangat dalam karakter ini. Sampai-sampai, saya ingin sekali memberikan pelukan hangat kepada Olaf. <i>‘Hi, I’m Olaf and I like warm hugs!’</i>. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Setelah berceloteh kesana kemari, saya masih belum juga menyebut betapa bagusnya kualitas penggarapan animasi dari <i>Frozen</i>? <i>Oh, dear</i>. Saya pun nyaris lupa mengatakan bahwa untuk merasakan pengalaman yang menyenangkan dalam menonton <i>Frozen</i>, Anda harus memilih versi 3D-nya. Tentu, jika saya memaksa untuk menjlentrehkan satu persatu apa yang menjadikan <i>Frozen</i> begitu istimewa, tulisan ini akan memanjang hingga berlembar-lembar halaman. Untuk itu, saya mencoba mengakhirinya di sini dengan mengatakan; <i>Frozen</i> membuktikan bahwa kita belum saatnya melupakan Disney. Masih banyak energi yang positif dan kreativitas yang mencengangkan yang tersimpan di sana. Bisa jadi, serentetan karya bagus – dari <i>The Princess and the Frog</i> hingga <i>Frozen</i> – adalah pertanda akan munculnya <i>Disney Renaissance</i> ke-2. <i>Frozen</i>, secara mengejutkan, mampu memberikan sebuah hiburan keluarga yang menakjubkan dengan komposisi cerita dan karakter yang mengikat, lagu-lagu yang <i>catchy</i>, serta polesan animasinya yang mulus. Menonton <i>Frozen</i> sekali tidaklah cukup. Setelah selesai, saya ingin merasakan kembali pengalaman yang mengasyikkan ini lagi, lagi, dan lagi. Saya telah dibuat jatuh cinta olehnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Note : Disney tidak hanya memberi satu suguhan yang memukau, tapi dua sekaligus! Pastikan Anda tidak masuk terlambat karena film animasi pendek <i>Get a Horse!</i> yang ditayangkan sebelum film utama – konon, pengisi suara Mickey Mouse di sini adalah Walt Disney sendiri yang diambil dari potongan-potongan rekaman lawas – sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Bahkan, <i>the short is worth the admission price alone! </i></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Note No 2: Apabila Anda tidak terburu-buru, maka janganlah beranjak terlebih dahulu dari kursi bioskop saat <i>credit title</i> mulai merayap. Ada <i>disclaimer</i> dan bonus adegan yang lucu di penghujung <i>credit title</i>.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Outstanding</i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXHzZHdEWVmzXN0eSaT2T6kSgBVLbr9tGPL8wLWZl4xiZTZq_b6YEYGhVhroct-tISFWn7RA5u0rSZt8LYtBretW6bpGAtotwEmMm8TNCLuEbcyHHGZ-nz-3EmNDs6zkGZWgKFUOeYRUU0/s1600/Frozen1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="134" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXHzZHdEWVmzXN0eSaT2T6kSgBVLbr9tGPL8wLWZl4xiZTZq_b6YEYGhVhroct-tISFWn7RA5u0rSZt8LYtBretW6bpGAtotwEmMm8TNCLuEbcyHHGZ-nz-3EmNDs6zkGZWgKFUOeYRUU0/s320/Frozen1.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLW31Yv71Z6UxX2kAmd6TggxhU-Hw8yWJazQoxnbcqN5g081kdGOnYgliJj9HwyPBhoJ4FT_5h4P3uxQdSPd_1IGHGTAw4ZWuakSyGp8hxHdRih0Jphgabi8sqjPmeSCOZIUycNeKkj4n5/s1600/Frozen4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="134" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLW31Yv71Z6UxX2kAmd6TggxhU-Hw8yWJazQoxnbcqN5g081kdGOnYgliJj9HwyPBhoJ4FT_5h4P3uxQdSPd_1IGHGTAw4ZWuakSyGp8hxHdRih0Jphgabi8sqjPmeSCOZIUycNeKkj4n5/s320/Frozen4.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoidQ8CH-Gf1Co1obz2mlbktH1kPcThJoA8Jwi93UCpX_Yt6PnGLWzFml5HdEO8iHbSj4RMTj1MCW9BuIrjn7HrgvkKLHmuvOq0K3gae1B5j9q3jYqufcD-3lD2_4Et3_PD7CyFrPSvdeR/s1600/Frozen.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="134" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoidQ8CH-Gf1Co1obz2mlbktH1kPcThJoA8Jwi93UCpX_Yt6PnGLWzFml5HdEO8iHbSj4RMTj1MCW9BuIrjn7HrgvkKLHmuvOq0K3gae1B5j9q3jYqufcD-3lD2_4Et3_PD7CyFrPSvdeR/s320/Frozen.jpg" width="320" /></a></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-17737416006236148532013-12-03T01:07:00.000-08:002019-04-20T20:25:54.562-07:00[Preview] DAFTAR FILM INDONESIA SIAP RILIS DESEMBER 2013<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwolfy7-PGSjirlsgouzeBvEnrzle4MaBgTdCi0Dx5WKrbiSEPXgs1Kx5GRD0HQVsK54ogLkOLeH8VH03YZSwFVYB71XVaQgy5Csq6zpJGH9QwsrASnYcRuuOvgNB12fa8HtJ55UtIcxpy/s1600/99Cahaya.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="173" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwolfy7-PGSjirlsgouzeBvEnrzle4MaBgTdCi0Dx5WKrbiSEPXgs1Kx5GRD0HQVsK54ogLkOLeH8VH03YZSwFVYB71XVaQgy5Csq6zpJGH9QwsrASnYcRuuOvgNB12fa8HtJ55UtIcxpy/s320/99Cahaya.jpg" width="320" /></a></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Selamat datang di bulan Desember. Tidak terasa, hanya tinggal beberapa hari lagi kita akan menghirup udara dari tahun yang berbeda. Sejumlah sajian penutup yang manis buatan dalam negeri telah dipersiapkan untuk menghibur para pecinta film di Indonesia sepanjang bulan Desember ini. Ada apa saja? Selain sebuah film omnibus yang digarap oleh beberapa aktris ternama, perfilman Indonesia di penghujung tahun 2013 ini akan disesaki oleh film-film biografi dari beberapa tokoh penting di Indonesia serta adaptasi dari novel-novel laris.</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Untuk lebih lengkapnya, inilah film-film Indonesia yang dirilis pada Desember 2013:</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTASpy1x7zzdIgyEVpHkJF_l3vjd4mjJuuIZJKiSVgqX3o8m-q2GfvKNKiFL03yprTyz69CRbRgKpoKdMVykcLu50WrLPd-KiM1h0V5HGj0UyOm5Ckcb7Gi6cLMV2MvUEole2RWoRBH6Mq/s1600/99Cahaya1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTASpy1x7zzdIgyEVpHkJF_l3vjd4mjJuuIZJKiSVgqX3o8m-q2GfvKNKiFL03yprTyz69CRbRgKpoKdMVykcLu50WrLPd-KiM1h0V5HGj0UyOm5Ckcb7Gi6cLMV2MvUEole2RWoRBH6Mq/s320/99Cahaya1.jpg" width="235" /></a></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">1. 99 Cahaya di Langit Eropa</span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sinopsis :</strong> Diangkat dari novel laris berjudul sama, apa yang dikisahkan dalam <em>99 Cahaya di Langit Eropa</em> adalah mengenai perjalanan spiritual yang dilalui oleh pasangan suami istri, Hanum (Acha Septriasa) dan Rangga (Abimana Aryasatya), dalam menapaki jejak-jejak kebesaran Islam selama 3 tahun mereka menetap di bumi Eropa. Salah satu perjalanan berharga yang diraih oleh Hanum adalah tatkala dia berkenalan dan menjalin persahabatan dengan seorang muslimah asal Turki, Fatma (Raline Shah), melalui sebuah kursus Bahasa Jerman yang diikutinya di tengah-tengah kesibukannya dalam mengerjakan sebuah proyek. Melalui penuturan Fatma, suka duka dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim di Eropa pun terpapar.</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sutradara :</strong> Guntur Soeharjanto</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Penulis naskah : </strong>Alim Sudio, Hanum Salsabiela Rais, Rangga Almahendra</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Pemain :</strong> Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, Raline Shah, Nino Fernandez, Dewi Sandra, Alex Abbad</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Tanggal rilis :</strong> 5 Desember 2013</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="clear: left; float: left; font-family: Georgia, Times New Roman, serif; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img _mce_src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/Soekarno.jpg" alt="Soekarno" height="320" src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/Soekarno.jpg" style="border: 0px;" width="223" /></span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">2. Soekarno</span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sinopsis : </strong><em>Soekarno</em> garapan Hanung Bramantyo ini akan mencatat tentang perjalanan hidup dari Soekarno (Ario Bayu) sejak beliau masih belia, perkenalannya dengan dunia politik, hingga memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bersama Hatta (Lukman Sardi). </span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sutradara : </strong>Hanung Bramantyo</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Penulis Skrip : </strong>Hanung Bramantyo, Ben Sihombing</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Pemain : </strong>Ario Bayu, Maudy Koesnaedi, Lukman Sardi, Tika Bravani, Ferry Salim</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Tanggal rilis :</strong> 11 Desember 2013</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="clear: left; float: left; font-family: Georgia, Times New Roman, serif; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img _mce_src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/Isyarat.jpg" alt="Isyarat" height="160" src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/Isyarat.jpg" style="border: 0px;" width="320" /></span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">3. Isyarat</span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sinopsis </strong><strong>: </strong>Sebuah film omnibus yang terbagi ke dalam lima segmen; <em>Teman Bayangan, Lost and Found, Gadis Indigo, Tanda Bahaya,</em> dan <em>Flora,</em> ini menyoroti tentang anak muda indigo. </span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sutradara :</strong> Asmirandah, Monty Tiwa, Reza Rahadian, Donny Alamsyah, Adhyatmika</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Pemain :</strong> Asmirandah, Jonas Rivanno, Prisia Nasution, Revalina S Temat, Taskya Namya</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Tanggal rilis : </strong>12 Desember 2013</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="clear: left; float: left; font-family: Georgia, Times New Roman, serif; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img _mce_src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/Tenggelamnya-1.jpg" alt="Kapal" height="320" src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/Tenggelamnya-1.jpg" style="border: 0px;" width="217" /></span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">4. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck</span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sinopsis : </strong>Saat sedang mengunjungi tanah kelahiran sang ayah di Padang, Zainuddin (Herjunot Ali) bertemu dengan Hayati (Raline Shah). Keduanya saling jatuh cinta, namun dihadang oleh perbedaan kelas sosial. Keluarga Hayati yang bangsawan menolak mentah-mentah lamaran Zainuddin. Hayati lantas dipaksa untuk menikah dengan Aziz (Reza Rahadian), laki-laki kaya yang memang ingin menyuntingnya. Kisah percintaan yang rumit antara Zainuddin, Hayati, dan Aziz, ini menemui titik klimaksnya dalam sebuah pelayaran kapal Van Der Wijck.</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sutradara :</strong> Sunil Soraya</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Penulis naskah :</strong> Donny Dhirgantoro, Riheam Junianti, Imam Tantowi, Sunil Soraya</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Pemain :</strong> Herjunot Ali, Pevita Pearce, Reza Rahadian, Rangga Djoned, Jajang C Noer, Niniek L Karim</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Tanggal rilis :</strong> 19 Desember 2013</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="clear: left; float: left; font-family: Georgia, Times New Roman, serif; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img _mce_src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/Edensor.jpg" alt="Edensor" height="320" src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/Edensor.jpg" style="border: 0px;" width="223" /></span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">5. Laskar Pelangi 2: Edensor</span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sinopsis : </strong>Apa yang dikisahkan dalam <em>Laskar Pelangi Sekuel 2: Edensor</em> adalah kelanjutan dari jilid sebelumnya, <em>Laskar Pelangi</em> dan <em>Sang Pemimpi</em>, seputar perjuangan Ikal (Lukman Sardi) dan Arai (Abimana Aryastya) di Paris, Prancis, setelah mimpi mereka untuk melanjutkan studi ke negeri orang berhasil digapai. Kenyataannya, hidup di Paris tidaklah seindah dan semudah seperti yang mereka bayangkan sebelumnya.</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sutradara : </strong>Benni Setiawan</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Penulis Naskah :</strong> Benni Setiawan</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Pemain :</strong> Lukman Sardi, Abimana Aryasatya, Astrid Roos, Mathias Muchus, Shalvynne Chang</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Tanggal rilis :</strong> 24 Desember 2013</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="clear: left; float: left; font-family: Georgia, Times New Roman, serif; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img _mce_src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/Slank.jpg" alt="Slank" height="320" src="http://i831.photobucket.com/albums/zz240/flickmagazine/Indonesia/Slank.jpg" style="border: 0px;" width="224" /></span><strong></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">6. Slank Nggak Ada Matinya</span></strong></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sinopsis : </strong>Sekalipun hanya menyisakan tiga personil; Bimbim (Adipati Dolken), Kaka (Ricky Harun), dan Ivan (Aaron Ashab), Slank enggan untuk memutuskan bubar. Mereka merekrut Abdee (Deva Mahendra) dan Ridho (Ajun Perwira) untuk tur dengan persyaratan keduanya bisa membawakan 35 lagu Slank hanya dalam waktu 3 hari! Tur pun dimulai dan saat itulah petualangan Slank dengan formasi anyar pun bermula.</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Sutradara :</strong> Fajar Bustomi</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Penulis Naskah :</strong> Cassandra Massardi</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Pemain :</strong> Adipati Dolken, Ricky Harun, Ajun Perwira, Aaron Ashab, Deva Mahendra, Meriam Bellina, Olivia Jensen</span></div><div _mce_style="text-align: justify;" style="line-height: 18.1875px; text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><strong>Tanggal rilis :</strong> 24 Desember 2013</span></div><span class="fullpost"> </span>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-31165032045803065362013-12-01T07:57:00.000-08:002019-04-20T20:25:55.663-07:00REVIEW : SAGARMATHA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRRWddTNxe45uxRCZDKMDgUnwrP4AIDUmx60l4Gq3WWBkI5rhyphenhyphen7JW2zesVz6mHn7PkW9D8mgiKc0Y51GrzrFPonLKrtzf3U_kJxxM-XJyqpFLNd-w7ZLcJRocl2_gOLNQMG5jPmGRKXMjq/s1600/Sagarmatha.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRRWddTNxe45uxRCZDKMDgUnwrP4AIDUmx60l4Gq3WWBkI5rhyphenhyphen7JW2zesVz6mHn7PkW9D8mgiKc0Y51GrzrFPonLKrtzf3U_kJxxM-XJyqpFLNd-w7ZLcJRocl2_gOLNQMG5jPmGRKXMjq/s320/Sagarmatha.jpg" width="226" /></a></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><br /></i></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>"Pada akhirnya, semua manusia pasti akan sendiri."</i></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pada awalnya, saya mengira <i>Sagarmatha</i> akan seperti pertemuan antara <i>Laura & Marsha</i> dan <i>5 Cm</i> – yang telah lebih dahulu rilis. Dua perempuan bersahabat yang berkelana ke negeri orang, memutuskan untuk mewujudkan mimpi mereka... menaklukkan puncak tertinggi di dunia, Himalaya. Terdengar sedikit mirip dengan kedua film tersebut, bukan? Bukan? Oh, baiklah. Kemiripan yang saya harapkan adalah sebuah kebaikan (atau nilai positif) dari masing-masing film; <i>Laura & Marsha</i> untuk konflik yang kerap kali meruncing, sementara <i>5 Cm</i> untuk pencapaian teknisnya yang mengagumkan. Namun, sungguh sayang beribu sayang, apabila Anda mempunyai ekspektasi yang kurang lebih sama dengan saya, maka bersiaplah untuk kecewa. Dengan kucuran bujet seadanya, memakai konsep gerilya <i>filmmaking</i>, dan proses paska produksi yang tarik ulur, <i>Sagarmatha</i> jelas tidak menawarkan kemewahan dari sisi teknis. Dengan demikian, kekuatan nyaris sepenuhnya bertumpu pada kualitas penceritaan, akting, dan pengarahan. Bisakah tampil gemilang? </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Yang dicelotehkan oleh film arahan Emil Heradi ini sebetulnya sederhana. Dua perempuan yang telah menjalin ikatan tali persahabatan sejak masih berjuang sebagai mahasiswi, Shila (Nadine Chandrawinata) dan Kirana (Ranggani Puspandya), berlibur ke India. Shila menaruh minat ke dunia tulis menulis, sementara Kirana lebih senang menyelami dunia fotografi. Awalnya, ini tak lebih dari sekadar liburan biasa hingga Kirana membangkitkan kembali mimpi lama mereka ketika masih tergabung sebagai anggota mapala; mendaki Himalaya. Sebuah rahasia yang disimpan rapat oleh Shila, membuatnya ragu untuk mengiyakan ajakan dari Kirana. Namun setelah beberapa paksaan dan bujuk rayu, Shila pun tak kuasa untuk menolak terlebih bagaimanapun jiwa berpetualangnya tetap membara. Mereka pun melanjutkan perjalanan ke Nepal. Mengingat ini adalah sebuah <i>road movie</i>, maka petualangan ini tidak berjalan dengan mudah dan semestinya. Seiring dengan semakin dekatnya mereka ke tujuan akhir, gesekan diantara keduanya semakin sering terjadi yang berujung pada sebuah pengungkapan mengejutkan atas masing-masing rahasia dari Shila dan Kirana. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Digores di atas kertas, tuturan cerita yang digagas oleh Damas Cendekia tampak menjanjikan, lantaran mampu menyatukan petualangan, persahabatan, drama, dan sedikit taburan misteri. Saya berpikir, <i>Sagarmatha</i> bisa menjadi sebuah sajian kecil di akhir tahun yang menghentak, memberi kejutan manis, sekaligus melampaui dua film yang saya sebutkan di awal tulisan. Ringkasnya, sebuah kuda hitam. Hanya saja, potensi besar yang dimiliki oleh <i>Sagarmatha</i>, sayangnya tak pernah benar-benar dimaksimalkan oleh Emil dan Damas. Konflik yang menaungi Shila dan Kirana berjalan dengan sangat datar dan nyaris tak pernah menanjak. Tidak ada letupan-letupan ganas yang mampu membuat emosi penonton turut terlibat. Mereka lebih sering sibuk dengan dunianya sendiri-sendiri ketimbang asyik menciptakan celotehan mengikat atau pertengkaran menarik, sehingga film pun menjadi hening, sunyi, dan menjemukan. Ini lantas sedikit banyak kian dikacaukan dengan munculnya <i>twist</i> di penghujung film yang perjalanan-menuju-kesana tak terhantarkan dengan mulus dan malah menambah beban rasa tidak puas – “kok bisa begini? Ini maunya absurd atau nyata?.” </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Apakah tidak harapan sama sekali untuk <i>Sagarmatha</i>? Hey... tentu saja masih ada! Sekalipun skripnya terasa begitu hampa dan duo kikuk Nadine-Ranggani tak bisa berbuat banyak, akan tetapi ini bukan film asal jadi yang digarap serampangan. Jika diminta menyebut satu yang membekas dari <i>Sagarmatha</i>, maka itu adalah skoring musik dari Yovial Tripurnomo Virgi yang begitu indah nan menghantui, mampu menyelamatkan diri ini dari rangkaian keheningan yang melelahkan, dan menciptakan suasana yang misterius, menyakitkan, serta dingin. Menyalurkan (dan tentu saja, menggantikan) emosi yang gagal tersampaikan dari skrip dan performa pemain. Memberikan nyawa kepada film. Selain itu, <i>Sagarmatha</i> memiliki penyelamat lain yang memang selalu menjadi penyelamat di sebuah <i>road movie</i>: pemandangan. Dengan pengambilan gambar yang seringkali secara sembunyi-sembunyi dan diam-diam, maka bisa dimaklumi tatkala hasil yang diterima cenderung kasar. Namun, kekasaran ini tak menutupi fakta bahwa Anggi Frisca tergolong cermat dan pintar dalam menangkap sudut-sudut di India, Nepal, dan Himalaya. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pada akhirnya, kegemilangan memang gagal dicapai oleh <i>Sagarmatha</i>. Premis yang tampak begitu mengundang dan berbicara, ternyata mengalami banyak hambatan untuk dieksekusi dengan memikat di lapangan. Penyebab utama: skrip yang hampa dan <i>chemistry</i> yang kering dari duo Nadine-Ranggani. Beruntung, kinerja apik dari Yovial dan Anggi mampu menyuntikkan nyawa kepada film sehingga <i>Sagarmatha</i> tidak terjerembab semakin dalam. Masih sangat layak untuk diapresiasi lebih. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Acceptable</i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyVYlNRYXgAOMv9qtA2z2lT9vz1c-LeLYFMtP5QKENci5FqU2hqzPAGgahsNQ3GL80pbh-3Vco6BIPW6YhS4lSoJKkG4238iAQyJYkvFoACzW_I9ikXrdmJkAYTuqMGfBLRcwVvLtTvgjJ/s1600/Sagarmatha2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="136" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyVYlNRYXgAOMv9qtA2z2lT9vz1c-LeLYFMtP5QKENci5FqU2hqzPAGgahsNQ3GL80pbh-3Vco6BIPW6YhS4lSoJKkG4238iAQyJYkvFoACzW_I9ikXrdmJkAYTuqMGfBLRcwVvLtTvgjJ/s320/Sagarmatha2.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid2LaWBLuNI-LrvKQgx_RB0LxLIkq5FPpg49zY-ZOMyzG78cJ1OYcCVtyckbtgL5YXyvadmAJzzd1BwXhUQecPlVxPW7XItRdxotoYSvQkp5TaTnFU38JGUE0OtJovndYMZlfXkNrVYzuf/s1600/Sagarmatha1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="137" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid2LaWBLuNI-LrvKQgx_RB0LxLIkq5FPpg49zY-ZOMyzG78cJ1OYcCVtyckbtgL5YXyvadmAJzzd1BwXhUQecPlVxPW7XItRdxotoYSvQkp5TaTnFU38JGUE0OtJovndYMZlfXkNrVYzuf/s320/Sagarmatha1.jpg" width="320" /></a></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-27514864293374418062013-11-29T04:34:00.000-08:002019-04-20T20:25:55.453-07:00REVIEW : EYANG KUBUR<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK68k6_IddCNJhz-0tQjnYHaOj5Olgt1gAbycEzYQEdQ1nvHTylA3h5ZMhZHKaY0jSb_9VNS-StSlP-9BcakOX7eAjMvST-cSL3MIvcPsS7sv7uh4fqYXUV2FG-XxB_NM3Y4m8H-Ges5Mb/s1600/EyangKubur.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK68k6_IddCNJhz-0tQjnYHaOj5Olgt1gAbycEzYQEdQ1nvHTylA3h5ZMhZHKaY0jSb_9VNS-StSlP-9BcakOX7eAjMvST-cSL3MIvcPsS7sv7uh4fqYXUV2FG-XxB_NM3Y4m8H-Ges5Mb/s320/EyangKubur.jpg" width="221" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Poster dari <i>Eyang Kubur</i> itu bagus. Meski banyak yang mengatakan desain posternya adalah hasil plagiat dari <i>The Addams Family</i>... dan sebagainya, dan sebagainya... mau tak mau, kudu diakui ini adalah salah satu poster film Indonesia terbaik tahun ini. Menjalankan fungsinya sebagai alat promosi film secara semestinya yang akan membuat siapapun yang melangkahkan kaki ke bioskop membicarakannya (atau minimal, meliriknya). Terbungkus dengan cantik, artistik, dan rapi jali, ada sebuah kesan bahwa produk keluaran Unlimited Production ini layak untuk disantap. Begitu menyilaukan mata. Namun Anda perlu berhati-hati... karena poster ini disinyalir memiliki kemampuan untuk menghinoptis. Efek samping bagi mereka yang memandanginya lebih dari satu detik adalah berjalan menghampiri loket bioskop dan membeli satu (atau lebih) tiket untuk jam pertunjukkan <i>Eyang Kubur</i>. Waspadalah. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mengingat ini adalah sebuah ulasan film – walau lebih menyerupai seperti curhat colongan dari seorang jomblo putus asa yang baru saja di-PHP oleh seorang gadis cantik – maka tidak afdol jika tak menyertakan ringkasan film itu sendiri. Jadi, dalam tatanan penceritaan, </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Eyang Kubur</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> terbagi menjadi dua lajur berbeda yang seolah (dan memang!) tidak berkaitan satu sama lain. Ya, terinspirasi dari </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Pulp Fiction</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> gitu deh. Yang pertama adalah mengenai Eyang Kubur (Ray Sahetapy) – saya lupa nama awalnya, kayaknya, errr... Effendi Ghazali? – yang mendapat bisikan gaib untuk dikubur hidup-hidup selama 10 hari lamanya. Setelah memasuki hari yang ditentukan, Eyang Kubur bangkit dan meminta asisten pribadinya (Yadi Sembako) untuk mencarikan dia 5 lima istri baru. Dengan kekayaan yang melimpah ruah, maka tidak ada kesulitan bagi si Eyang untuk menggaet perempuan-perempuan seksi untuk menjadi istrinya. Pada awalnya, kehidupan setiap istri ini damai sentosa penuh kebahagiaan layaknya FTV di Indosiar, namun setelah Eyang mempersunting Wulan (Ariani Putri) sebagai istri ke-6... semuanya berubah drastis! Ya, begitu drastis dan begitu cepat sehingga belum sempat saya berkenalan dengan satu persatu istri Eyang, mereka telah berubah menjadi mayat. Betapa teganya! Masa bayar artis mahal-mahal cuma buat nongol berapa menit terus jadi setan, sih? Hih, hih! </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Lalu, bagaimana dengan cerita kedua? Yang ini sih settingnya hanya berputar-putar di restoran Jepang dan betul-betul... bikin Anda akan menjadi sosok yang relijius. Mengucap Istighfar tiada henti-hentinya. Apa yang dituturkan hanya mengenai Yurike Prastika yang tidak merestui hubungan putra semata wayangnya (Ervan Naro) dengan seorang gadis Jepang bernama Michiko (saya terlalu pusing untuk mengingat nama pemerannya yang muncul sekejap di <i>credit title</i>) yang dijulukinya Buntelan Melon – Ah... Anda pasti sudah tahu apa alasannya. Memeriahkan suasana diantara peliknya konflik yang melilit tiga tokoh ini adalah Chef Harada yang kerap kali menggoda Michiko dengan cara yang begitu annoying-nya sehingga saya mengoleskan Freshcare (bukan promosi!) berulang kali ke kepala saya. Sepanjang film, saya mencoba untuk mencari benang merah yang mengaitkan cerita kedua ini dengan pertama. Ya memang ketemu sih... tapi, tapi... ah sudahlah. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Selama menyaksikan <i>Eyang Kubur</i>, saya baru menyadari bahwa saya sama sekali tidak memiliki selera humor. Ketika beberapa penonton tertawa terbahak-bahak, saya masih berusaha mencerna dimana letak lucunya. Atau jangan-jangan saya kelewat lemot? Atau mungkin, saya sedang diculik alien dan diterbangkan ke planet lain? (Ibu.... tolong!) Perasaan kala itu, sungguh pedih. Seolah saya sedang menghadiri sebuah pesta, si tuan rumah melontarkan guyonan, seluruh tamu tertawa terbahak-bahak menandakan memahami maksudnya, dan saya kebingungan. Diri ini pun merasa kesepian, terpinggirkan, dan terasing. Bisa Anda bayangkan betapa menderitanya saya waktu itu, bukan? Durasi yang merentang hanya sekitar 80 menit pun seolah berlangsung selamanya. Saya pun lantas mencoba untuk memalsukan tawa sehingga bisa membaur dengan para tamu pesta ini. Ya, mau bagaimana lagi, ini adalah salah satu cara untuk bertahan hidup saat menonton <i>Eyang Kubur</i>. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tidak hanya guyonan yang sulit untuk saya tangkap, tetapi juga jalinan pengisahannya. Saya menduga, sang penulis sedang kebelet (maaf yah) buang hajat saat sedang diburu-buru untuk menuntaskan skrip film ini. Sungguh, sangat, luar biasa berantakan sekali dengan kontinuitas bertanda tanya besar – jauh lebih besar dari buntelan melon! – seolah apa yang terlintas di kepala dituangkan begitu saja dengan sesuka hati tanpa adanya revisi di kemudian hari. Kisah pertama yang melibatkan <i>Eyang Subur</i> dan kelima istri mudanya sesungguhnya berpotensi menjadi sajian yang menegangkan apabila digarap serius dan tidak kebanyakan berkomedi ria (yang ironisnya, sama sekali tidak lucu). Sedangkan kisah kedua, sama sekali tidak bisa diharapkan. Ekspresi saya senantiasa datar sedatar-datarnya mengalahkan televisi paling datar sekalipun setiap fokus penceritaan dialihkan ke istri tua Eyang Kubur (ups, spoiler!). Bisa nggak selanjutnya 21 juga memberi fasilitas yang memungkinkan penonton untuk <i>fast forward</i> di bioskop? </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Saya tahu betul jejak rekam dari sang sutradara, Findo Purwono HW. Sama sekali tidak menggembirakan. Namun mungkin karena efek dari poster yang menghipnotis, saya masih memberi kesempatan untuk film terbarunya ini. Dan... itu bukan keputusan yang bijaksana. Nyaris tidak ada yang bisa Anda harapkan dari <i>Eyang Kubur</i>. Sederetan humor yang dilontarkan tak satupun yang mengenai sasaran, teror demi terornya tidak lebih dari pengulangan, penceritaannya kocar-kacir (baca: berantakan sekali), dan para pemainnya pun senantiasa <i>overacting</i>. Sungguh, saya mengharap sekali bioskop-bioskop di tanah air menambah fasilitas berupa kantong muntah, obat-obatan penghilang rasa nyeri, mual, dan pusing, hingga apapun itu yang penting bisa bikin hati dan pikiran menjadi tentram, karena itu akan sangat bermanfaat sekali bagi penonton, terutama saat menyaksikan film semacam <i>Eyang Kubur </i>ini. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Quote to remember</i>: “Sekarang ini, orang malas ke bioskop,” ujar Eyang Kubur. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kalau film yang ditayangin semacam film Eyang begini, makin malas dong ya orang-orang buat ke bioskop. *kikir kuku* </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Troll</i></b></span></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-66329690714275186802013-11-25T03:39:00.000-08:002019-04-20T20:25:57.976-07:00REVIEW : SOKOLA RIMBA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu3l_jy7vuCG5g9KJH54oVvWTsChTU2MPIVxYCKo3Mrf5fcq9VirkEqwu7rCXhiIwGN1oPR8H6sdVk-GJHrjDWlkEjaCXRHMKjY-a95g9I4I9jjket26D8YBtlKtMUs6_JXfyx5F5u3UAc/s1600/SokolaRimba.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu3l_jy7vuCG5g9KJH54oVvWTsChTU2MPIVxYCKo3Mrf5fcq9VirkEqwu7rCXhiIwGN1oPR8H6sdVk-GJHrjDWlkEjaCXRHMKjY-a95g9I4I9jjket26D8YBtlKtMUs6_JXfyx5F5u3UAc/s320/SokolaRimba.jpg" width="223" /></a></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><br /></i></span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>"Aku mengajar di tempat ini, tetapi sesungguhnya akulah yang banyak belajar di tempat ini." </i>- Butet</span></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Selama perfilman Indonesia masih memiliki orang-orang seperti Riri Riza dan Mira Lesmana, jangan terburu-buru untuk meredupkan lilin harapan. Mungkin bagi Anda ini terdengar agak berlebihan, tapi pada kenyataannya, mereka merupakan dua dari segelintir pekerja film yang masih berani memertahankan idealisme untuk memajukan perfilman nasional di tengah-tengah iklim yang tidak pernah menentu. Garapan terbaru dari Riri Riza yang diproduseri oleh Mira Lesmana, <i>Sokola Rimba</i>, menunjukkan itu. Diangkat dari buku non-fiksi berjudul sama karya Butet Manurung, duo maut tersebut masih konsisten dalam melahirkan karya yang tidak hanya terkemas secara rapi, hangat, dan indah, tetapi juga memberikan pandangan yang baru, membuka hati, mata, dan wawasan. Sungguh jarang ada sebuah film buatan dalam negeri yang berhasil tampil secara informatif dan edukatif, tetapi tidak terasa cerewet dan pretensius. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam penceritaan, <i>Sokola Rimba</i> pun tidak berbelit-belit dan cenderung sederhana. Ini adalah kisah dari Butet Manurung (Prisia Nasution), seorang aktivis yang bekerja di lembaga konservasi alam, dalam pengalamannya menjadi guru bagi Suku Anak Dalam yang tinggal di hulu Sungai Makekal, Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi. Aktivitasnya dalam mengajarkan baca tulis serta berhitung bagi anak-anak di hulu ini berhasil menarik perhatian seorang anak dari suku hilir, Nyungsang Bungo. Dilandasi atas dua alasan; berhutang budi kepada Bungo setelah Butet diselamatkan saat terjangkit malaria dan tekad yang begitu kuat dari Bungo untuk belajar membaca, Butet pun berencana untuk mengembangkan wilayah ajarnya. Hanya saja, niat baik dari Butet tidak memeroleh restu dari sang atasan, Bahar (Rukman Rosadi), dan kelompok rombongan Bungo yang menganggap ilmu pengetahuan yang dibawa oleh Butet menyebarkan kutukan kepada mereka. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sulit untuk tidak jatuh hati kepada <i>Sokola Rimba</i>. Jelas, ini adalah salah satu film terbaik tahun ini. Bagi Anda yang bertanya-tanya, “kapankah Indonesia bisa memiliki sebuah film yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik?”, maka ini adalah jawabannya. Riri Riza bersama tim hebatnya di Miles Films menghidangkannya khusus untuk kita semua. Pengemasannya begitu cantik dengan sinematografi dari Gunnar Nimpuno yang membuat saya cukup kehilangan kata-kata untuk mendeskripsikannya lantaran sangat mengagumkan dimana dia berhasil memerlihatkan keelokan Indonesia serta serangkaian tangkapan gambar yang sulit untuk dilupakan (salah satunya adalah adegan memasak telur dadar yang... Ya Tuhan, bisa-bisanya itu terlihat begitu menggoda!). Ini pun berpadu dengan lembut bersama skoring megah dari Aksan Sjuman dan jajaran pemainnya seperti Prisia Nasution yang pancaran matanya berbicara banyak dan anak-anak Rimba – Nyungsang Bungo, Nengkabau, Beindah – yang berakting secara natural, seolah-olah mereka telah terbiasa untuk berlakon di depan layar. </span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dari sisi penceritaan pun, <i>Sokola Rimba</i> terasa kuat dan gemilang. Ketika film sejenis mencoba menginspirasi para penonton dengan iming-iming yang menggiurkan, maka Riri Riza memertahankan film untuk tetap berceloteh secara realistis. Mimpi Butet Manurung tidak melambung tinggi dan usahanya untuk mewujudkan mimpi tersebut pun berulang kali dihadang jalan buntu yang berujung kegagalan. Seperti hidup, tidak selamanya yang kamu harapkan (sekalipun dibalut niat yang mulia) bisa kamu rengkuh. Sosok Butet pun digambarkan layaknya perempuan kebanyakan – selain semangatnya yang luar biasa dan kebaikan hatinya, tak ada istimewa darinya. Ketidakberdayaan Butet dalam melawan sistem, lantas sedikit banyak dimanfaatkan oleh si pembuat film untuk melayangkan nota protes kepada pemerintah atas ketidakbecusan mereka dalam meratakan pendidikan dan melindungi alam. Saya pun bertanya-tanya, apakah mereka sebegitu ‘cintanya’ terhadap uang atau menganggap kedua sektor ini sebagai hal yang remeh temeh sehingga dirasa tidak perlu menyisihkan dana untuk membenahinya? </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tidak melulu soal menilik pendidikan dari sudut pandang yang berbeda (dari apa yang selama ini diajarkan oleh ‘film inspiratif’) atau mengkritisi pemerintah, <i>Sokola Rimba</i> juga informatif saat penonton dibawa untuk menelusuri kehidupan Orang Rimba; seperti apa lingkungan tempat tinggal mereka, bagaimana cara mereka bertahan hidup, pandangan-pandangan mereka hingga adat-adat yang masih mereka yakini dan dipegang dengan teguh. Selayaknya apa yang dirasakan oleh Butet Manurung atas pengaruh Orang Rimba kepada dirinya, pada akhirnya <i>Sokola Rimba</i> pun bukan sekadar menjadi film yang informatif, tetapi juga edukatif dan inspiratif dengan cara yang berbeda tanpa pernah terasa menggurui. Dua jempol pun saya acungkan kepada Riri Riza, Mira Lesmana, dan tim atas <i>Sokola Rimba </i>yang begitu cantik dan bernutrisi tinggi ini! </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Outstanding</i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihIGhzgSkWyEyyUa0L3m1MDcSUu86a3ZrvA1Z5mikqcVcgXIqoxtNfX221S4c5jg2ZlG93qc2D0zNLreGaKrYecZ9IENScOFB6ctD9xNRFRZR0GC5lqEquL2dKGV7wJ0R9ad78mnemKagX/s1600/SokolaRimba1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="134" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihIGhzgSkWyEyyUa0L3m1MDcSUu86a3ZrvA1Z5mikqcVcgXIqoxtNfX221S4c5jg2ZlG93qc2D0zNLreGaKrYecZ9IENScOFB6ctD9xNRFRZR0GC5lqEquL2dKGV7wJ0R9ad78mnemKagX/s320/SokolaRimba1.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisY7lNLkiheeem4AHD_RI1Yx_LIsVISRVA-ry7Vlss8AHb7Qr4ZChigzuPCQbdSlkJG9yCN068WCEqHSL0XxG2B0Ys0nzcU19xg9MxwDhUYqZ4drG-bHa_kjEnn75_Tnhv0xCcL71Gx36z/s1600/SokolaRimba2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="134" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisY7lNLkiheeem4AHD_RI1Yx_LIsVISRVA-ry7Vlss8AHb7Qr4ZChigzuPCQbdSlkJG9yCN068WCEqHSL0XxG2B0Ys0nzcU19xg9MxwDhUYqZ4drG-bHa_kjEnn75_Tnhv0xCcL71Gx36z/s320/SokolaRimba2.jpg" width="320" /></a></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-25274685232485489072013-11-23T04:33:00.000-08:002019-04-20T20:25:55.244-07:00REVIEW : THE HUNGER GAMES: CATCHING FIRE<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBsLlkBw7eqhJZ5Ure-ICW5GNY5-5Vm1uPus90wfshvh0wFdXxneLLtmX6jFil2h1XHfBG6HpncxRgBoUdpDYvGrO8kBkhugKL-qM8_blWYW8Qb-jBKMrkzx8rO2F2nuwl2F6oR5a683_o/s1600/THG.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBsLlkBw7eqhJZ5Ure-ICW5GNY5-5Vm1uPus90wfshvh0wFdXxneLLtmX6jFil2h1XHfBG6HpncxRgBoUdpDYvGrO8kBkhugKL-qM8_blWYW8Qb-jBKMrkzx8rO2F2nuwl2F6oR5a683_o/s320/THG.jpg" width="215" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span class="fullpost"><i>"</i></span><span style="background-color: #fcfae7; color: #333333; line-height: 18px;"><i>People are looking to you, Katniss. You've given them an opportunity. They just have to be brave enough to take it."</i> - Gale</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah kontroversial yang ditempuh oleh Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) pada akhir jilid perdana <i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2012/03/review-hunger-games.html">The Hunger Games</a></i>, rupanya bukanlah solusi terbaik baginya untuk mencapai kehidupan yang damai-sentosa-bahagia-untuk-selamanya, setidaknya untuk saat ini. Serentetan konflik yang terlahir di jilid sebelumnya, kembali dikemukakan dalam <i>The Hunger Games: Catching Fire</i> dengan ramuan yang lebih kaya isi. Terjadinya perubahan konfigurasi dalam susunan sutradara, penulis skrip, dan sinematografer turut membawa dampak positif pada jilid kedua yang terasa lebih kokoh ketimbang sebelumnya. Ya, jalinan pengisahan yang cenderung lebih kompleks, penuh dinamika, menggigit, dan akan membuat Anda betah menduduki kursi bioskop hingga menit terakhir yang bisa jadi akan menimbulkan rasa gemas setengah mati adalah apa yang bisa Anda dapatkan kala menyimak <i>The Hunger Games: Catching Fire</i>. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tanpa banyak berbasa-basi mengenai apa yang sebelumnya dikupas, film lantas membawa penonton untuk mengikuti Katniss dan Peeta Mellark (Josh Hutcherson) dalam rangkaian tur mengelilingi ke-12 distrik di Panem usai kemenangan mereka dalam perhelatan Hunger Games yang ke-74. Mereka mengira, setelah menebar kata-kata bijak, senyum palsu, dan kisah asmara yang direkayasa sedemikian rupa kepada masyarakat, kehidupan yang lebih baik – atau setidaknya, normal – akan berpihak pada mereka. Akan tetapi, Presiden Snow (Donald Sutherland) yang menganggap Katniss sebagai ancaman besar yang berpotensi memercikkan revolusi akbar untuk menggulingkan rezim totaliter yang dipimpinnya, tidak mengizinkan semuanya berakhir dengan mudah. Malahan, untuk perayaan usia ke-75 dari Hunger Games, Snow menggelar Quartel Quell yang diadakan setiap 25 tahun sekali. Selayaknya </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Survivor: All-Stars</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">, edisi ini merekrut para pemenang di edisi lampau untuk kembali bertempur di arena. Itu berarti, untuk sekali lagi, Katniss dan Peeta kudu memerjuangkan hidup mereka dengan menaklukkan tantangan yang dikreasi oleh </span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">gamemaker</i><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> anyar, Plutarch Heavensbee (Phillip Seymour Hoffman). </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tidak seperti sang predesesor yang mesin penggeraknya sepenuhnya tertanam pada permainan ‘Hunger Games’ yang bagai gabungan antara <i>Battle Royale </i>dan <i>Survivor</i>, laju dari <i>The Hunger Games: Catching Fire</i> bersumber dari beberapa hal; pengisahan yang kompleks dengan muatan yang kaya akan kritikan terhadap budaya populer (khusunya <i>reality show</i> yang penuh kepalsuan) serta pemerintah yang cenderung abai terhadap wong cilik, hubungan antara para tokoh, dan permainan itu sendiri. Demi menggali karakteristik setiap tokoh dengan lebih mendalam, pula untuk membangun emosi serta memberi latar belakang memadai untuk apa yang terjadi selanjutnya, Francis Lawrence (<i>I Am Legend</i>, <i>Constantine</i>) menggulirkan paruh awal dengan sedikit perlahan. Dengan skrip yang padat berisi dan dirangkai secara cermat oleh duo berkelas Oscar, Simon Beaufoy dan Michael Arndt, guliran yang membentang panjang hingga 146 menit ini sama sekali tak terasa menjemukan. Sama sekali tidak. Trio ini dengan lihainya mampu menafsirkan kembali kata demi kata dari novel karya Suzanne Collins menjadi sebuah skrip yang solid, menggetarkan, dan penuh kejutan (terutama untuk belum membaca versi novelnya). </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ya, mereka mampu menghidangkan sebuah tontonan yang tidak hanya memuaskan para penggemar berat tetapi juga menciptakan kalangan penggemar anyar. Komposisi untuk romansa, <i>sci-fi</i>, serta sedikit horor pada <i>The Hunger Games</i> yang agak janggal, dipermak habis-habisan di sini sehingga mampu melebur sempurna melahirkan rangkaian kisah yang memikat. Tidak hanya mengedepankan kisah cinta segirumit yang melilit Katniss, Peeta, dan Gale (Liam Hemsworth), namun juga mengulik lebih jauh sisi sosial dan politik dari Panem yang memprihatinkan, memunculkan lebih banyak sisi manusiawi para tokoh, dan pergolakan batin tak berkesudahan dari Katniss. Kehebatan dalam menuturkan kisah ini lantas ditopang oleh sinematografi cantik dari Jo Willems dan akting yang sungguh memesona dari jajaran pemainnya, sebut saja Woody Harrelson, Elizabeth Banks, Phillip Seymour Hoffman, Donald Sutherland, dan tentu saja Jennifer Lawrence – yang sekali lagi membuktikan bahwa dia memang sangat layak mengoleksi piala Oscar. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>The Hunger Games: Catching Fire</i> mengikuti pola yang kudu dianut oleh sekuel apapun yang ingin tampil lebih perkasa dari film pendahulu; membuatnya lebih besar dan lebih megah dari bahan dasar yang telah terbukti efektif di seri sebelumnya, lantas disatukan dengan elemen-elemen anyar guna meningkatkan daya tarik. Francis Lawrence mempunyai kemampuan yang memadai dan tim yang mumpuni untuk meningkatkan standar kualitas dari franchise <i>The Hunger Games</i>. Dikerahkan secara maksimal, hasil yang terhidang adalah salah satu film adaptasi novel ‘<i>young adult</i>’ terbaik yang pernah dibuat. <i>The Hunger Games: Catching Fire</i> hadir dengan paket komplit dimana sektor drama yang menguras emosi habis-habisan mampu bersanding dengan rangkaian adegan aksi yang memompa adrenalin dari arena yang penuh tantangan brutal, visual yang tertata dengan indah, parade busana yang mengagumkan (hei, kita patut bangga kepada Tex Saverio!), dan performa brilian dari jajaran pemainnya. Selesai menonton <i>The Hunger Games: Catching Fire</i>, dijamin rasa tidak sabar dalam menanti kehadiran <i>Mockingjay</i> akan berkecamuk. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Outstanding</i></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUarD_S1qgx6aQqOUQSbmukVOR9-u0on2taVDnX0Ka3l_2I1Na_Vhs02LjVjzU9SoZe1tzLomtvLYkQFa7yr9u9yScYhhC1qwTllvE2AMfRVVPTS4Z3CJO_lRo-nOAQy9mST8PdgDidB1O/s1600/THG-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUarD_S1qgx6aQqOUQSbmukVOR9-u0on2taVDnX0Ka3l_2I1Na_Vhs02LjVjzU9SoZe1tzLomtvLYkQFa7yr9u9yScYhhC1qwTllvE2AMfRVVPTS4Z3CJO_lRo-nOAQy9mST8PdgDidB1O/s320/THG-1.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_y4smtwNTQtCMoaPV4Poz-ac0aEakeQMCpRSSuafwrxgVc7ZaHXOhncfS-xS1h__bKxWZe5zl0MC4TneQC3IaN7eRibpSdsyKTBQ4LTG7kTt6AgrULvKDGhUmTybk9wvdtEF98HU2vGrR/s1600/THG-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_y4smtwNTQtCMoaPV4Poz-ac0aEakeQMCpRSSuafwrxgVc7ZaHXOhncfS-xS1h__bKxWZe5zl0MC4TneQC3IaN7eRibpSdsyKTBQ4LTG7kTt6AgrULvKDGhUmTybk9wvdtEF98HU2vGrR/s320/THG-2.jpg" width="320" /></a></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-4043013613216946392013-11-22T08:16:00.000-08:002019-04-20T20:25:56.455-07:00DAFTAR NOMINASI FESTIVAL FILM INDONESIA 2013 (FFI 2013)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWy6d2IvmzS2a5ymoItyeFhKu0Ixj-rjXMUmquIZT4Z1ocrt_wekngr8LbHfI7m7UVuh0vBzZ3DPmvU1xi9ZlDUE17yFbW1Q4KvfYMC7FaBdykVOa2616ZYnu-webW5fjiT6Ie12neSQgd/s1600/FFI2013-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="182" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWy6d2IvmzS2a5ymoItyeFhKu0Ixj-rjXMUmquIZT4Z1ocrt_wekngr8LbHfI7m7UVuh0vBzZ3DPmvU1xi9ZlDUE17yFbW1Q4KvfYMC7FaBdykVOa2616ZYnu-webW5fjiT6Ie12neSQgd/s400/FFI2013-2.jpg" width="400" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Nominasi <b>Festival Film Indonesia 2013 (FFI 2013)</b> telah diumumkan di Gedung Film, Jakarta Selatan, pada Jumat (22/11). Tidak disangka-sangka, film garapan Upi, <i>Belenggu</i>, mendapat cinta kasih terbanyak dari dewan juri yang dipimpin oleh Slamet Rahardjo. Memimpin dengan raihan 13 nominasi dari 15 kategori yang dibagikan ini sekaligus menandai pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir dimana genre thriller berjaya di ajang ini, terakhir adalah <i>Fiksi</i> (2008). Beberapa nominasi yang digenggam oleh <i>Belenggu</i> meliputi film, sutradara, aktor utama, aktris utama, dan naskah. Bersaing bersama <i>Belenggu </i>di kategori film terbaik adalah <i>5 Cm</i>, <i>Habibie & Ainun</i>, <i>Laura & Marsha</i>, dan <i>Sang Kiai</i> – yang menjadi perwakilan Indonesia di Academy Awards tahun depan. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span></div><a name='more'></a><br /><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Keempat film tersebut turut berjaya di kategori lain dengan <i>Laura & Marsha</i> dan <i>Sang Kiai </i>masing-masing memeroleh 8 nominasi, <i>Habibie & Ainun</i> memboyong 7 nominasi, dan <i>5 Cm</i> merangkul 6 nominasi. Siapakah yang akan berjaya diantara kelima film ini? Jawabannya akan diungkap pada 7 Desember 2013 di Marina Convention Center, Semarang. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Berikut adalah nominasi lengkap FFI 2013 untuk kategori film bioskop:</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><b>Film Terbaik</b></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2012/12/review-5-cm.html">5 Cm</a></i></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/03/review-belenggu.html">Belenggu</a></i></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2012/12/review-habibie-ainun.html">Habibie & Ainun</a></i></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/06/review-laura-marsha.html">Laura & Marsha</a></i></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/06/review-sang-kiai.html">Sang Kiai</a></i></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"> <b> Penyutradaraan Terbaik</b></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Dinna Jasanti (<i>Laura & Marsha</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Hanung Bramantyo dan Hestu Saputra (<i>Cinta Tapi Beda</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Rako Prijanto (<i>Sang Kiai</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Rizal Mantovani (<i>5 Cm</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Upi (<i>Belenggu</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Pemeran Utama Wanita Terbaik</b></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Adinia Wirasti (<i>Laura & Marsha</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Happy Salma (<i>Air Mata Terakhir Bunda</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Imelda Therine (<i>Belenggu</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Laudya Cynthia Bella (<i>Belenggu</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Laura Basuki (<i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/04/short-reviews-madre-bangun-lagi-dong.html">Madre</a></i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Pemeran Utama Pria Terbaik</b></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Abimana Aryasatya (<i>Belenggu</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Ikranagara (<i>Sang Kiai</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Joe Taslim (<i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/08/review-la-tahzan.html">La Tahzan</a></i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Lukman Sardi (<i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/02/review-rectoverso.html">Rectoverso</a></i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Reza Rahadian (<i>Habibie & Ainun</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Pemeran Pendukung Wanita Terbaik </b></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Ayushita Nugraha (<i>What They Don’t Talk About When They Talk About Love</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Dewi Irawan (<i>Rectoverso</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Jajang C. Noer (<i>Cinta Tapi Beda</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Meriza Febriani (<i>Sang Kiai</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Poppy Sovia (<i>Merry Go Round</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Pemeran Pendukung Pria Terbaik</b></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Adipati Dolken (<i>Sang Kiai</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Alex Komang (<i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/04/review-9-summers-10-autumns.html">9 Summers 10 Autumns</a></i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Didi Petet (<i>Madre</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Igor Saykoji (<i>5 Cm</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Norman Akyuwen (<i>Tak Sempurna</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Penulis Skenario Terbaik</b></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Danial Rifki dan Endri Pelita (<i>Air Mata Terakhir Bunda</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Ginatri S. Noer dan Ifan Ardiansyah (<i>Habibie & Ainun</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Novia Faizal, Perdana Kertawiyudha, dan Tety Apriliyana (<i>Cinta Tapi Beda</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Titien Wattimena (<i>Laura & Marsha</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Upi (<i>Belenggu</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Penulis Naskah Asli Terbaik</b></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Hestu Saputra (<i>Cinta Tapi Beda</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Leni dan Dinna Jasanti (<i>Laura & Marsha</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Mouly Surya (<i>What They Don’t Talk About When They Talk About Love</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Titien Wattimena (<i>Sang Pialang</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Upi (<i>Belenggu</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Penata Musik Terbaik </b></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Aghi Narottama (<i>Sang Kiai</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Aghi Narottama dan Bemby Gusti (<i>Laura & Marsha</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Aksan Sjuman (<i>Belenggu</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Thoersi Argeswara (<i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/05/review-kisah-3-titik.html">Kisah 3 Titik</a></i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Tya Soebiakto (<i>Bidadari-Bidadari Surga</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Penata Suara Terbaik </b></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Adityawan Susanto (<i>Sang Pialang</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Aufa R Triangga (<i>Laura & Marsha</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Khikmawan Santosa, M. Ihsan, dan Yusuf A. Pattawari (<i>Sang Kiai</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Khikmawan Santosa (<i>Belenggu</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Satrio Budiono (<i>Habibie & Ainun</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Penata Efek Visual Terbaik</b></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Cyndi Suryadi (<i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/01/review-gending-sriwijaya.html">Gending Sriwijaya</a></i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Eltra Studio (<i>Moga Bunda Disayang Allah</i>) </span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"> Galih Mahardhika (</span><i style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; text-indent: -18pt;"><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/05/review-legend-of-trio-macan.html">The Legend of Trio Macan</a>)</i></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Penyunting Gambar Terbaik</b></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Aline Jusria (<i>Laura & Marsha</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Ananta H. Wardana (<i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/08/review-get-m4rried.html">Get Married 4</a></i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Cesa David Luckmansyah (<i>Rectoverso</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Wawan I. Wibowo (<i>Habibie & Ainun</i>)</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"> Wawan I. Wibowo (<i>Belenggu</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Penata Busana Terbaik</b></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Aldi Harra (<i>Air Terjun Pengantin Phuket</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Aldi Harra (<i>Sang Pialang</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Darwyn Tse (<i>Laura & Marsha</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Retno Ratih Damayanti (<i>Belenggu</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Retno Ratih Damayanti (<i>Habibie & Ainun</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Pengarah Artistik Terbaik</b></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Eros Eflin (<i>Laura & Marsha</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Frans XR Paat (<i>Sang Kiai</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Iqbal Rayya Rante (<i>Belenggu</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->May Harson (<i>Air Mata Terakhir Bunda</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Vida Sylvia (<i>5 Cm</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Pengarah Sinematografi Terbaik</b></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Ical Tanjung (<i>Belenggu</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Fachmi J. Saad (<i>Madre</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Rachmat Syaiful (<i>Habibie & Ainun</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Roy Lolang (<i>Laura & Marsha</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">·<span style="font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]-->Yudi Datau (<i>5 Cm</i>)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Jadi, bagaimana pendapat Anda dengan nominasi FFI 2013 ini? Well... saya pribadi kudu mengakui bahwa terlihat ada sedikit perbaikan di sini. Beberapa peraih nominasi memang terbilang layak, meski banyak pula yang menimbulkan tanda tanya besar hingga rasanya ingin menggaruk-garuk tembok. Tapi apalah arti FFI tanpa meninggalkan jejak bernama sensasi dan kontroversi, bukan? Justru itulah daya tarik terbesar dari ajang penghargaan film terakbar di Indonesia ini. Kita akan terus memperbincangkannya hingga bertahun-tahun ke depan.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Yang menjadi sorotan utama adalah lolosnya <i>5 Cm</i> dan <i>Sang Kiai</i> dalam 5 besar film terbaik melangkahi kontender kuat semacam <i>What They Don’t Talk About When They Talk About Love</i>, <i>9 Summers 10 Autumns</i>, hingga <i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/04/review-hari-ini-pasti-menang.html">Hari Ini Pasti Menang</a></i>. Bisa jadi, alasan utama juri lebih memilih kedua film tersebut adalah soal popularitas, mampu merangkul penonton muda dan mendatangkan rating tinggi. Bisa jadi. Luput pula dari tangkapan juri adalah Julia Perez (<i>Gending Sriwijaya</i>) dan Ririn Ekawati (<i>Kisah 3 Titik</i>) yang berakting dengan sangat gemilang. Keduanya kecolongan dari Laura Basuki (Madre) yang tidak banyak diunggulkan. Tersingkirnya Mathias Muchus (<i>Hari Ini Pasti Menang</i>) dan Barry Prima (<i><a href="http://cinetariz.blogspot.com/2013/05/review-pintu-harmonika.html">Pintu Harmonika</a></i>) dari persaingan demi memberi ruang kepada Adipati Dolken (<i>Sang Kiai</i>) pun banyak membuat orang bertanya-tanya, kok bisa? Tapi diantara semua itu, tak ada yang lebih absurd dari masuknya <i>Air Terjun Pengantin Phuket</i> di deretan penata busana terbaik. Sangat, sangat absurd.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /></div><span class="fullpost"> </span>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-735701982167319311.post-75344267112613597992013-11-19T07:46:00.000-08:002019-04-20T20:25:58.508-07:00REVIEW : LAST VEGAS<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgawcYR2JKLJZLdFqWMqlEQhPGpxEIUcJrOrwBBXwm2q4w-ybFqUdhyrhldrRTCyWvZXY9m7X0cxXIRflUn_8GPn-Zqq1isWP9KhlWYAoJo08dy9elpbZHzMX4mvMYY8Bqp7kI0N2jA98tH/s1600/LastVegas.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgawcYR2JKLJZLdFqWMqlEQhPGpxEIUcJrOrwBBXwm2q4w-ybFqUdhyrhldrRTCyWvZXY9m7X0cxXIRflUn_8GPn-Zqq1isWP9KhlWYAoJo08dy9elpbZHzMX4mvMYY8Bqp7kI0N2jA98tH/s320/LastVegas.jpg" width="215" /></a></div><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span id="goog_623421803"></span><span id="goog_623421804"></span><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Terkadang, menekan ekspektasi hingga mencapai titik terendah itu ada untungnya. Saya sama sekali tidak menduga jika akan keluar dari gedung bioskop dengan senyum yang mengembang lebar tatkala menyaksikan <i>Last Vegas</i>. Memang, film ini memiliki ‘<i>dream team</i>’ yang terdiri atas empat aktor veteran penggenggam piala Oscar; Michael Douglas, Robert De Niro, Morgan Freeman, serta Kevin Kline, dan sutradara dengan jejak rekam yang mulus. Belum ditambah premis menggoda yang seolah mengisyaratkan ini adalah versi para lansia untuk <i>The Hangover</i>. Namun setelah <i>The Big Wedding</i> yang menghadirkan mimpi buruk, saya tak mau mengambil resiko. Jangan-jangan, ini akan memberikan efek yang serupa. Kenyataannya, sekalipun dari <i>trailer</i> tak tampak menggoda, ketakutan terhadap <i>Last Vegas</i> sama sekali tak terbukti. Malahan, saya menikmati setiap menit – dari total 105 menit – gelaran dari Jon Turteltaub. Sangat lucu, penuh kegilaan, menyenangkan, dan (ini yang terpenting) tetap terasa hangat. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span><br /><a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Last Vegas</i> adalah jawaban untuk mereka yang berusia lanjut yang menginginkan sajian komedi sinting macam trilogi <i>The Hangover</i>. Menyesuaikan dengan usia, maka level edannya agak sedikit diturunkan termasuk dengan mengurangi adegan yang kurang ajar dan tak senonoh meski tak sepenuhnya hilang juga. Apa yang dikulik dari film ini adalah seputar reuni dari empat sahabat sejak kecil; Billy (Michael Douglas), Paddy (Robert De Niro), Archie (Morgan Freeman), dan Sam (Kevin Kline), di ‘kota dosa’ Las Vegas saat Billy akhirnya memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya. Menyadari bahwa mungkin ini menjadi kesempatan sekali seumur hidup bagi mereka, maka masing-masing personil pun merancang agenda untuk diwujudkan dalam akhir pekan terliar dalam hidup mereka. Turut meramaikan suasana adalah seorang penyanyi cantik bernama Diana (Mary Steenburgen) yang membangkitkan kembali problematika cinta rumit yang dulu pernah melilit Billy dan Paddy. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sejujurnya, skrip yang digagas oleh Dan Fogelman tidak betul-betul menjanjikan sesuatu yang segar, cenderung formulaik, dan mudah untuk ditebak akan bermuara kemana. Jelas sama sekali bukan materi kelas wahid dan berpotensi memerangkap penonton dalam kebosanan. Akan tetapi, berkat penanganan Turteltaub (ingat bagaimana <i>While You Were Sleeping</i> yang sesungguhnya <i>cheesy</i> itu menjelma begitu cantiknya?) dan performa dari para pemeran utama, <i>Last Vegas</i> sukses naik kelas. Kuartet Douglas, De Niro, Freeman, dan Kline, menjalin <i>chemistry</i> yang begitu kuat nan meyakinkan, mengerahkan seluruh kemampuan dalam berolah peran secara maksimal, dan tidak lupa untuk bersenang-senang. Mereka... seolah-olah tengah sedang menghabiskan liburan bersama, alih-alih berakting. Ini (tentu saja) bagus karena energi positif yang mereka tebar, menyalur secara efektif kepada film dan penonton. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sederetan humor yang dipersiapkan pun tanpa terduga benar-benar bekerja. Entah berapa kali saya dibuat tertawa dengan begitu renyah sepanjang film. <i>I had a really good time!</i> Materi yang sesungguhnya telah usang, masih terasa segar kala dibawakan oleh Douglas dan konco-konco yang tentunya diimbuhi oleh serangkaian improvisasi. Meluncur begitu saja dari mulut mereka secara natural. Sektor komedi yang mempunyai kandungan yang gila dan rada-rada nyerempet ini, bagusnya dapat dipadukan secara halus dengan sektor drama penyentuh hati. Setelah diawali dengan keliaran dan kekonyolan yang datang silih berganti, <i>Last Vegas</i> ditutup dengan suasana yang penuh kehangatan, keakraban, sekaligus menyentuh. Diri ini serasa ingin memeluk orang terkasih, keluarga, dan sahabat secara bersamaan. <i>It's such a feel-good movie mixed with craziness and laughter</i>.</span><br /><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i>Exceeds Expectations</i></b></span><br /><span class="fullpost" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><br /></i></b></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgG0xTc2LNWzLGBfHl4rfh5XKGEbogxnnO0fhlLrxf-DPWi08Slplv7cDNbzvDhEdAS7l98CfzeGYZ7xi8KboA-omkdSQcorMBa_lq_vIcw1sR6HlVBDZm6IxuESZASbJF1mI8yyLiOVU7J/s1600/LastVegas1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgG0xTc2LNWzLGBfHl4rfh5XKGEbogxnnO0fhlLrxf-DPWi08Slplv7cDNbzvDhEdAS7l98CfzeGYZ7xi8KboA-omkdSQcorMBa_lq_vIcw1sR6HlVBDZm6IxuESZASbJF1mI8yyLiOVU7J/s320/LastVegas1.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixR37eX4Qu0Rf10a1t5Nc0ZekYXeO9F5X32Wp7x7U598kOXVFF-a-Az5dy-rOQqvHyty-xrvUVjYlxTeCwO3ZDYyFl3_Ov4sudvUH45QA58ccHj3TFh1L4sCS-69NE14VgXr3SYZGYJXDM/s1600/LastVegas2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixR37eX4Qu0Rf10a1t5Nc0ZekYXeO9F5X32Wp7x7U598kOXVFF-a-Az5dy-rOQqvHyty-xrvUVjYlxTeCwO3ZDYyFl3_Ov4sudvUH45QA58ccHj3TFh1L4sCS-69NE14VgXr3SYZGYJXDM/s320/LastVegas2.jpg" width="320" /></a></div></div>Yudhahttp://www.blogger.com/profile/18084694183691081371noreply@blogger.com0